Mohon tunggu...
Annisa Mela Sakti
Annisa Mela Sakti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Annisa Mela Sakti adalah seorang Mahasiswi Hukum Keluarga Islam

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bersabar di Tengah Kemajuan Zaman

27 Mei 2022   10:40 Diperbarui: 27 Mei 2022   11:17 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sabar merupakan sebuah kata yang sudah tidak asing lagi terdengar di tengah masyarakat. Seringkali kata sabar terucap disebabkan karena beberapa hal terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Tak jarang manusia mengucapkan kata sabar ketika tertimpa berbagai masalah di dalam hidupnya. 

Kata sabar juga sering terlontar ketika melihat manusia lain tertimpa musibah, misalnya ditinggalkan oleh orang terkasih menuju ke tempat peristirahatan terakhir, maka kata sabar sering terucap dalam rangka memberikan dukungan moril kepada orang yang sedang berduka sebab Allah Subhanu wa ta’ala memang memerintahkan manusia untuk bersabar karena dalam kehidupan di dunia yang fana ini manusia pada faktanya tidak akan pernah luput dari ujian dan cobaan yang semata-mata untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Subhanu wa ta’ala. Sebagaimana firman Allah

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ

“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah ayat 155).

Ash-Shabr (sabar) secara bahasa artinya al-habsu (menahan). Sedangkan secara syari’at sabar adalah menahan diri atas tiga perkara: yang pertama: (sabar) dalam menaati Allah, yang kedua: (sabar) dari hal-hal yang Allah haramkan , dan yang ketiga: (sabar) terhadap takdir Allah yang tidak menyenangkan.  

Salah satu bentuk sabar adalah sabar untuk taat kepada Allah Subhanu wa ta’ala. Hendaknya manusia sabar dalam taat kepada Allah, karena sabar pada dasarnya adalah kata yang mudah untuk diucapkan namun sulit dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.  Misalnya di era globalisasi yang sarat akan kemajuan ini tentunya secara tak langsung membuat manusia cenderung terikat akan sifat konsumtifnya. 

Tak bisa dipungkiri betapa banyak manusia bekerja sangat keras dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya bahkan hal tersebut membuat manusia lupa bahwa segala harta yang didapatkan adalah haruslah harta yang halal, harta yang tidak mengundang mudharat baik jangka pendek maupun jangka panjang serta harta yang senantiasa di ridhoi Allah Subhanu wa ta’ala.  

Melaksanakan ketaatan memang butuh kesabaran, sebab pada umumnya rasa malas atau yang dalam bahasa muda-mudi sekarang disebut dengan istilah “mager” cenderung lebih condong menguasai sehingga tak jarang ditemui dalam kehidupan sehari-hari manusia-manusia yang lalai akan sholatnya. Allah Subhanu wa ta’ala berfirman:

وَأْمُرْ اَهْلَكَ بِالصَّلٰوةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَاۗ  لَا نَسْـَٔلُكَ رِزْقًاۗ نَحْنُ نَرْزُقُكَۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوٰى

Artinya: “Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan salat dan sabar dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik di akhirat) adalah bagi orang yang bertakwa.” (Qs. Thaha: 132)

Kemudian sabar yang kedua adalah sabar dari hal-hal yang Allah haramkan. Banyak manusia terjebak dalam kubangan dosa dan kemaksiatan. 

Pada akhir zaman saat ini, terlihat jelas kemaksiatan menyebar secara mudah  terkhusus dikalangan muda-mudi. Segala kebathilan, kemungkaran, dan berbagai fitnah, syubhat, bahkan keraguan hingga berpaling dari kebenaran ajaran  agama Islam yang pada akhirnya membuat manusia condong cinta akan dunia serta menutup mata dan hati akan kehidupan akhirat yang kekal abadi, misalnya perempuan berpakaian sebagaimana ajaran Islam dikatakan identik dengan teroris, seseorang yang menasehati saudara/inya akan pentingnya menjadi manusia yang bertaqwa kepada Allah disebut sebagai manusia yang  terlalu ikut campur akan hidup orang lain, bercampurnya kaum perempuan dan laki-laki yang melewati batas yang tak sesuai ajaran Islam hingga  timbul fitnah kini dianggap biasa saja bahkan yang masih hangat diperbincangkan yakni mentoleransi kalangan LGBT dengan alasan open minded dan menerima perbedaan. 

