Setiap tempat adalah sekolah, setiap orang yang saya temui adalah guru, dan setiap waktu adalah pembelajaran. Di hari itu, saya banyak belajar dari Opa, begitu panggilan nama bekennya. Nama akun Instagramnya juga tak kalah beken, Manusia Lembah. Kami biasanya ikut trip dalam komunitas Muncak Bareng Indonesia.
Saya belajar tentang spirit juangnya yang tidak kalah dari remaja berusia 18 tahun, bagaimana sudut pandang beliau, filosofi hidupnya, cara beliau akhirnya bisa memutuskan bisa berhenti merokok total, petualangan hidupnya, cara beliau menemukan jodoh sejatinya, wuahhh banyak kalau semua diceritakan. Teman-teman bisa langsung lihat di channel Youtube Saya, Annisa Nurul Koesmarini, kalau lihat Opa sedang memberikan wejangan.
Dari semuanya itu, cara beliau mengatasi problem kesehatannya dan membalikkannya menjadi suatu hal yang positif, cukup banyak menginspirasi saya, yang juga sedang bergelut dengan problem kesehatan, agar tidak mau kalah juga dari Opa yang umurnya 18 tahun, eh 65 tahun deng. Â
Dari Pak Edel Porter Ciremai, saya belajar tentang memaknai arti sebuah profesi yang dinamakan porter. Saya juga belajar tentang arti sebuah rasa yang bernama "syukur", ketika ia menerima upah sebesar 600 ribu rupiah dengan perjuangannya yang bagi saya terasa berat.
Uang sebesar itu mungkin bisa dengan mudah kita dapatkan dalam bisnis atau pekerjaan yang kita lakukan saat ini.Bahkan mungkin bisa langsung habis dalam 2 jam untuk dibelanjakan di mall atau beli buku kesukaan.
Bagi Pak Edel, uang 600 ribu yang ia dapat dengan kerja keras dan cucuran keringat, naik ke pos 5 dengan beban 40 kg itu, bisa dipakai untuk membiayai kehidupannya, sekolah anak-anaknya, dan membawa manfaat atau pahala karena bernilai sedekah untuk keluarganya. Betapa banyak hal-hal yang patut kita syukuri, pada intinya.
Sebelum saya aktif sebagai penikmat alam di mana minimal sebulan sekali saya alokasikan waktu, tenaga, dan uang untuk melakukan pendakian ke gunung-gunung di Indonesia, saya tidak mengenal dengan baik istilah itu (porter).
Saya hanya membaca dari buku-buku biografi orang sukses, bahwa ada sherpa (pemandu sekaligus porter tangguh bagi pendaki Gunung Everest) terkenal yang bernama Tenzing Norgay, di mana ia membantu petualangan Edmund Hillary dalam menaklukkan puncak Gunung Everest yang tersohor.
Ketika bersentuhan langsung dengan fakta di lapangan, profesi porter itu sungguh amazing buat saya. Bukan masalah tentang power (kekuatannya), tapi endurance (daya tahannya) itu lho, guys. It's not about the power, but it's about endurance, that matters for me.
Saya paham betul, mengangkat beban yang beratnya hanya seberat buku ensiklopedia mungkin kita bilang kuat, tapi coba kalau kita tahan angkat bebannya minimal 2 jam saja. Saya yakin tangan-tangan yang mengaku kuat itu, bisa mengalami cedera ringan.
Maka dari itu lifter (atlet angkat besi) ketika mengangkat beban dan melakukan clean and jerk itu, pastinya cuma beberapa menit saja, tidak sampai berjam-jam.
Nah, ini bayangkan porter-porter ini biasa mengangkat beban yang kira-kira beratnya 40 kg (mungkin kurang lebih tidak jauh berbeda dengan berat badan mereka yang rata-rata mungil dan lincah itu), sekitar 30 menitan untuk kemudian istirahat sebentar dan melanjutkan perjalanan kembali (estimasi total sekitar 4-7 jam menuju ke puncak). Ini sih benar-benar jago endurance-nya.
Saya saja terkadang mengangkat beban hidup plus tas 5-10 kg sudah tidak kuat lagi. Bayangkan Pak Edel ngangkat beban 40 kg plus beban hidupnya, dia santai banget jalan dan melenggang mendahului saya, duluan lagi sampai ke pos 5 nya. Hehehe.
Itu saja sharing-sharing singkat dari saya ya, guys. Saya juga menyertakan video tentang petualangan di Ciremai yang tentunya tempat di mana saya bertemu dua sosok inspirasional tersebut.
Teruntuk sahabat yang telah menemani perjalanan saya, lalu sahabat yang telah meletupkan motivasi untuk mulai tekun posting video di Youtube dan banyak membantu mengedit video, saya ucapkan terima kasih sebesar-besarnya dan semoga Tuhan membalas dengan kebaikan yang lebih berlimpah dan kebaikan dari arah yang tidak disangka-sangka. Amiiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H