Bekerja di tanah rantau adalah salah satu cita- cita saya di masa kecil. Dengan merantau saya berharap bisa mengunjungi daerah yang jauh dari tempat tinggal saya di Jogja. Menjelajah Indonesia dengan segala keindahannya. Setelah menjalani perjuangan yang sedemikian panjang, kini cita- cita itu terwujud. Saya bersama suami dan anak saya Faza, tengah merantau jauh dari kampung halaman, tepatnya di Raja Ampat, daerah yang terkenal akan keindahan lautnya.
Ternyata dengan merantau saya bisa merasakan berbagai rasa. Susah, senang, sulit, mudah, semuanya, berbagai hal yang belum pernah saya temui sebelumnya. Salah satu hal menarik ketika merantau adalah mudik. Tentu saja karena mudik menjadi momen yang paling ditunggu- tunggu setiap menjelang hari raya. Kembali ke kampung halaman, bertemu dan berkumpul dengan orang tua dan sanak saudara. Sensasi mudik begitu menyenangkan, rasanya berbeda jika kita telah pulang dari perantauan. Keseruannya mulai dapat dirasakan sejak mempersiapkan segala sesuatu untuk mudik.
Bagi kami, mudik adalah perjalanan seru dan menarik. Bagaimana tidak, saya bekerja di daerah Raja Ampat, Papua Barat. Di daerah kepulauan ini, akses transportasi adalah dengan long boat. Long boat merupakan perahu panjang terbuka yang dijalankan dengan mesin tempel. Dengan kendaraan inilah kami biasa bepergian membelah lautan Raja Ampat.
Perjalanan mudik kami lalui dengan berbagai alat transportasi. Dimulai dari long boat, kapal Ekspress Bahari, pesawat, dan mobil. Tentu saja untuk menghadapi mudik kami harus mempersiapkan berbagai hal. Mulai dari tiket hingga berbagai barang yang akan dibawa pulang.
Persiapan Mudik
Kami mempersiapkan mudik dari jauh- jauh hari karena bagi kami mudik adalah momen yang sangat penting. Dimulai dengan memastikan waktu liburan, kemudian membeli tiket pesawat jauh hari sebelum keberangkatan. Jika tiket sudah di tangan, maka kami bisa tenang tidak takut kehabisan tiket dan tentu saja mendapat harga yang lebih murah dibanding membeli tiket dadakan.
Tiket pesawat terbang memang bisa dibilang mahal. Namun jika melihat standar keamanannya yang baik dan perjalanan yang nyaman dan cepat, itu sangat wajar. Apalagi jika membawa bayi seperti Faza, akan lebih baik menaiki pesawat terbang daripada kapal yang memakan waktu berhari- hari dari Papua hingga sampai di Pulau Jawa. Waktu perjalanan yang terlampau panjang tentu sangat menguras stamina si kecil.
Untuk transportasi lain kami tak perlu buru- buru membeli tiket karena semuanya bak bis kota yang selalu ada setiap hari dengan waktu dan harga yang stabil. Kami juga selalu menjaga stamina dan kesehatan agar perjalanan lancar sesuai rencana, terutama bagi Faza, anak kami yang masih bayi. Makan teratur dan tidur cukup untuk persiapan stamina menjelang mudik.
- Long boat
Perjalanan mudik kami awali dengan long boatdari Kampung Urbinasopen ke Waisai, ibu kota kabupaten Raja Ampat dengan menyisir sisi selatan Pulau Waigeo. Perjalanan ini membutuhkan waktu 2-3 jam. Perjalanan dengan Faza membuat kami memilih keberangkatan pagi hari, karena pada pagi hari, lautan cenderung tenang dan ombak tidak terlalu besar. Pada perjalanan ini, kami biasa mempersiapkan payung dan mantel. Kedua benda ini sangat bermanfaat menahan percikan air laut dan hujan yang mungkin turun di tengah perjalanan. Kami juga memakai jaket dan topi selama perjalanan untuk mengantisipasi angin dan teriknya matahari. Selain itu, kami menyiapkan plastik besar (plastik sampah) untuk melindungi barang bawaan supaya tidak basah. Satu lagi yang penting adalah makanan dan minuman secukupnya untuk bekal. Perjalanan ini selalu menarik bagi kami karena pemandangan lautan dan pesisir pulau yang indah dan serunya menghadapi ombak di lautan dengan long boat. Jika sedang beruntung, kami dapat melihat lumba- lumba berlompatan di laut.
- Ekspress Bahari
Setibanya di Waisai kabupaten Raja Ampat, kami memutuskan menginap sebelum melanjutkan perjalanan dengan kapal Ekspress Bahari menuju kota Sorong, kabupaten Sorong. Selain untuk kesiapan stamina, kami juga harus menyesuaikan waktu keberangkatan kapal Ekspress Bahari. Apalagi bagi Faza, perjalanan mudik ini merupakan perjalanan yang melelahkan.