Tak bisa dipungkiri ajaran Islam sekarang  seolah asing dikalangan umatnya sendiri. Sabar untuk senantiasa berada dalam kebenaran sebagaimana ajaran Islam bukanlah sebuah hal yang mudah, sebagaimana sebuah hadits, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ الصَّابِرُ فِيهِمْ عَلَى دِينِهِ كَالقَابِضِ عَلَى الجَمْرِ

Artinya: “Akan datang suatu masa, di mana orang yang bersabar (berpegang teguh) pada agamanya seperti orang yang sedang menggenggam bara api” (HR. At-Tirmidzi no. 2260, hadits dari Anas bin Malik, lihat Shahiihul Jaami’ ash-Shaghiir no. 8002).

Perlu diingat, bahwasanya kita dianjurkan untuk senantiasa istiqomah dalam menjalankan  amar ma’ruf nahi mungkar. Sebagaimana Nabi Yusuf yang memilih tidak berzina karena ketaqwaannya kepada Allah.

Adapun sabar yang selanjutnya adalah sabar terhadap takdir Allah yang tidak menyenangkan.  Terdapat  perbedaan manusia dalam  menerima takdir yang diberikan oleh Allah. 

Pertama, golongan yang sabar dalam menerima takdir yang diberikan Allah dan yang kedua, golongan yang tidak bisa menerima takdir tersebut dengan baik, golongan ini cenderung berburuk sangka kepada Allah. 

Segala ujian maupun cobaan yang menimpa manusia tentunya sudah atas kehendak Allah. Jika kita bersabar, maka Allah akan memberikan ganjaran yang mulia bahkan Allah juga akan membantu menyelesaikan segala permasalahan yang dihadapi hambanya salah satunya adalah ketika hambanya berdo’a.

Rasulullah SAW bersabda, "Tidak ada seorang Muslim pun yang ditusuk oleh duri atau lebih dari itu, kecuali Allah pasti akan menghilangkan kesalahan-kesalahannya. Sebagaimana pohon yang menggugurkan daunnya." (HR. Bukhari).

Sabar ditengah kemajuan zaman dan di masa akhir zaman  yang penuh kebathilan ini  serta menahan diri untuk selalu berada dijalan kebenaran memang butuh perjuangan yang besar. 

Banyak sekali berbagai macam trend yang beredar di sosial media  justru semakin menjerumuskan manusia ke ladang kemaksiatan. Kebodohan serta taklid buta menjadi salah satu penyebab penyimpangan dari jalan yang lurus. 

Banyak terkhusus dikalangan muslimah yang sulit bersabar dalam beristiqomah kepada Allah seperti misalnya beristiqomah dalam mengenakan pakaian yang syar’i namun amat sangat disayangkan banyak ditemui wanita berpakaian tetapi telanjang, ketat sangat menunjukkan lekuk tubuhnya. Para pria yang sangat jauh dari masjid dan lebih memilih bermain game online sehingga seringkali lalai sholatnya. Serta tak jarang berbagai video tak senonoh menyebar dengan mudah di jagat dunia maya.

Adapun dua kiat agar senantiasa bersabar dalam hidup  adalah sebagai berikut.

Pertama, senantiasa berhusnudzon kepada Allah Subhanu wa ta’ala bahwa Allah senantiasa memberikan yang terbaik bagi hambanya.

Dari Shuhaib, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim, no. 2999)

Kedua, senantiasa mengingat bahwa balasan bagi orang yang bersabar salah satunya adalah surga.  Sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Furqan ayat 75

Artinya: “Mereka itu akan diberi balasan dengan tempat yang tinggi (dalam surga) atas kesabaran mereka, dan di sana mereka akan disambut dengan penghormatan dan salam.”

Arus kehidupan manusia cenderung mengikuti tabiatnya. Sebagian orang memilih untuk mengikuti arus yang buruk dengan alasan menganggap semua hal tersebut adalah bentuk dari kemajuan zaman dan menghargai peradaban yang sudah digapai serta hal tersebut memang sudah menjadi konsekuensi perkembangan zaman di era saat ini. 

Namun, bukan berarti Islam melarang untuk bersikap open minded dan mengikuti perkembangan zaman tetapi agama dan segala ajarannya berupa ketinggian akhlak dan moral adalah tiang kehidupan yang harus dipertahankan dengan kokoh. Perubahan dalam urusan dunia adalah kemestian, akan tetapi berbeda dengan perubahan dalam agama. 

Mengikuti perkembangan zaman yang sebenarnya adalah tidak ikut terjerumus dalam kehancuran akhlak dan moral.  Sesungguhnya Allah menjadikan alam semesta agar manusia mengambil manfaat darinya. Agama pada dasarnya bukanlah mainan yang dengan mudah diacak-acak oleh hawa nafsu dan syahwat dengan sekehendaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun