Mohon tunggu...
annisa haqque
annisa haqque Mohon Tunggu... -

Saya mahasiswi Publisistik UGM

Selanjutnya

Tutup

Politik

Akankah Krisis Ekonomi Justru Memberi Kesempatan AS Serbu Iran?

3 Januari 2012   07:14 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:24 1050
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Krisis Ekonomi Justru Memberi Kesempatan AS Serbu IRAN? Bagi IRAN kalau mau memulai Perang Teluk III (yang bisa jadi akan menjadi pemicu PD III), amatlah mudah. Cukup dia tenggelamkan 5-10 kapal peti kemas atau kapal super tankernya di kawasan sempit dan dangkal teluk Hormuz itu, maka macetlah 60% supply minyak ke seluruh dunia dari kawasan Timur Tengah. Artinya akan terjadi perang terbuka, sebab perekonomian dunia langsung terancam mandeg akibat krisis energi. Ditambah kondisi ekonomi Eropa dan AS yang saat ini sedang krisis, penutupan selat Hormuz akibat perang, pastilah akan menimbulkan peran Teluk III yang pasti lebih dahsyat daripada Perang Teluk I dan II lalu. Yang perlu dicemaskan dan tak banyak diperhitungkan IRAN, dan mungkin oleh banyak negara lain atas ancaman penutupan selat Hormuz itu, adalah sikap AS. Sekarang saja telah diberitakan bahwa AS sudah mengirimkan armada kapal induknya (30 December 2011). Didesak oleh tekanan ekonomi dalam negeri yang krisis selama hampir 3 tahun ini, dan tak ada tanda-tanda pemulihan cepat (malahan dibebani pula dengan krisis ekonomi baru di Eropa sejak 2011 lalu), akan sangat mungkin menjadi pemicu dan pendorong utama bagi AS untuk menyerbu IRAN seperti halnya Irak tahun 2002 lalu. AS tak perlu cari-cari alasan lagi dengan menuduh IRAN telah mengembangkan senjata nuklir, cukup bahwa saat ini keamanan nasionalnya terancam akibat macetnya supply minyak bumi dari shohibnya di Timur Tengah, akan menyebabkan dia terjun ke medan perang baru. Alasan utama AS untuk terjun kembali ke Perang Teluk III dengan menyerbu IRAN tahun 2012 ini, sesungguhnya bukanlah karena insiden Teluk Hormuz itu atau IRAN bikin Nuke. Tapi saya melihatnya dari sisi siklus ekonomi saja (bussines cycles), kaitannya dengan bisnis senjata. Krisis Eropa dan AS yang sudah parah itu, saat ini memerlukan support dana besar untuk pemulihannya kembali. Negara AS dan Eropa, memerlukan jalan keluar yang cepat dan tidak biasa dan bahkan mungkin anti-teori dan anti-moral untuk mengatasi krisis yang sekarang terjadi ini. Sebab kalau perekonomian AS dan Eropa tak diselamatkan segera pada saat ini, bisa berakibat runtuhnya peradaban Barat (West Civilazation) dan runtuhnya sistem ekonomi Kapitalisme. Solusi yang cepat untuk mengatasi hal itu, belajar dari pengalaman masa lalu, solusi terbaiknya adalah dengan membuat perang baru atau ketegangan baru, karena kalau terjadi perang maka secara otomatis industri senjata/militer dan pendukungnya akan memperoleh order besar dan memberikan lapangan kerja baru yang sangat besar (baik yang bekerja untuk pabrik senjata atau ikut berperang sebagai anggota militer). Ketegangan baru bisa saja diciptakan di kawasan Laut China Selatan dengan menempatkan pangkalan militer di Darwin-Australia dan kapal-kapal perang di Singapore. Tetapi untuk perang dalam jangka pendek ini, tinggal IRAN yang belum diberi "pelajaran", sementara hampir semua negara Arab di Timur Tengah sudah berhasil di 'revolusi' secara damai. Terakhir itu 'revolusi rakyat' Libya, dan kini Syria akan berakhir pula. Perang dan Krisis Ekonomi di AS, ada kaitannya?

