Mohon tunggu...
Annisa Nurul Koesmarini
Annisa Nurul Koesmarini Mohon Tunggu... Wirausaha - Do Good, Feel Good

Saya Senang Membaca-Menulis-Menonton-Berbisnis Jika membaca diibarat menemukan harta karun. Maka menulis seperti menjaga harta karun itu tetap abadi. Menulislah dan biarkan tulisanmu mengikuti takdirnya - Buya Hamka

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Peluang, Tantangan, dan Upaya dalam Mendorong Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) di Indonesia

14 Juni 2015   13:08 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:03 1754
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Last but not least, manfaat non tunai selanjutnya yang tidak kalah pentingnya dari poin-poin sebelumnya yaitu [6] mampu memberikan perencanaan ekonomi yang lebih akurat. Dengan penggunaan alat pembayaran non tunai, maka setiap transaksi itu akan tercatat dan terekam secara memadai dalam suatu basis data. Nah, data yang terekam tersebut, jika dianalisis maka akan ketemu suatu pola yang mampu menunjukkan bagaimana kondisi ekonomi masyarakat di daerah tersebut, bagaimana daya belinya, bagaimana kecenderungan belanja masyarakat di daerah tersebut, sehingga pada ujungnya hal ini dapat menjadi referensi atau rujukan bagi pemerintah sehingga lebih mudah untuk menentukan arah pembangunan yang tepat di satu wilayah, daerah mana yang akan diprioritaskan dalam pembangunan serta model pembangunan seperti apa yang dapat dikembangkan di daerah tersebut. Intinya, segala sesuatu yang tercatat dengan baik, dapat dihitung dengan baik, dan pada ujungnya dapat di-manage dengan baik pula.

Dibalik peluang yang terpampang nyata itu, terdapat tantangan pula yang mesti dihadapi. Dua diantaranya yang paling besar adalah tantangan dari manusia itu sendiri dan tantangan membangun infrastruktur. Tantangan dari manusia bisa berupa resistensi terhadap perubahan/kemajuan teknologi, perilaku penggunaan alat pembayaran non tunai yang kurang bijak, maupun maraknya tindak kriminal yang menyasar kepada pengguna alat pembayaran non tunai. Tantangan tersebut tentu bisa diatasi dengan menyematkan harapan positif dan menggiatkan upaya dalam mendorong GNNT di Indonesia melalui edukasi perilaku, harmonisasi regulasi antar pemangku kepentingan dengan pengguna layanan, memperbaiki sistem pengawasan dan implementasi di lapangan, serta perbaikan sistem perlindungan konsumen. Sedangkan untuk tantangan membangun infrastruktur, tentu mau tidak mau ya solusinya harus dibangun infrastruktur yang memadai sehingga perluasan layanan keuangan sampai ke pelosok Indonesia bisa tercapai serta terbuka kesetaraan dan kesempatan untuk memperoleh layanan yang sama antar berbagai wilayah, baik itu di Indonesia bagian Barat, Indonesia bagian Tengah, maupun Indonesia bagian Timur, baik itu di dalam negeri maupun di luar negeri.

Pada acara Kompasiana Tokoh Bicara Kamis silam, Mbak Trinity juga tak mau ketinggalan ikut menceritakan sekilas pengalamannya menggunakan alat pembayaran non tunai dalam perjalanan penjelajahannya mengelilingi Indonesia dan dunia. Mbak Trinity mengaku bahwa ia jarang sekali membawa uang tunai dalam jumlah besar dalam setiap perjalanannya, karena zaman sekarang kemana-mana sudah dimudahkan dengan teknologi dan layanan perbankan, seperti misalnya mau booking tiket pesawat dan tiket hotel/hostel tinggal online saja dan bayar pakai kartu kredit, mau naik taksi juga sudah bisa pakai kartu debit, mau beli pulsa tinggal pencet Handphone sendiri dan manfaatkan aplikasi di-mobile banking, mau jual beli barang dan butuh transfer uang diatas nominal 10 juta rupiah, tinggal manfaatkan internet banking saja via token, bahkan sekarang, dari info yang saya dapat disini, kalau kita mau isi ulang kartu e-money sudah bisa melalui smartphone berbasis android yang memiliki fitur NFC dan aplikasinya tinggal diunduh saja di Google Play Store, sehingga nggak perlu repot nenteng-nenteng uang banyak-banyak dan relatif jauh lebih aman.

