Mohon tunggu...
Anisa
Anisa Mohon Tunggu... Lainnya - Environmentalist

For sustainability

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Sesi Terapi di Pertunjukan Seni "The Artist is Present"

17 Juni 2023   21:48 Diperbarui: 17 Juni 2023   22:39 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.moma.org/audio/playlist/243/3133Input sumber gambar

Kebutuhan Manusia Akan Hubungan

Marina sendiri tidak bisa membayangkan kalau ada orang yang bersedia terlibat saling bertatapan dengannya. Duduk saling bertatapan mata dengan seseorang yang menatap balik dengan ekspresi datar ternyata menyentuh kerentanan emosi orang-orang. Pertunjukan ini kemudian menjadi booming, penonton berdatangan mengunjungi museum.

Museum yang tadinya sepi dan hanya dikunjungi oleh orang-orang tertentu saja mendadak ramai. Antrian panjang untuk memasuki museum terjadi. Penonton yang berusia remaja juga memenuhi antriannya.

Marina mengatakan, "Saya sangat terkejut. (ini menunjukkan akan) kebutuhan manusia yang sangat besar akan hubungan (connection)". (dikutip dari www.moma.org)

Marina juga mengatakan bahwa pertunjukan ini bukan hanya memengaruhi penonton tapi juga memengaruhi dirinya secara fisik, spiritual dan emosional melampaui apa yang dia pikirkan.

Manusia ingin dilihat tanpa dihakimi

"People just wanna be seen without judgement".

Cheryl Hines dalam podcastnya (Tig and Cheryl True Story) yang mereview film dokumenter, menarik kesimpulan dari The Artist is Present, dia mengatakan bahwabeegitu penting bagi manusia untuk dilihat tanpa dihakimi.

Tidak ada orang yang rela mendengar penghakiman seperti 'ah kamu gendut', 'kamu hitam', 'Kamu jelek'. Atau  'Kamu bodoh', kamu miskin', 'Kamu kelainan mental ya?', 'Kamu depresi karena dari keluarga yang broken ya?' Kamu ini ya...  kamu itu ya... dan seterusnya dan seterusnya..

Tidak perlu kata

Duduk bersama seseorang, saling bertatapan di mana lawan anda tidak menunjukkan ekspresi apapun, mungkin orang merasa begitu diterima.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun