Annisa Nurhidayanti (2318015)
Filosofi Pendidikan Indonesia Topik 3 -- Aksi Nyata
Penghayatan Nilai Kebhinekatunggalikaan dan Nilai Pancasila di Sekolah Sebagai Penguatan Identitas Manusia Indonesia
Di sekolah PPL saya, SMA Kartika XIX-2 Bandung terlihat adanya keberagaman latar belakang peserta didik, terutama dalam aspek agam dan sosial budaya. Tentu perbedaan tersebut cukup menarik untuk saya amati. Seperti yang sudah dipelajari dalam Mata Kuliah Filosofi Pendidikan Indonesia, saya semakin yakin bahwa manusia Indonesia itu khas dan unik. Meskipun mereka sama-sama tinggal di Kota Bandung, tentu setiap daerah dalam lingkup Desa atau Kecamatan yang berbeda memiliki kekhasannya masing-masing. Dalam konteks negara, Indonesia adalah rumah bagi kita yang kaya dengan kemajemukan dan beragamnya latar belakang, mulai dari agama, bahasa, adat istiadat, kebudayaan, suku, dan lain sebagainya. Namun, kita sebagai warga negara yang penuh perbedaan tersebut harus bisa hidup rukun dan berdampingan dengan saling mengasihi dan saling menghormati. Perbedaan tersebut diikat dan dinaungi oleh payung toleransi yang bernama Bhineka Tunggal Ika.
Saya amati di sekolah PPL dalam kegiatan belajar mengajar, guru memperlakukan sama semua peserta didik, tanpa membedakan latar belakang peserta didiknya. Tidak ada salah satu peserta didik yang diistimewakan atau dididskriminasikan karena berbeda agama/suku/budaya yang melekat pada dirinya. Perlakuan seperti ini tentulah perilaku positif yang mencerminkan penghayatan kesetaraan dan persatuan sesama manusia yang memiliki perbedaan. Hal yang sama juga dilakukan oleh peserta didik. Mereka memiliki hubungan pertemanan yang harmonis. Semuanya membaur untuk berteman dengan penuh kasih sayang tanpa sekatan meskipun dengan temannya yang beragama non islam. Mereka pahami betul bahwa pertemanan bertujuan untuk mencari kesenangan dan sama-sama belajar menghadapi berbagai pengalaman baru bersama sehingga terciptanya kenangan manis tanpa peduli perbedaan latar belakang yang mereka miliki. Di kelas, mayoritas peserta didik adalah orang asli Bandung dan beragama islam tetapi mereka tetap rukun dan tidak membully teman minoritas yang bukan orang asli Bandung yang beragam non islam. Dengan tangan terbuka, pihak sekolah pun menerima semua peserta didik tanpa menghiraukan latar belakang. Akan tetapi, pembelajaran spiritual (agama) belum sepenuhnya diberikan secara adil. Peserta didik minoritas yang beragama non islam belum sepenuhnya mendapatkan haknya menerima pembelajaran agamanya dari pihak sekolah. Belum ada program mendatangkan guru khusus untuk membimbing mereka yang beragama non islam. Hal ini mungkin masih menjadi keterbatasan pihak sekolah dalam mencukupi kebutuhan pembelajaran setiap peserta didiknya.
Meskipun demikian, simbol penghargaan dan penghayatan terhadap kebhinekatunggalikaan sebagai bentuk penguatan identitas Manusia Indonesia yang ada di sekolah sudah terlihat pengimplementasiannya. Misalnya di ruang guru, kepala sekolah dan setiap ruang kelas memiliki foto Garuda Pancasila yang dipasang di atas papan tulis bagian tengah dan disampingnya terdapat foto presiden dan wakil presiden yang menjabat saat ini. Ini merupakan salah satu bentuk sekolah menjunjung tinggi lambang negara yang digunakan sebagai tuntunan dalam hidup berbangsa dan bernegara. Warga sekolah diingatkan bahwa Garuda Pancasila merupakan lambang negara sekaligus identitas kita sebagai warga negara Indonesia. Membiasakan menyanyikan lagu nasional dan lagu daerah setiap upacara bendera juga merupakan simbol yang menunjukkan bahwa manusia Indonesia adalah orang yang cinta tanah air, sopan santun, dan kepribadian khas daerahnya masing-masing yang terkandung dalam lirik lagu-lagu tersebut yang sudah dibiasakan kepada peserta didik sejak kecil. Kemudian, adanya program PPP (Profil Pelajar Pancasila) merupakan salah satu bentuk implementasi penghayatan nilai sila-sila Pancasila yang dicanangkan dalam Kurikulum Merdeka yang menjunjung tinggi kemerdekaan belajar peserta didik.
Pancasila merupakan dasar negara yang menjadi pedoman tatalaksana dalam hidup bermasyarakat di Indonesia. Dalam dunia Pendidikan, penanaman penghayatan nilai-nilai Pancasila sudah seharusnya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama di lingkungan sekolah sebagai miniatur kehidupan sosial masyarakat. Setelah melakukan observasi lingkungan sekolah SMA Kartika XIX-2 Bandung telah terlihat adanya penguatan nilai-nilai Pancasila untuk menguatkan identitas sebagai manusia Indonesia. Implementasi yang dilakukan pada lingkungan sekolah sebagai identitas manusia Indonesia tercermin dari kegiatan berikut:
1)Sila Pertama :"Ketuhanan Yang Maha Esa" yang bermakna bahwa bangsa Indonesia bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kegiatan sekolah yang memuat pengamalan nilai-nilai yang sila pertama adalah sebagai berikut.
- Berdoa sebelum dan sesudah belajar di dalam kelas.
- Saling menghormati dan menghargai perbedaan agama.
- Saling mengingatkan dalam menunaikan kewajiban beribadah.
- Tadarus rutin harian dan sholat dhuha berjamaah (untuk yang beragama Islam).
- Ditanamkan perasaan syukur atas segala kenikmatan yang telah didapatkan.
2)Sila Kedua :"Kemanusiaan yang Adil dan Beradab" yang bermakna adanya pengakuan terhadap persamaan derajat antarsesama manusia dan setiap individu memiliki hak dan kewajiban. Kegiatan sekolah yang memuat pengamalan nilai-nilai yang sila kedua adalah sebagai berikut.
- Sopan santun kepada guru, teman dan seluruh warga sekolah.
- Mendengarkan nasehat dan arahan dari guru.
- Saling rukun dengan seluruh warga sekolah.
- Mentaati peraturan/tata tertib di sekolah.
- Saling menolong dan peduli saat ada warga sekolah yang mengalami kesulitan, musibah ataupun saat sakit.
3)Sila Ketiga :"Persatuan Indonesia" bermakna bahwa suatu usaha menuju persatuan rakyat dalam negara kesatuan Republik Indonesia. Kegiatan sekolah yang memuat pengamalan nilai-nilai yang sila ketiga adalah sebagai berikut.
- Mengikuti upacara bendera dengan khidmat.
- Tidak membeda-bedakan teman dari manapun asal atau agamanya.
- Menghargai setiap budaya dan ciri khas dari masing-masing daerah.
- Tidak bersikap rasisme.
- Bersatu padu dan bekerja sama dengan teman-teman di sekolah.