(Sumber: http://www.bi.go.id/id/sistem-pembayaran/instrumen-nontunai/unik/Contents/Default.aspx)

Mbak Trinity bercerita, paling ia hanya sedia uang cash untuk naik ojek saja, karena tukang ojeknya belum bisa menerima pembayaran non tunai. “Mungkin kalau abang ojeknya sudah bisa bawa mesin EDC, baru saya bisa menggunakan kartu debit”, celoteh Mbak Trinity yang sontak disambut tawa oleh yang hadir di acara itu. Pengecualian juga terjadi ketika Mbak Trinity berada di Kepulauan Banda, lebih tepatnya Banda Neira di Maluku. “Saya harus benar-benar well-prepared dengan uang cash di tangan sampai berjuta-juta (kan ceritanya udah tajir..cieeecieee) karena disana hanya ada 1 buah ATM dari bank yang ada di sana. Itu pun uangnya di ATM kadang ada, kadang nggak. Kalau uangnya ada, kadang listriknya yang nggak ada.”, kilah Mbak Trinity. Masalah infrastruktur disana benar-benar menjadi tantangan untuk menggalakkan pembayaran non tunai.

Mbak Trinity juga menceritakan sekilas pengalamannya menggunakan kartu debit saat menemani ibunya yang sedang sakit dan dirawat di Penang-Malaysia. Ia merasa lebih aman dan nyaman untuk menggunakan kartu debit disana. Alasannya, ia tidak perlu repot ke ATM untuk ambil uang cash, ia tidak perlu repot mikirin kurs dari rupiah ke ringgit karena sudah otomatis uang yang didebet berubah ke ringgit, ia tidak perlu mikirin uang kembalian karena uang yang didebet sudah pasti pas nominalnya (misalnya biaya rumah sakitnya 30.340 ringgit, maka kita tidak perlu repot cari uang tunai pas dan mikirin kembaliannya, karena dengan kartu debit jumlah yang terpotong sama persis dengan nominal yang tertera), dan yang paling penting adalah dengan menggunakan kartu debit, transaksi langsung terhubung ke akun rekeningnya dan mendapat notifikasi pemberitahuan melalui sms, sehingga lebih mudah diawasi/dipantau.

Uniknya, sejak usia belasan tahun Mbak Trinity mengaku sudah memiliki kartu kredit. Menurutnya, kartu kredit itu sama pentingnya kayak paspor, karena biasanya kalau ke luar negeri atau menginap di hotel, yang paling sering ditanyakan kalau nggak passport ya credit card. Sampai kini, ia hanya menggunakan 1 buah kartu kredit dan 2 buah kartu debit/ATM, karena ia tipikal orang yang tidak terpengaruh dengan promo-promo semisal beli 2 gratis 1 ataupun beli 1 gratis 2 yang biasanya gencar dipromosikan oleh bank penerbit kartu, ia memakai kartu sesuai dengan keperluan dan kebutuhan, bukan sesuai dengan keinginan.

Dalam penggunaan alat pembayaran non tunai ini, biasanya Mbak Trinity menggunakan debit card untuk transaksi sehari-hari, menggunakan credit card untuk hal yang sifatnya auto pay, seperti untuk bayar listrik, telepon, TV kabel, dan asuransi. Serta menggunakan internet banking dengan token untuk keperluan transfer dalam jumlah besar. Mbak Trinity juga membagikan tips-tips berharga bagi teman-teman yang senang ber-traveling ria dan ingin tetap aman selama di perjalanan. Biasanya yang dilakukan Mbak Trinity adalah menaruh barang-barang berharga di Safe Deposit Box yang disediakan oleh pihak hotel. Ia hanya membawa uang seperlunya jika keluar hotel, misalnya untuk cari makan atau jalan-jalan atau bisa juga menggunakan money belt, intinya keberadaan kita selaku turis jangan tampak terlalu mengundang, begitu saran dari Mbak Trinity.

(Sumber: https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQU6Srf6Tnvc0CCJi5Yjl3g_nNVW71zlJkiDnkHlbLWaWY_oOB7)

        

(Sumber:https://encrypted-tbn1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQ4r20fCZPKkx7e4z5ozb8uS1ra_fOUfMx7hZMY3TyVmLpH7APU3w)

Untuk teman-teman yang biasa bertransaksi online dan menggunakan kartu kredit, ia menyarankan seperti yang sudah biasa ia lakukan, yaitu mengakses transaksi online itu dari laptop pribadi dan pastikan untuk mengamankan 3 digit angka terakhir kartu kredit Anda (kalau cara yang biasa dipakai oleh teman saya yang punya 20 kartu kredit, ia biasa menselotip dengan lakban 3 digit terakhir kartunya dan mencatat 3 digit terakhir di tempat yang ia rasa aman).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun