Mohon tunggu...
Annisa Nur
Annisa Nur Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Mengatasi Perilaku Bullying di Sekolah Dasar

28 November 2024   11:37 Diperbarui: 28 November 2024   11:40 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Bullying atau perundungan adalah masalah serius yang dapat memberikan dampak negatif jangka panjang pada perkembangan mental, sosial, dan akademis anak. Perilaku ini tidak hanya menjadi masalah di kalangan remaja, tetapi juga sering terjadi di sekolah dasar. 

Di usia ini, anak-anak mulai membentuk identitas diri dan hubungan sosial, sehingga rentan terhadap tekanan dari teman sebaya. Bullying pada anak SD dapat berupa ejekan, pengucilan, intimidasi, hingga kekerasan fisik. Dampaknya tidak hanya dirasakan oleh korban, tetapi juga oleh pelaku dan saksi, yang semuanya membutuhkan perhatian khusus agar dampaknya tidak berlanjut ke masa dewasa.

Dampak negatif bullying pada korban sangatlah signifikan. Anak yang menjadi korban seringkali mengalami rendahnya harga diri, gangguan emosional seperti kecemasan dan depresi, serta penurunan motivasi dan prestasi akademis. Rasa takut atau tidak aman di sekolah juga dapat membuat anak enggan untuk datang ke sekolah, yang pada akhirnya memengaruhi kemampuan mereka untuk belajar dan berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. 

Sementara itu, pelaku bullying juga menghadapi risiko perkembangan karakter yang bermasalah. Mereka cenderung mengalami kesulitan dalam hubungan interpersonal di masa depan dan bahkan memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk terlibat dalam perilaku kriminal. Saksi bullying, meskipun tidak terlibat langsung, juga dapat mengalami trauma emosional yang mengganggu kesejahteraan mereka.

Mengatasi bullying di sekolah dasar memerlukan pendekatan yang menyeluruh. Langkah pertama adalah membangun kesadaran sejak dini tentang apa itu bullying dan mengapa hal ini tidak dapat diterima. Edukasi mengenai bullying perlu dilakukan secara rutin di sekolah, baik melalui diskusi di kelas, pelatihan, maupun program khusus yang melibatkan siswa, guru, dan orang tua. 

Anak-anak perlu diajarkan bahwa setiap bentuk perilaku yang menyakiti orang lain, baik secara fisik maupun emosional, adalah salah. Dengan pemahaman yang baik, siswa akan lebih mampu mengenali perilaku bullying dan lebih cenderung melaporkannya.

Mendorong sikap empati adalah langkah penting berikutnya. Anak-anak yang memahami perasaan orang lain cenderung lebih jarang terlibat dalam perilaku bullying. Guru dapat menggunakan cerita, permainan, atau drama pendek untuk mengajarkan empati kepada siswa. 

Misalnya, melalui simulasi peran, anak-anak bisa merasakan bagaimana menjadi korban dan memahami dampak emosional yang ditimbulkan oleh perilaku bullying. Di sisi lain, penghargaan terhadap perilaku baik, seperti membantu teman yang kesulitan, juga dapat menumbuhkan sikap peduli dan memperkuat hubungan positif antar siswa.

Sekolah juga harus menerapkan kebijakan anti-bullying yang jelas dan konsisten. Kebijakan ini mencakup aturan tegas terhadap pelaku bullying, prosedur pelaporan yang aman dan rahasia, serta langkah-langkah pendampingan untuk korban. 

Guru dan staf sekolah perlu dilatih untuk mengenali tanda-tanda bullying, baik pada korban maupun pelaku, sehingga mereka dapat segera mengambil tindakan yang tepat. Selain itu, penting bagi sekolah untuk menyediakan ruang konsultasi bagi siswa yang merasa tidak nyaman atau memiliki masalah dengan teman sebayanya.

Peran orang tua tidak kalah penting dalam pencegahan dan penanganan bullying. Orang tua perlu menjalin komunikasi yang baik dengan anak untuk mengetahui apa yang terjadi di sekolah. Dengan mendengarkan anak tanpa menghakimi, orang tua dapat memahami pengalaman mereka dan memberikan dukungan emosional yang dibutuhkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun