Mohon tunggu...
Annisa Nurul Koesmarini
Annisa Nurul Koesmarini Mohon Tunggu... Wirausaha - Do Good, Feel Good

Saya Senang Membaca-Menulis-Menonton-Berbisnis Jika membaca diibarat menemukan harta karun. Maka menulis seperti menjaga harta karun itu tetap abadi. Menulislah dan biarkan tulisanmu mengikuti takdirnya - Buya Hamka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora featured

Bonus Demografi Ibarat Pedang Bermata Dua, Bisa Berkah atau Musibah

27 Juli 2015   02:34 Diperbarui: 13 Agustus 2016   09:54 10084
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tiga Dimensi Dasar Untuk Mengukur Indeks Pembangunan Manusia

Dengan masyarakat yang sehat, maka mereka bisa belajar dengan lebih baik dan bekerja dengan lebih baik, sehingga kesejahteraan masyarakat yang merupakan muara dari keseluruhan cita menjadi sebuah keniscayaan. Tentu kita sebagai masyarakat juga harus menjadi pendukung utama program-program pemerintah yang berfokus pada pembangunan kualitas manusia. 

Kita sebagai bagian dari masyarakat Indonesia harus sadar benar pentingnya arti pendidikan, kesehatan dan aspek-aspek yang dapat mengembangkan kualitas manusia itu sendiri serta mempraktekkannya, minimal bagi diri sendiri dan dalam lingkup keluarga inti kita.

Untuk point kesehatan, yang paling mudah kita bisa melihatnya dari angka harapan hidup. “Di Indonesia rata-rata angka harapan hidupnya adalah di usia 72, bandingkan dengan negara lain seperti Malaysia yang rata-rata angka harapan hidupnya di usia 81, Singapura di usia 83, USA di usia 85, dan Jerman di usia 90. 

Namun kini, biasanya di usia 55-65 tahun, banyak juga beberapa orang yang sudah wafat karena penyakit degeneratif. Padahal penelitian dari dunia kedokteran mengungkapkan bahwa usia manusia bisa sampai 100-120 tahun, jika dipersiapkan secara baik, salah satunya adalah dengan mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan yang alami”, ujar Bapak Dr. Abidinsyah Siregar Deputi Adpin BKKBN Pusat di tengah acara Kompasiana Nangkring bersama BKKBN pada 8 Juli 2015 lalu. 

Beliau menambahkan bahwa di Indonesia, mayoritas penduduknya (sekitar 95 %) jarang mengkonsumsi buah dan sayur, akibatnya meledaklah penyakit kanker dan penyakit degeneratif lainnya. Kemudian, yang melakukan aktivitas fisik (seperti olahraga, membersihkan rumah, menyikat kamar mandi, mencuci mobil/motor,dll) hanya sekitar 20% saja, sisanya 80% cenderung malas bergerak, hanya banyak duduk dan tidur saja. 

WHO telah merilis nomor 4 pembunuh terbesar manusia abad ini adalah kebiasaan malas bergerak, tidak melakukan aktivitas fisik yang berarti dan waktu yang dihabiskan sehari-hari relatif hanya duduk saja (baik di kantor ataupun di rumah). Tak heran, ada ungkapan ‘sitting is killing’ (yang kalau diartikan adalah terlalu banyak duduk bisa membunuhmu).

Peran BKKBN Dalam Memberikan Solusi Menghadapi Bonus Demografi

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa BKKBN memiliki visi yaitu menjadi lembaga yang handal dan dipercaya dalam mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas. Untuk mencapai visinya tersebut, BKKBN memiliki tiga pilar utama yang menjadi ruh dari setiap program yang dilaksanakan, yaitu pertama kependudukan, kedua KB dan kesehatan reproduksi, serta ketiga pembangunan keluarga.

1] Kependudukan

Dalam Harian Republika Edisi 6 Juni 2015, Kepala BKKBN Bapak Surya Candra Surapaty, mengungkapkan bahwa kemerosotan kualitas generasi penerus bangsa berhubungan dengan krisis dalam institusi keluarga. Beliau menambahkan bahwa maraknya korupsi, narkoba, prostitusi, dan kasus-kasus lain di Indonesia ada hubungannya dengan krisis yang terjadi dalam keluarga. Oleh karena itu, beliau menyambut baik keberadaan Forum Antar Umat Beragama Peduli Keluarga Sejahtera dan Kependudukan (Fapsedu) di tengah-tengah masyarakat. Sehingga diharapkan forum lintas agama ini bisa memberi kontribusi yang positif terhadap perbaikan keluarga Indonesia, khususnya yang melalui jalur pemuka agama.

2] KB dan Kesehatan Reproduksi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun