KESIMPULAN TOPIK 2
KONEKSI ANTARMATERI – MANUSIA INDONESIA DARI PERSPEKTIF YANG BERAGAM
Annisa Nurhidayanti (2318015)
Topik 2 – Koneksi Antarmateri
Filosofi Pendidikan Indonesia
Saya yakin bahwasannya pembelajaran harus menerapkan sistem transfer ilmu dari guru kepada murid agar dapat menambah pengetahuan peserta didik dengan cepat dan membuat mereka semakin pintar. Saya tahu, setiap peserta didik adalah individu yang masing-masing memiliki karakter dan cara belajar yang sejatinya khas dan unik dalam mengembangkan diri. Gaya belajar tersebut merupakan hasil dari didikan dan kebiasaan di rumah dan lingkungan sekitarnya. Umumnya, meskipun guru mengetahui bahwa peserta didiknya memiliki cara belajar yang berbeda-beda, guru tetap menyamaratakan teknis pembelajaran supaya lebih mudah dalam mengajar. Ternyata, pemikiran tersebut kurang tepat.Â
Setelah mempelajari dasar-dasar pendidikan Indonesia hasil pemikiran KHD, saya sadari bahwa pembelajaran harus menerapkan sistem among dan menuntun secara ikhlas dan agar dapat membantu mengembangkan segala potensi diri yang dimiliki peserta didik secara lebih maksimal.Â
Setiap peserta didik adalah individu yang masing-masing memiliki karakter dan cara belajar yang sejatinya khas dan unik dalam mengembangkan diri. Gaya belajar tersebut merupakan kombinasi dari aspek fisik, kognitif, dan psikis dalam memeroleh dan mengolah informasi untuk mengontruksi pengetahuannya menjadi sebuah ilmu dan skill.
Karakter dan gaya belajar peserta didik tersebut merupakan kodrat yang Tuhan berikan sebagai bagian penting dalam identitas seseorang yang erat kaitannya dengan konteks lingkungannya (nilai sosial budaya dan norma tempat asal atau tinggal). Kodrat tersebut tidak dapat dipisahkan atau dihapus dari diri peserta didik. Melalui pendidikan kodrat ini berusaha dipoles dan dibentuk menjadi sebuah kecakapan yang positif dan lebih baik. Untuk dapat mewujudkan pendidikan anak yang relevan dengan konteks sosial budaya di suatu daerah, dapat dicoba dengan membawa ciri khas daerah tersebut. Misalnya, nilai kepedulian antar warga dalam berbagai situasi atau momen (musibah maupun hajatan).Â
Guru mencoba menerapkan prinsip gotong royong dalam pembelajaran di kelas yang bentuk tugasnya mengutamakan kerjasama tim. Hal ini akan lebih membantu pemahaman dan proses eksplorasi peserta didik dalam menerapkan nilai sosial budaya di kelas atau sekolah. Sementara itu, perkembangan zaman yang semakin modern menuntut peserta didik harus menguasai keterampilan abad 21 minimalnya 4C (communication, collaboration, critical thinking, and creativity) dan mahir memanfaatkan IPTEKS dalam kehidupan sehari-harinya.
Tuntutan tersebut akan mudah dicapai jika guru dapat melaksanakan pendidikan yang berhamba kepada murid. Konsep ini memang menjadi kontroversial. Guru, siswa, maupun orang tua seringkali menyalahartikan "merdeka" dalam konteks belajar ini sebagai kebebasan anak untuk tidak belajar, malas-malasan, mengandalkan internet, dan belajsr semaunya anak. Setelah saya pelajari lebih mendalam, makna dari konsep tersebut adalah berupaya memberi kesempatan untuk mengembangkan diri dalam pembelajaran mandiri dan tutor sebaya. Guru harus bisa membangkitkan semangat dan rasa saling menghormati antarsiswa agar bisa menyerap ilmu dengan mudah. Pendidikan yang menghamba pada murid menekankan pada minat, kebutuhan, dan kemampuan individu peserta didik. Guru memang perlu menggunakan berbagai model dan metode belajar yang dapat menggali motivasi belajar, membentuk kebiasaan pembelajar sejati, gemar membaca, dan rasa ingin tahu yang besar dalam mencari pengetahuan.
Apabila pembelajaran ini dapat terlaksana dengan baik, keuntungan terbesar yang didapatkan adalah perkembangan kualitas sumber daya manusia di masa depan. Generasi muda nanti akan memiliki kualitas yang luar biasa, dalam hal kepemimpinan, kreativitas, inovasi, kemandirian, berpikir kritis dan bernalar tinggi, kemampuan berkomunikasi, serta kolaborasi tim sehingga dapat bersaing secara global.
Langkah pertama untuk dapat menerapkan pembelajaran yang merefleksikan pemikiran KHD adalah dengan melakukan observasi awal secara langsung dan memeroleh informasi dari guru wali kelas ataupun guru BK mengenai gaya belajar peserta didik. Selain itu, pentingnya guru harus mampu menjadi role model (teladan) Profil Pelajar Pancasila bagi peserta didik sehingga dapat memberikan contoh aksi yang nyata dalam menanamkan nilai karakter dan budi pekerti luhur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H