Mohon tunggu...
Annisa Nurrahmawati
Annisa Nurrahmawati Mohon Tunggu... Guru - GURU

Seorang yang bekerja di bidang pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mengejar Senja

26 September 2024   10:26 Diperbarui: 26 September 2024   14:42 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Kenapa tak kamu ajak Nawang saja? Kamu tahu dia sangat tergila-gila dengan senja. Aku berani bertaruh bahwa dia lebih mencintai senja dibanding aku.” Cerocos Kinan.

“Oke, aku dan Nawang berburu senja dan pada akhirnya kami saling jatuh cinta, begitu?” Sejenak aku menghentikan kalimatku, menatap serius pada Kinan. “Sudahlah, kamu yang temani aku atau aku akan pergi sendiri.” Lanjutku.

“Demi persahabatan dan demi Jade yang sedang jatuh cinta.” Kinan mengangguk.

Di sinilah aku dan Kinan sekarang, di pantai Losari, salah satu pantai terbaik di Makassar. Aku duduk di bibir pantai, melihat salah satu sudut langit yang menampakkan cahaya merah keemasan yang perlahan turun dari ketinggian. Beberapa orang mengatakan pantai ini memiliki keistimewaan untuk menikmati pemandangan matahari terbenam. Benar saja, senja di pantai ini sungguh menakjubkan. Pantainya yang begitu luas menghadirkan kemolekan senja yang begitu mempesona dan tanpa batas. Kulirik perempuan yang duduk di sampingku, dia tersenyum menatap laut lepas. Aku mengikuti arah pandangannya, aku pun tersenyum. Masih dengan harapan yang sama, bertemu sosok yang telah mengobrak-abrik hati dan pikiranku.

xxx

Sampai suatu ketika, Kinan menyerah berburu senja denganku. Dia letih dengan pencarianku yang selalu saja nihil. Kinan memutuskan kembali ke Jogja, melanjutkan rutinitas hidup normalnya. Berkali-kali aku memaksanya untuk tetap tinggal dalam pencarianku, berkali-kali juga Kinan menolak. Kinan selalu mengatakan bahwa aku naif, gila senja, tingkahku tak masuk akal, dan berbagai umpatan lainnya. Aku tidak pernah menyangkal, memang begitulah adanya. Jatuh cinta dengan seseorang yang baru aku temui untuk pertama kalinya dan bahkan tidak tahu rupanya adalah hal yang tidak terlogika. Aku masih ingat pembicaraan terakhirku dengan Kinan di pelataran bukit Sabang, tempat terakhir terbenamnya matahari di Indonesia. Dan, di sana pula aku dan Kinan terakhir mengantar senja bersama-sama.

 “De, sampai kapan kamu mau mencari laki-laki itu?” Tanya Kinan memecah keheningan sore itu.

“Kamu bosan menemaniku?” Aku balik bertanya, menoleh ke arahnya.

“Bukan begitu, tapi mencari orang yang bahkan kamu tidak tahu wajahnya bukanlah hal yang mudah. Sudahlah, berharap pada sesuatu yang tidak pasti itu percuma. Kamu tentu tahu filosofi mengenai senja, senja itu indah, namun senja hanya bersifat sementara. Begitu juga laki-laki senjamu itu.” Kinan bicara panjang lebar sembari serius menatapku. Aku menghela nafas, tatapanku kembali ke langit senja.

“Nan, kamu melupakan satu hal, walaupun sementara bukan berarti senja tak pernah menyapa lagi. Kehadirannya pasti dan dinanti banyak penikmatya. Apa pernah kamu melihat langit sore tanpa senja? Jika kamu berpikiran langit mendung menganggalkan kedatangan senja kamu salah. Senja selalu datang, senantiasa ada bahkan dalam mendung sekali pun, di balik kelamnya awan diam-diam senja hadir dan hanya para penikmat sejatinya yang mampu merasakan kehadirannya.”

“Dan apakah kamu tahu kenapa senja harus berganti malam, De? Karena hidup ini proses, tak selamanya kamu mendapatkan yang indah, terkadang perlu kegelapan dan kepahitan dalam warna hidupmu. Tapi, kamu juga harus ingat bahwa gelap tak selamanya menakutkan, gelap dapat dimaknai indah jika kamu mampu menghadirkan bintang di sana. Hidup ini tak melulu soal senja, De.” Aku tersentak mendengarnya, tak pernah terpikir Kinan mampu meracik kata sedemikian rupa sehingga berhasil membuatku tertampar oleh kata-katanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun