Tepat pada hari ini, tanggal 21 April 2021 Indonesia kembali memperingati Hari Kartini. Hari Kartini merupakan hari di mana kaum wanita pada akhirnya diperbolehkan untuk mendapatkan pendidikan yang layak dan bebas menyuarakan ide, opini, gagasan, maupun pandangannya agar menjadi pendidik yang bijak dan cerdas bagi anak-anak dalam sebuah keluarga. Hal tersebut terwujud berkat perjuangan RA Kartini yang telah menuliskan sebuah buku berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang dengan tujuan untuk memberikan pemahaman kepada kaum perempuan bahwa sebagai manusia, mereka memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam menimba ilmu seperti kaum laki-laki.
Umumnya, berbagai kicauan warganet muncul di sosial media dari yang hanya sekadar mengucapkan "Selamat Hari Kartini" sampai mengadakan diskusi dengan tokoh-tokoh perempuan yang tangguh dan inspiratif. Kini, tokoh-tokoh perempuan tangguh tersebut hadir di tengah pandemi. Para tokoh yang dimaksud adalah sebuah komunitas ojek online perempuan bernama Srikandi Gojek Jogja. Komunitas Srikandi Gojek Jogja telah berdiri sejak tahun 2016 dengan nama "Kartini". Penetapan nama "Srikandi" lebih dipilih karena sosok Srikandi dapat melukiskan perjuangan para perempuan yang tangguh dan berani ini. Tujuan didirikannya Komunitas Srikandi Gojek Jogja adalah sebagai sarana silaturahmi antar sesama pengemudi ojek online perempuan di Jogja. Jumlah anggotanya pun sudah berkembang menjadi sekitar 500 member dari yang awalnya hanya 30 member.
Tantangan
Berdasarkan penelitian, profesi sebagai pengemudi ojek online dipilih beberapa kaum wanita mulai dari mahasiswi hingga Ibu rumah tangga karena tidak membutuhkan modal banyak, cukup mudah dalam penerapannya, dan memiliki waktu yang fleksibel. Selain menjadi pekerjaan sampingan, profesi ini juga dijadikan pekerjaan utama bagi sebagian wanita. Namun tidak dapat dipungkiri, semua profesi pasti memiliki risiko dan tantangannya masing-masing. Termasuk profesi sebagai pengemudi ojek online yang ditekuni oleh anggota Srikandi Gojek Jogja. Beberapa tantangan yang harus mereka hadapi yaitu sebagai berikut.
Pertama, mendapat perlakukan tidak menyenangkan dari pengemudi ojek konvensional. Hal ini terjadi pada salah satu anggota Srikandi Gojek Jogja saat menurunkan penumpang di salah satu titik yang dianggap daerah terlarang bagi pengemudi ojek online. Terjadi sebuah perdebatan namun dapat terselesaikan karena mendapatkan pertolongan dari anggota Srikandi Gojek Jogja yang lain.
Kedua, kejahatan seksual. Hal ini terjadi ketika salah satu anggota Srikandi Gojek Jogja yang sedang mengantarkan makanan ke hotel mendapat 'tawaran' dari pria hidung belang. Akhirnya, saat ini pengemudi ojek online harus ditemani satpam hotel ketika hendak mengantar makanan ke kamar.
Ketiga, pandemi Covid-19. Pandemi Covid-19 yang belum berakhir sejak satu tahun belakangan membuat pendapatan pengemudi ojek online menurun. Hal tersebut menjadi tantangan terberat yang harus mereka lalui. Tidak sedikit dari mereka yang belum mengetahui strategi untuk menghadapi pandemi Covid-19 lantaran ketidaktahuan.
Strategi Menghadapi Pandemi Covid-19
Untuk menyiasati dampak ekonomi akibat pandemi Covid-19, para pengemudi ojek online khususnya komunitas Srikandi Gojek Jogja dapat melakukan beberapa strategi, yaitu sebagai berikut. Pertama, menekan pengeluaran. Mereka diharuskan untuk berpikir kreatif dalam mengelola keuangan. Pengelolaan keuangan dilakukan dengan cara mendahulukan kebutuhan pokok terlebih dahulu daripada kebutuhan lainnya.
Kedua, mencari pekerjaan sampingan di luar pekerjaan utama sebagai pengemudi ojek online. Pekerjaan sampingan yang dapat mereka lakukan misalnya mengembangkan bisnis online kecil-kecilan. Sejak pandemi, usaha di bidang kuliner cukup banyak diminati. Ide tersebut dapat dijadikan pilihan bagi mereka yang akan memulai bisnis online. Ketiga, memanfaatkan koneksi, jalinan, atau relasi yang dimiliki baik komunitas maupun keluarga.