Mohon tunggu...
Annisa Lisya
Annisa Lisya Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Selain ekspresi, opini juga dapat dilimpahkan dengan tulisan. Semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Karantina Perlu, tetapi Kesadaran Masyarakat Lebih Penting

30 Maret 2020   15:38 Diperbarui: 1 April 2020   16:45 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Per tanggal 29 Maret 2020, pukul 15.40, dilansir melalui LINE SIAGA kasus covid-19 bertambah hingga mencapai angka 1.285 kasus. Hanya dalam waktu empat minggu, kenaikan angka penyebaran begitu pesat, dari yang hanya 2 kasus, hingga sekarang menjadi 1.285 kasus.

Banyak sekali himbauan-himbauan dari pemerintah, kepolisian, bahkan para influencer dan content creator menyerukan tagar #dirumahaja demi menekan angka penyebaran covid-19. 

Tidak hanya melalui media digital, bahkan kepolisian sampai berkeliling ke pemukiman warga demi menghimbau masyarakat untuk terus berada di rumah.

Segala upaya telah dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat. Pemerintah sudah berupaya dengan sangat gigih, mulai dari mencari alat medis, ADP, masker dan sebagainya untuk mendukung para tenaga medis dalam menghadapi pasien covid-19. Bahkan membuka Wisma Atlet untuk menampung pasien dalam pemantauan.

Tidak hanya pemerintah ada juga komunitas, influencer, content creator, selebriti dan jajaran masyarakat lainnya, berbondong-bondong menggalang dana demi membantu para tenaga medis dan para relawan lainnya, bahkan membantu masyarakat kecil yang memiliki pendapatan harian.

Namun segala upaya itu belum cukup untuk menekan angka penyebaran, buktinya kasus terus bertambah. Sehingga Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, memutuskan untuk mengajukan karantina wilayah kepada pemerintah pusat. Hingga saat ini kasus terbesar covid-19 berpusat di Ibukota. Lantas, apakah karantina wilayah merupakan opsi terbaik?

Dilansir melalui suarasurabaya.net, menurut Tulus Abadi selaku Ketua Pengurus Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) karantina wilayah merupakan suatu keharusan. 

Menurutnya, saat ini banyak sekali warga kota yang migrasi ke kampung halaman atau mudik, dengan alasan sudah tidak ada pekerjaan dan tidak mendapat penghasilan. Hal ini sangat berpotensi besar dalam menyebarkan virus di daerahnya.

Tulus menambahkan, jika upaya pemerintah sejatinya sudah benar, seperti bekerja di rumah, tetap tinggal di rumah, jaga jarak, jaga kesehatan, sering mencuci tangan dan sebagainya. 

Namun faktanya kepatuhan masyarakat terhadap himbauan ini sangat lemah, sehingga karantina wilayah, khususnya Jabodetabek, perlu diberlakukan.

Tentu sebelum melakukan karantina, pemerintah harus menyediakan amunisi yang lengkap, yaitu pasokan kebutuhan pokok bagi masyarakatnya. Inilah hal yang dikhawatirkan oleh masyarakat apabila terjadi karantina wilayah, pemerintah tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok masyarakatnya.

Dilansir melalui finance.detik.com, dampak yang dirasakan oleh Indonesia apabila diberlakukan karantina wilayah akan lebih besar dibandingkan dengan negara lain yang juga memberlakukan karantina wilayah atau lockdown.

Di Indonesia, terutama di Jakarta sebagai episentrum penyebaran covid-19, masih banyak masyarakat kecil dengan pendapatan harian yang akan sangat merasakan dampak karantina wilayah.

Menurut Piter Abdullah selaku Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE), jika terjadi karantina wilayah di Jakarta akan memberikan hantaman keras bagi pekerja sektor infromal. Dia menyebut banyak masyarakat kecil penjual makanan ringan akan menjadi yang pertama kehilangan pendapatan.

Hingga saat ini, masih banyak pedagang kecil yang berjualan karena mereka membutuhkan penghasilan setiap harinya untuk memenuhi kebutuhan pangan. 

Banyak sekali liputan mengenai para pedagang kecil, mereka mengatakan jika mereka akan diam di rumah, tetapi mereka menginginkan kompensasi dari pemerintah untuk memenuhi kebutuhan pangan.

Mungkin jika para pedagang ini masih mengabaikan himbauan pemerintah masih masuk akal. Tetapi, adapun masyarakat kecil yang mengabaikan himbauan pemerintah dengan alasan yang sepele, seperti makan di warung, bahkan berkumpul dengan teman di warung rokok. Polisi sampai harus berkeliling demi membubarkan kerumunan ini.

Hal ini yang terkadang membuat saya geram dan sedih secara bersamaan. Pasalnya masyarakat kecil ini terbagi ke dalam dua golongan, masyarakat yang gigih bekerja dan keras kepala. Mereka minta dikompensasi tetapi beberapa dari mereka masih tidak mematuhi himbauan pemerintah demi hal sepele.

Oleh sebab itu, karantina wilayah masih terus dipertimbangkan, karena tugas pemerintah juga akan semakin banyak dan akan sangat berdampak pada perekonomian negara. Di samping pemerintah harus mendukung tenaga medis, pemerintah juga harus mengurus masyarakatnya apabila diberlakukan karantina wilayah.

Untuk kita yang sudah memiliki kesadaran penuh di tengah wabah ini, mohon pertahankan. Tetap ikuti arahan dari pemerintah, jaga kesehatan, jaga jarak, dan jauhi kerumunan. 

Apa yang kita lakukan sudah benar dengan berdiam di rumah. Meskipun kita belum bisa menyumbangkan materi kepada yang membutuhkan, kita tetap bisa berperan dengan berdiam di rumah.

Jangan lupa segerakan cuci tangan setelah beraktivitas. Kesehatan kita jaga bersama demi kebaikan bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun