Mohon tunggu...
Annisa Kusuma Rahmawati
Annisa Kusuma Rahmawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Saya sebagai Mahasiswa Universitas Airlangga Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kurikulum Sastra: Pahami Karakter Value Sebuah Karya Sastra!

2 Juli 2024   14:47 Diperbarui: 2 Juli 2024   15:00 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Foto pribadi

Bersemayam Berkelana Dalam Cinta, Persahabatan, Pengkhianatan, Dan Sejarah Indonesia melalui novel “Pulang” karya Leila S. Chudori

Banyak air mata yang berani terjun setiap saya membaca setiap sudut pandang tokoh dalam novel ini. Saya merasa akan selalu diantarkan pada jawaban yang selama ini saya butuhkan sebagai bentuk validasi. Pada awalnya saya mengira cerita Hananto akan berperan besar di sini, ternyata dia berperan besaar untuk menunjang cerita Dimas Suryo dan Lintang Utara. Mulai dari kisah Indonesia 1965 yang mengantarkan Dimas hingga bisa menuju Perancis dan bertemu le coup de foudrenya, salah satu mahasiswa Universitas Sorbonne, Vivienne Deveraux. Kisah mereka bahkan tidak terbayangkan denganku. Karakter setiap tokoh dalam buku ini memiliki kekuatannya masing-masing. Saya ketika banyak membaca nama Vivienne seakan melihat betapa teraturnya perempuan ini, banyak keingintahuan, dia selalu berhasil membaca keadaan, dan bisa menempatkan keadaan tanpa melibatkan perasaan pribadinya. Saya sangat terkesan dengan sosok Vivienne, dia bukan pendedam semata, bahkan dia mudah mengutarakan jika memang buka itu tujuan dia. Karakter Vivienne yang mandiri dan tangguh harus bersanding dengan Dimas yang menurut saya terlalu banyak memastikan sebuah kesempatan, tidak salah jika ingin berkelana atau berpengalaman namun dengan pendiriannya yang goyah dengan pemikirannya sendiri seakan membuat Dimas mudah terperangkap dalam emosionalnya. Namun terdapat karakter Dimas yang bisa menjadi tonggak ketangguhan bagi saya pribadi, rasa ‘pulang’ yang selalu tersemat dalam benak Dimas. Perasaan tersebut seakan menyeret saya dalam situasi masa lalu yang memang tidak seharusnya dilupakan, rasa yang tidak berhak menjadi abu-abu dan harus tetap dipertahankan. Setiap tokoh memiliki gertakan masing-masing dalam karakternya, termasuk Lintang Utara. Karakter Lintang pasti banyak menjadi idaman ketika sudah berpikir rasional namun banyak menyangkal sebuah prediksi yang bahkan tidak ia ketahui akan ia hadapi atau tidak kedepannya. Saya cukup mengagumi sosok Lintang karena bersikap lugas dalam setiap keputusannya dan berani untuk menujukkan aksinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun