Mohon tunggu...
Annisa Nur Hanifah
Annisa Nur Hanifah Mohon Tunggu... -

Mahasiswi S1 Program Studi Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogykarta angkatan 2014

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ospek, Bukan Ajang "Perpeloncoan"

16 September 2014   22:17 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:30 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Bagi orang-orang yang baru lulus SMA sederajat dan ingin melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi pasti yang menjadi persoalan utama adalah “gimana ya nanti ospeknya?”. Mahasiswa baru selalu khawatir ketika akan melaksanakan OSPEK, karena mereka mendapat cerita yang negatif dari para seniornya. Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (OSPEK) merupakan “tradisi” setiap tahun ajaran baru di perguruan tinggi dan merupakan suatu kegiatan yang wajib diikuti para mahasiswa baru, karena ospek bertujuan untuk mengenalkan dunia kampus kepada mahasiswa baru.

Bukankah seharusnya kegiatan ospek itu dilakukan dengan cara-cara yang positif mendidik kan ? namun tak jarang kita menemukanperguruan tinggi yang menggunakan cara-cara kekerasan dalam pelaksanaan ospek dengan alasan melatih kedisiplinan para mahasiswa baru bahkan tidak jarang menelan korban jiwa. Sikap senioritas sangat diperjelas dalam hal ini. Seolah-olah kegiatan ospek ini dijadikan sebagai ajang balas dendam, karena mungkin mereka dulu juga mengalami hal yang serupa.

Ospek dengan unsur-unsur kekerasan harus segera ditinggalkan karena ini hanya akan menumbuhkan rasa dendam maba kepada seniornya, yang akhirnya kelak mereka akan melampiaskan kepada maba tahun berikutnya.

Seperti yang baru-baru ini terjadi pada Perguruan Tinggi Negeri di Lampung. Mahasiswa baru fakultas Teknik, kegiatan “perpeloncoan” ini dilakukan secara diam-diam pada Rabu (10/9) lalu, terekam video amatir yang kini beredar di media sosial YouTube. Dalam Video tersebut puluhan mahasiswa baru berkepala pelontos dipaksa berlari, berjalan menunduk sambil diteriaki oleh panitia. Setelah berlari puluhan mahasiswa baru dikumpulkan di sebuah lapangan dan disuruh tidur dengan posisi tengkurep di siang hari dan dikelilingi oleh puluhan panitia yang silih berganti meneriaki mahasiswa baru tersebut. Tidak hanya diteriaki, puluhan mahasiswa yang dalam posisi tengkurep tersebut, dipukuli bahkan diinjak-ijak. Para panitia terlihat membawa batangan kayu yang digunakan untuk menunjuk dan meneriaki mahasiswa baru setidaknya sudah ada lima mahasiswa baru yang dirawat di rumah sakit.( http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/dunia-kampus/14/09/13/nbsut2-kekerasan-ospek-pengamat-copot-rektor-unila )

Dari kasus tersebut, sudah seharusnya para pihak yang bertanggung jawab seperti rektor, harus bisa mengawasi dan mengontrol kegiatan yang dilakukan saat ospek agar tidak terjadi tindakan kekerasan terhadap mahasiswa baru (lagi).

Ospek memang penting diselenggarakan, tetapi bukan dengan cara-cara kekerasan. Sebagai senior sudah seharusnya mereka mengayomi mahasiswa baru. Kita masuk ke universitas pilihan kita ini untuk belajar, bukan untuk menjadi bahan perpeloncoan para senior, jika belum masuk kuliah sudah mendapat perlakuan tidak wajar seperti itu gimana nantinya bisa nyaman mengikuti kegiatan kuliah, apalagi bertemu dengan senior-senior yang pernah melakukan perpeloncoaan.

Ospek yang diselenggarakan di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Fakulutas Ilmu Sosial dan Humaniora atau dikenal dengan Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan (OPAK) sangat jauh dari tindakan kekerasan, para panitia opaknya asik, diberi waktu untuk saling sharing dengan Penanggung Jawab (PJ) kita masing-masing, membuat kita merasa dekat dan akrab dengan senior. Banyak hal-hal kreatif yang diajarkan kakak tingkat, seperti pada ospek hari terakhir, kita menjahit bendera merah putih sepanjang 87 meter dengan jahitan tangan, dan kain tersebut berasal dari jubah spiderman yang digunakan mahasiswa baru selama kegiatan OPAK. Setelah itu mahasiswa baru membawa bendera merah putih tersebut mengelilingi kampus dan jalan raya. Kemudian kami membuat sebuah koreo dengan tulisan OPAK FISHUM dengan tema Fun With Movement Value dan dikelilingi dengan bendera merah putih didepan kantor Rektorat.

Itu hanya sebagian contoh kegiatan ospek yang positif menggunakan kreatifitas dan berpendidikan bukan kekerasan. Mungkin masih banyak lagi perguruan tinggi yang melakukan hal-hal yang kreatif lainnya. Sudah seharusnya kita kaum mahasiswa lebih bijak lagi dalam penyelenggaraan kegiatan ospek.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun