Kontan saja ibu saya kaget. "Coba ulangi lagi, dimana?" Kata ibu saya. Saya yang masih belum ngeh dengan polosnya menjawab, "AustRalia." Ibu saya langsung heboh, "Wah! kamu bisa ngomong R. Coba lagi!" Dan saya mengulang lagi. Kemudian dengan euforia berlebihan, saya mencoba semua kata yang ada huruf "R"-nya. Dan ternyata saya bisa mengucapkan huruf "RRRRRRR" yang menjadi momok selama ini.
Tapi saat itu, ada kelemahannya. Saya belum bisa mengucapkan kata dengan 2 huruf "R" didalamnya. Misalnya, kata "RARA" atau "RIRIN". Selalu saja gagal menyebutkan dengan benar. Salah satu huruf "R"-nya menjadi "L" lagi. Tapi saya tidak berputus asa. Saya terus melanjutkan "Teori Titik Nol" saya. Dan sekarang saya sudah 100% tidak cadel. Saya bisa menyebutkan kalimat fenomenal, "Ular melingkar melungker-melungker diatas pagar bundar" dengan lancar.
Jadi, menurut saya cadel itu bisa disembuhkan. Walaupun saya belum pernah melakukan riset resmi dan sample yang saya ambil juga terlalu sedikit untuk bisa dianggap valid. Anggaplah "Teori Titik Nol" saya sebagai sebuah terapi berbicara. Semoga bisa membantu mengatasi cadel Anda. Maafkan jika penyusunan kalimat saya buruk dan malah membingungkan. Saya terbuka untuk kritik yang membangun.
Salam sehat dan senyum untuk semua kompasianer dan pembaca...
Annisa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H