Perkenalan Awal dengan Pak Thamrin Dahlan
Pertama kali berkenalan dan bertemu Pak Thamrin Dahlan (atau yang akrab disapa Pak TD) di bilangan Sarinah, bisa dibilang surprise buat Saya sebab langsung mengingatkan Saya kepada sosok Bang One - Pak Karni Ilyas yang sama-sama dari rumpun Sumatera, berambut putih, jurnalis, dan aktif berkarya.
Saat itu, kabarnya beliau dan kawan-kawan Kompasianer sudah selesai beradu suara sedang Saya telat hadir karena ada rapat penting di kantor dan meluncur dari Bogor, baru mau mulai beradu suara di ronde berikutnya.
Di hari itu, walaupun tidak beradu suara dengan Pak TD, namun Saya bergumam dalam hati, "Wow, surprise sekali, ada pensiunan perwira tinggi Polri yang rendah hati (humble) dan mau beradu suara dengan teman-teman Kompasianer Saya".
Sosok Pak Thamrin Dahlan di Mataku
Pertemuan kedua Saya dengan Pak TD kemudian, saat beliau menjadi "komandan" Kompasianer dan mengajak beberapa teman termasuk Saya November 2019 silam, mengikuti acara sosialisasi tentang bahaya narkotika di Badan Narkotika Nasional (BNN).
Dari situlah saya sedikit mengenal sosoknya yang rendah hati, kebapakan dan mampu mengayomi teman-teman yang muda-muda seperti Saya.
Di hari itu, Saya juga mendapat kejutan atau surprise berikutnya, ternyata beliau juga memiliki keahlian dalam dunia tarik suara, selain ahli menulis tentunya. Apalagi kalau sudah lagu lawas dan lagu Minang, seddaappp didendangkan beliau.
Sejak pertemuan di acara BNN, Saya semakin mengenal beliau sebagai sosok aktif berkarya terutama di bidang berpuisi dan berpantun serta aktif berjejaring dengan semua orang, sebab beliau sangat konsisten membagikan karya-karyanya di WhatsApp, sehingga Saya sangat menikmati karya-karya beliau, terutama sekali puisi dan pantunnya yang sangat up to date dihadirkan ke lini chat yang pasti selalu Saya buka.
Di sini saya serasa menemukan sosok "kakek' yang bijaksana (yang sebelumnya belum pernah Saya rasakan karena kakek saya keduanya sudah meninggal dunia ketika Saya lahir) dan selalu mengingatkan kebaikan dalam pesannya agar jangan mudah marah di Pantun Selasa, agar jangan menyerah di Pantun Kamis, agar selalu santun dan rukun, serta tidak merusak tali persahabatan walaupun berbeda paham.Â