Tanggal 1 Desember diperingati sebagai hari AIDS sedunia. Tema yang diangkat oleh WHO tahun 2020 ini adalah "Global Solidarity, Resilient Services". Bagaimana kita bisa ikut memperingati hari tersebut? Bagaimana kita bisa bantu menyukseskan "global solidarity, resilient services"?
Salah satu cara yang dapat kita lakukan untuk membantu menangani AIDS adalah dengan mengurangi stigma negatif yang berkembang di masyarakat mengenai Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). Cara sederhana yang dapat kita lakukan adalah berusaha untuk dapat menjadi teman yang baik untuk mereka.
ODHA juga punya hak untuk mempunyai teman yang mendukung kesembuhan mereka, mereka juga punya hak untuk hidup normal layaknya kita semua. Dukungan yang baik dapat membantu meringankan beban psikologis mereka, yang selanjutnya juga akan mempengaruhi kesembuhan fisik mereka.
Lantas, bagaimana caranya agar dapat menjadi teman yang baik untuk ODHA? Teman yang dapat mendukung mereka tanpa menghakimi atau malah menyakiti. Yuk kenali kondisi psikologis mereka agar dapat mendampingi mereka dengan cara yang tepat.
Seseorang dengan HIV/ AIDS secara psikologis akan melalui tahapan-tahapan dalam merespon situasi menekan yang dihadapinya. Apabila kita mengetahui tahapan-tahapan tersebut dengan baik, maka kita akan dapat merespon dengan sesuai kepada mereka.
Berikut ini adalah tahapan-tahapan yang dilalui oleh seseorang ketika menghadapi situasi menekan menurut Elizabeth Kubler Ross (1974).
1. Kekagetan dan Pengingkaran (shock and denial)
"Tidak mungkin..ini tidak mungkin terjadi padaku"
Awalnya, seseorang yang baru saja menghadapi situasi menekan, misalnya pada hal ini terdiagnosis HIV/AIDS, akan cenderung menolak kenyataan yang telah terjadi.
Hal ini secara psikologis sebenarnya merupakan bentuk pertahanan diri yang semu (hanya sementara). Perasaan ini pada umumnya akan segera diganti dengan kesadaran yang meningkat dari situasi yang tengah dihadapi.