Sejarah perkembangan ekonomi AS sejak tahun 1900 menunjukkan, manakala terjadi peperangan negara itu dengan negeri lain, maka membawa dampak positip bagi perekonomian nasionalnya. Itu bisa dilihat dari index perkembangan GDP negara itu pada tahun-tahun puncak terjadi peperangan. Nah, karena kini Timur Tengah dan Al-Qaeda sudah "The END", juga Irak dan Afghanistan akan segera ditinggalkan oleh AS, wilayah mana lagi yang menarik untuk dijadikan medan laga berikutnya? Yaaa ... tinggal perang selat Hormuz itu dengan IRAN sebagai medan laganya. Dan, kawasan di Laut China Selatan! Hanya saja, lawan AS dan Eropa kali ini bukan Irak atau Libya, tetapi bangsa Parsi (IRAN), sebuah suku bangsa yang dimasa lalu memang jago perang dan biasanya memiliki teknologi senjata yang canggih pula seperti halnya Barat (Romawi di masa lalu). Salah perhitungan, AS, Israel dan Eropa, justru akan tenggelam untuk selamanya disebabkan effek kerusakan perang yang tak diperkirakan sebelumnya. Akan halnya INDONESIA, sebaiknya kita berdo'a saja. Cukup minyak dunia naik sampai US$150 perbarrel, akan bikin Pertamax Rp 15.000/liter. Kalau naik sampai US$200 perbarrel, mungkin bisa Rp 25.000/liter. Dampak inflasinya pasti juga akan sangat besar bagi perekonomian nasional. Apakah kita sudah siap? ISRAEL jadi Target Utama Penghancuran Iran? Dalam penerawangan saya kalau sampai terjadi Perang Barat (AS, Israel dan Eropa) vs Iran, maka dalam 'serangan pertama' (first strike) atau 'perang penghabisan' saat bangsa Parsi yang ada di IRAN itu terdesak oleh penjajahan Barat , militer IRAN akan berusaha "melumat" ISRAEL sebagai sasarannya. Kenapa ISRAEL? Alasan pertama tentu saja karena negeri yahudi itu ikut terlibat menyerbu negara bangsa Parsi itu. Tapi kalau toh Israel tak ikut-ikutan perang secara resmi, tetap saja negara yahudi itu akan dilumat IRAN, baik pada kesemptana pertama atau terakhir kelak. Pengahancuran sasaran-sasaran ekonomi dan pemukiman penduduk yahudi di Israel dengan senjata mematikan, dimaksudkan IRAN untuk menghentikan perang dan penyerangan ke negaranya terus berlanjut. Yaaa... tetapi kenapa harus Israel? Logis saja secara strategis. IRAN paham betul kalau elit di Gedung Putih, PENTAGON, dan Uni-Eropa itu, masih cukup kuat dikendalikan oleh 'Lobby Yahudi' yang bercokol di masing-masing negara itu. IRAN juga pasti tahu persis bahwa sampai saat ini, Lembaga Keuangan dan Perbankan Dunia seperti IMF, World Bank, Pasar Uang Internasional, Perbankan Komersiel Utama dunia, umumnya juga di kuasai dan dikendalikan oleh 'Lobby yahudi' itu. Begitu pula dengan kepemilikan industri persenjataan di AS dan Eropa, umumnya sahamnya di kuasai oleh orang-orang yahudi kaya di negara maju. Mereka juga tergabung dalam 'Jews Lobbyst' itulah. Semua juga tahu akan hal yang satu ini. Asal agan pahami saja bahwa dalam perang modern saat ini, Perbankan memegang peran penting karena lembaga inilah yang menjadi sumber pembiayaan negara-negara yang sedang terlibat perang untuk memperoleh kredit cepat bagi pembiayaan pembelian senjatanya. Cicilan plus bunga yang tinggi, biasanya baru dibayar pada nanti setelah perang selesai. Dan, pembayarannya tak harus dengan uang tunai, boleh dengan SDA yang dimiliki negara itu. Tujuan IRAN sangat jelas, dengan menghancurkan negara dijanjikan, yaitu ISRAEL, otomatis akan memancing reaksi para 'Jews Lobbyst" di negara-negara maju itu untuk medesak segera dihentikannya peperangan, kalau mereka tak mau melihat negara ISRAEL hancur diserbu bangsa Parsi, IRAN. Yang juga harusnya diperhitungkan, kondisi masyarakat ARAB di kawasan Timur Tengah yang saat ini labil akibat REFORMASI (yang justru sengaja dibikin oleh Barat sendiri sebelumnya), bisa memicu gelombang kekacauan baru. Asal tahu saja, di negara-negara seperti Irak, Libya, Yaman, Syria, Kuwait, Oman, UEA, dan bahkan Saudi Arabia, penganut Islam-Syi'ah itu sangat besar dan kuat. Irak itu contohnya, 70% pendudknya adalah Syi'ah. Iran dipastikan akan mengorbakan 'Revolusi Islam Part 2' di seluruh kawasan Timur Tengah, kalau negerinya diserang BARAT yang biasanya didukung Raja-Raja Arab yang Pro-Barat itu. Nah lhoo .... tetap mau bikin Perang lagi?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun