Pantai Pananjung yang berlokasi di Desa Pananjung Kec. Pangandaran, Kab. Pangandaran, Jawa Barat. Â Pantai Pananjung ini sering kita sebut dengan Pantai Pangandaran. Asal mula nama Pananjung ini berasal dari bahasa Sunda "Pangnanjung-nanjungna" yang artinya paling subur atau makmur. Nama ini diberikan oleh para sesepuh terdahulu, karena disamping daerah itu terdapat tanjung dan juga banyak sekali tempat keramat di beberapa tempatnya.
Pada awal nya desa Pananjung ini ditempati oleh para nelayan suku sunda. Karena gelombang laut yang kecil dan memudahkan para nelayan untuk mendapatkan ikan, menyebabkan banyak pendatang yang ingin menempati daerah tersebut untuk ditinggali. Penghambat dari gelombang besar yang sampai ke pantai ialah daratan yang menjorok ke laut, sekarang telah menjadi Cagar Alam. Karena itulah banyak para nelayan menjadikan tempat itu penyimpanan perahu. Selang beberapa waktu banyak orang yang berdatangan hingga menetap dan menjadikan tempat tersebut perkambubgan yang disebut Pangandaran. Pangandaran berasal dari dua kata yaitu pangan dan daran, kata pangan yang artinya makanan dan daran artinya pendatang jika disatukan artinya menjadi sumber makanan para pendatang.
Selain keindahan pantainya, pantai Pananjung  juga memiliki berbagai keragamanan flora dan fauna yang berada di cagar alam yang sangat dijaga kelestariannya. Cagar alam Pananjung Pangandaran merupakan hutan yang berada di dataran rendah yang berlokasi di Pantai Selatan Jawa Barat.Â
Sebelumnya Cagar Alam ini merupakan tanah pertanian yang dibeli oleh seseorang dari Belanda, dan kemudian diresmikan menjadi wildreservaat. Pada tahun 1961 daerah tersebut ditetapkan menjadi Cagar Alam, karena banyaknya jumlah flora fauna yang ada didalamnya. Lalu pada tahun 1978 Cagar Alam tersebut dijadikan sebagai taman wisata, karena adanya potensi yang dijadikan sebagai tempat parawisata alam di Pangandaran. Pengelolaan Taman Wisata ini di pegang oleh Perum Perhutani.
Didalam Cagar Alam tersebut memiliki bermacam macam flora dan fauna yang dirawat dengan baik. Kawasan Cagar Alam Pananjung ini sangat cocok untuk kehidupan satwa satwa liar seperti Tando, Monyet Ekor Panjang, Lutung, Kalong, Banteng Rusa, dan Landak. Ada juga beberapa jenis burung (seperti burung Merak Hijau, Cangehgar, Tlungtumpuk, Cipeuw, dan Jogjog) dan jenis Reptilia (seperti Buawak, Tokek, dan beberapa jenis ular ).Â
Selain beragam fauna, di Cagar Alam Pananjung ini memiliki berbagai macam flora dan ada sekitar 80% pohon yang tumbuh dan merupakan vegetasi hutan sekunder tua dan sisanya adalah hutan primer. Beberapa pohon yang tumbuh antara lain Kisegel, Laban, Marong, Waru Laut, Reungas, Kondang, Teureup, Butun, Ketapang, dan Nyamplung. Ada juga beberapa tanaman exotica yang tumbuh seperti Mahoni, Jati, dan Komis.
Selain flora dan fauna ternyata di Cagar Alam Pananjung juga ada beberapa batu prasasti peninggalan Sejarah zaman Hindu. Juga ada gua alam dan gua buatan dari peninggalan penjajahan Jepang.
Ada beberapa gua yang berada di Cagar Alam Pananjung ini, beberapanya yaitu :
Gua Lanang, dahulu gua ini diyakini sebagai kerajaan pananjung yang dipimpin oleh seorang raja bernama Prabu Anggalarang. Menurut cerita yang tersebar, nama Lanang, diambil dari seorang pria gagah dan sakti yang dijuluki Sang Lanang oleh masyarakat dan ia tinggal di dalam gua. Juga terdapat batu yang membentuk seorang anak laki laki yang habis di sunat. Karena itu gua tersebut dinamakan gua Lanang. Jika dinding gua ditabuh menggunakan tangan bisa mengeluarkan nada, karena terdapat batu gamelan.
Gua Panggung, gua ini dinamakan panggung karena di dalam gua terdapat tempat yang berbentuk seperti panggung dan tempat tersebut dijadikan tempat ibadah oleh para wali atau orang orang yang hendak naik haji. Karena pada saat itu ada seorang kyai yang sedang menyebarkan agama islam di pangandaran, kyai tersebut bernama kyai Pancing Benar yang merupakan anak angkat dari nyai Loro Kidul. Didalamnya juga terdapat simbol makam dari kyai Pancing Benar.
Gua Parat, menurut cerita yang tersebar gua ini merupakan salah satu tempat keramat dan konon ceritanya gua ini juga dijadikan tempat bersemedi oleh beberapa kaum bangsawan dari Mesir yaitu, Pangeran Kanoman (Syekh Muhammad), Pangeran Kesepuluh (Syekh Ahmad), dan Pangeran Raja Sumedang. Kata Parat berasal dari bahasa sunda yang artinya tembus, karena Goa ini ukurannya cukup panjang dan jika kita melewati ke ujung goa itu akan tembus ke pantai. Ada beberapa Batu di dalam goa Parat yaitu, Batu Stalagtit yang mirip seperti kelamin laki laki dan perempuan ada juga yang mirip dengan paha ayam, Batu Stalagmit yang mirip seperti hewan unta, dan Batu Cikaracak.
Gua Jepang, gua ini sengaja dibuat oleh Jepang sebagai benteng pertahanan tentara Jepang, dengan beberapa lubang yang dibuat untuk mengawasi penyerangan dari pihak sekutu Belanda. Pembangunan dari gua ini dilakukan oleh para pekerja paksa (romusa). Dan hingga kini gua Jepang belum lernah direnovasi jadi masih nampak keasliannya.
Gua Miring, merupakan salah satu gua tembusan. Kenapa disenut gua Miring, karena untuk menembus gua ini para pengunjung harus memiringkan badan. Didalam gua ini juga terdapat batu yang menyerupai pocong, kuntilanak, bidadari, serta tulang tengkorak.
(2013). Retrieved from https://www.mypangandaran.com/blog/read/ragam/301/7-goa-alam-yang-menakjubkan-di-cagar-alam-pangandaranÂ
(N.d.). Retrieved from https://www.mypangandaran.com/sejarah-pangandaranÂ
Badruin, imam. (2015). Retrieved from https://www.explorepangandaran.com/2015/08/taman-wisata-alam-dan-cagar-alam.htmlÂ
Iqbalmfn. (n.d.). Retrieved from https://portal.pangandarankab.go.id/destinasi/cagar-alamÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H