Rute jalur yang dilalui para peserta Marathon berupa areal persawahan juga menjadi pemandangan alam yang memanjakan mata untuk dinikmati.
Kota Seni dan Budaya
Keistimewaan Yogyakarta yang berikutnya terletak pada kesenian dan kebudayaan yang eksis di sini. Budaya masa lalu dan masa kini tumpang tindih dan masih dapat dinikmati hingga sekarang.
Terdapat budaya peninggalan masa lalu yang masih dijalankan oleh masyarakat dan pihak Kraton Yogyakarta hingga sekarang seperti upacara adat Kraton.
Beberapa upacara adat tersebut diantaranya adalah upacara sekaten dalam rangka memperingati Maulid Nabi. Upacara ini dilaksanakan di alun-alun utara Surakarta dan Yogyakarta setiap tanggal 5 Rabiul Awal. Upacara Sekaten dulunya digunakan oleh Sultan HB I untuk menyebarkan agama islam kepada rakyatnya.
Upacara berupa kirab (march) para abdi dalem (punggawa keraton) yang diiringi permainan dua set gamelan. Iring-iringan berjalan dari pendapa Ponconiti menuju masjid Agung di alun-alun utara dikawal prajurit keraton. Iring-iringan seperti ini bukan hanya menarik minat wisatawan domestik tapi juga mancanegara.
Acara puncak upacara sekaten adalah Grebeg Muludan yang dilaksanakan pada tanggal 12 Rabiul Awal pagi hari dengan kirab atau iring-iringan yang membawa gunungan yang dibagikan kepada rakyat.
Upacara adat lainnya yang sayang untuk dilewatkan adalah Upacara Siraman Pusaka. Upacara ini merupakan upacara adat Kraton Yogyakarta untuk membersihkan semua benda pusaka milik Kraton. Diadakan setiap bulan Suro pada hari Jum'at Kliwon atau Selasa Kliwon selama 2 hari dilaksanakan sejak pagi.
Dan masih banyak lagi upacara adat lainnya yang hingga kini dilaksanakan oleh pihak Kraton.
Berbicara mengenai kesenian Yogyakarta, corak kesenian Yogyakarta dapat dilihat dalam bentuk Seni Pertunjukan, Seni Rupa, Seni Musik