Tugas ini untuk memenuhi Mata Kuliah Pengantar Lingkungan Lahan Basah di Prodi Geografi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lambung Mangkurat, yang diampu oleh dosen Ibu Dr. Rosalina Kumalawati, S.Si., M.Si.
Kabupaten Tanah Laut, terletak di Provinsi Kalimantan Selatan, memiliki potensi lahan basah yang signifikan, terutama dalam konteks pertanian dan pengelolaan sumber daya alam. Dengan kondisi geografis yang didominasi oleh dataran rendah, lahan rawa di daerah ini mencapai sekitar 87.367,66 hektar, namun hanya sekitar 40.714 hektar yang saat ini dimanfaatkan untuk pertanian.
Hasil kuesioner mengenai potensi, permasalahan, pemanfaatan lahan basah, dan arah pengembangannya memberikan gambaran yang komprehensif tentang kondisi dan tantangan yang dihadapi oleh lahan basah di Desa Bumi Asih, Kecamatan Panyipatan, Kabupaten Tanah Laut. Berikut adalah penjelasan terkait hasil kuesioner tersebut berdasarkan tema yang telah ditentukan.
1. Potensi Lahan Basah
Hasil kuesioner masyarakat Desa Bumi Asih menujukan bahwa lahan basah memiki potensi yang signifikan dalam hal sebagai habitat flora dan fauna. Lahan basah, yang mencakup area seperti rawa, paya, dan lahan genangan, memiliki peran penting sebagai habitat bagi beragam flora dan fauna. Dalam habitat flora, Lahan basah mendukung berbagai jenis vegetasi, termasuk tanaman air, semak-semak, dan pohon-pohon yang tahan terhadap kondisi basah. Jenis-jenis tanaman ini sering kali memiliki adaptasi khusus yang memungkinkan mereka bertahan hidup dalam kondisi genangan air. Â Banyak lahan basah dimanfaatkan untuk pertanian, terutama untuk tanaman padi yang tumbuh baik di lingkungan lembab. Selain itu, lahan basah juga dapat mendukung pertumbuhan tanaman obat dan tanaman bernilai ekonomi lainnya. Dan jura peran ekosistem vegetasi di lahan basah berfungsi sebagai penyaring alami yang membantu menjaga kualitas air dengan menyerap polutan dan mengendalikan sedimentasi. Ini juga membantu dalam pengendalian erosi tanah.
Hasil kuesioner menunjukkan bahwa banyak responden mengkhawatirkan degradasi lahan basah akibat alih fungsi lahan untuk pertanian atau pembangunan. Ini mengancam keberlangsungan habitat flora dan fauna yang ada. Aktivitas manusia menjadi salah satu faktor, seperti penggunaan pestisida dan limbah industri, dapat mencemari lahan basah dan berdampak negatif terhadap kesehatan ekosistem serta spesies yang bergantung padanya.
Responden menekankan perlunya upaya konservasi untuk melindungi lahan basah dari kerusakan lebih lanjut. Program restorasi untuk mengembalikan fungsi ekosistem lahan basah juga dianggap penting untuk meningkatkan potensi habitat bagi flora dan fauna. Edukasi tentang pentingnya lahan basah bagi keanekaragaman hayati dan kesejahteraan manusia perlu ditingkatkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan perlunya menjaga ekosistem ini.
2. Permasalahan Lahan Basah
Permasalahan yang paling unggul menurut hasil kuesioner yaitu pencemaran air menjadi masalah utama di lingkungan lahan basah. Banyak responden mengidentifikasi penggunaan pestisida dan pupuk kimia dalam kegiatan pertanian sebagai penyebab utama pencemaran air di lahan basah. Limbah dari praktik pertanian ini mengalir ke lahan basah, mengurangi kualitas air dan mempengaruhi kesehatan ekosistem. Pembuangan limbah domestik dan industri yang tidak terkelola dengan baik juga berkontribusi pada pencemaran. Responden melaporkan bahwa banyak lahan basah terpapar limbah cair yang mencemari sumber airÂ
Responden juga mengkhawatirkan dampak pencemaran terhadap kesehatan masyarakat yang bergantung pada air dari lahan basah untuk kebutuhan sehari-hari, seperti irigasi pertanian dan konsumsi.
 3. Pemanfaatan Lahan BasahÂ
Menurut hasil kuesioner yang diungkap oleh masyarakat Desa Bumi Asih ialah bahwa lahan basah kebanyakan dimanfaatkan sebagai sumber air untuk irigasi. Menurutnya dikarenakan lahan basah sebagai sumber air yang stabil yang dapat menyimpan air hujan dan melepaskannya secara perlahan, sehingga menyediakan pasokan air untuk tanaman sepanjang tahun.Â
Banyak petani menyadari pentingnya menjaga lahan basah untuk keberlanjutan pertanian, karena keberadaan lahan ini membantu mengurangi risiko kekeringan dan banjir.
Kuesioner menunjukkan bahwa petani menggunakan berbagai teknik irigasi, termasuk irigasi permukaan dan sistem pengairan basah kering (AWD). Sistem AWD, misalnya, memungkinkan petani untuk mengatur kapan sawah harus digenangi atau dikeringkan berdasarkan kedalaman air di dalam tanah.
5. Arah Pengembangan Lahan Basah
Berdasarkan hasil kuesioner menurut masyarakat arah pengembangan lahan basah dapat dilakukan dengan cara peningkatan penelitian dan pengembangan teknologi. Kuesioner menunjukkan bahwa banyak responden menyadari pentingnya penelitian untuk mengidentifikasi potensi lahan basah yang ada di daerah mereka. Penelitian ini bertujuan untuk memahami karakteristik hidrologi, ekologi, dan sosial ekonomi dari lahan basah, sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal. Penelitian juga difokuskan pada keanekaragaman hayati di lahan basah, yang berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan menyediakan sumber daya alam yang berkelanjutan.Â
Responden mengindikasikan kebutuhan akan pengembangan teknologi irigasi yang lebih efisien, seperti sistem irigasi tetes dan pemanfaatan sensor untuk memantau kelembapan tanah. Teknologi ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi penggunaan air dan mengurangi pemborosan. Ada dorongan untuk menerapkan inovasi dalam pengelolaan air, seperti penggunaan aplikasi berbasis teknologi informasi untuk memantau dan mengatur distribusi air dari lahan basah ke lahan pertanian.Â
Hasil kuesioner menunjukkan bahwa petani membutuhkan pelatihan mengenai teknik irigasi yang efisien dan cara mengelola lahan basah secara berkelanjutan. Edukasi ini penting agar petani dapat memanfaatkan teknologi baru dengan baik. Â Edukasi tentang pentingnya menjaga lahan basah sebagai ekosistem juga menjadi fokus, sehingga petani lebih sadar akan dampak dari praktik pertanian yang tidak berkelanjutan.
Dan Responden menekankan pentingnya kolaborasi antara peneliti, pemerintah, dan petani untuk merumuskan kebijakan yang mendukung pengembangan lahan basah. Kerjasama ini diharapkan dapat menghasilkan solusi yang lebih efektif dalam pengelolaan sumber daya air. Diperlukan dukungan pendanaan dari pemerintah dan lembaga swasta untuk mendukung penelitian dan pengembangan teknologi terkait lahan basah.
Menurut hasil tanggapan responden dapat disimpulkan bahwa meskipun lahan basah memiliki potensi besar untuk mendukung kehidupan dan ekonomi lokal, tantangan dalam pengelolaannya memerlukan perhatian serius agar manfaatnya dapat dirasakan secara berkelanjutan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI