Gemricik suara air terdengar dari balik dinding kamar.
Suara itu tidak asing bagi saya. Sumber suara saya yakin berasal dari kran air dapur. Tapi saya penasaran, kenapa suara air kran mengalir jam sembilan malam begini.
Saya pun bangkit dari tempat tidur. Bergegas menuju ke dapur. Rupaya ada sosok laki-laki yang sedang berdiri disana.
Terlihat tangannya memegang busa yang dipenuhi sabun.
Dia tengah mencuci piring dan gelas kotor sisa makan malam kami, saya, suami, dan satu anak kami. Kedatangan saya rupanya tidak Ia sadari.
Bahkan saya sempat menjepret aktivitasnya secara diam-diam. Sampai saat saya mengangetkannya dengan menepuk ringan lengannya.
“Bi, ngapain cuci malem-malem?” tanyaku.
Dia pun seperti terkejut “Eh ada kamu Mi” jawabnya sambil memberikan senyum manisnya. “Lah besok pagi kan bisa Bi? Biar aku saja yang nyuci, lagian ini juga sudah malem.” Tapi ia jawab “Gapapa Mi, Abi risih liat piring-piring kotor, Abi juga belum ngantuk, jadi cuci piring aja, kan jadi bisa ringanin pekerjaan kamu”.
Duuhh gimana tidak meleleh hati saya mendengar perkatannya. “Ya udah Bi, makasih yaaa”. Cucian piring dan gelas pun bersih lima menit kemudian olehnya.
Pemandangan seperti ini sudah tidak asing lagi di dalam rumah tangga kami semenjak menikah tahun 2011. Melihat suami melakukan pekerjaan yang notabene merupakan pekerjaan standar dan kewajiban yang dilakukan oleh saya sebagai sebagai seorang istri.