Tulisan ini merupakan curahan hati emak-emak yang tengah menghadapi gejolak kenaikan harga cabai yang terus meroket. Sampai kapan ku menangisssss.... Menunggu harga cabai bisa normal kembali...Â
Cabai adalah satu diantara bahan pokok utama dalam dunia permasakan alias kuliner. Â Hampir semua menu menggunakan cabai. Terutama untuk sambal, oseng, lodeh, balado, hingga rendang. Tak lengkap dan tak enak rasanya tanpa cabai, apalagi bagi penikmat makanan pedas.
Kegalauan kini tengah dialami oleh emak-emak seperti saya. Yang harus memasak untuk kebutuhan makanan keluarga tercinta. Karena harga sang cabai kini tengah melonjak, meroket, menjulang tinggi dari harga normal atau seperti biasanya. Apalagi kenaikan harga cabai rawit merah sang primadona, yang membuat pedasnya rasa masakan dibanding dengan cabai merah keriting, cabai hijau, maupun cabai besar.
Sudah hampir 3 bulan ini (Januari-Maret 2021) harga cabai terutama cabai rawit merah tengah melonjak dari harga normal. Biasanya 1 kg sekitar 50 hingga 60 ribu rupiah, namun saat ini per Kg nya sudah diatas 100 ribu rupiah. Tentu harga yang wow hampir setara dengan harga perKg daging sapi.
Dilansir dari kompas.com (16/3), Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menjelaskan penyebab melonjaknya harga cabai dalam beberapa waktu terakhir. Menurut dia, kenaikan harga cabai lantaran kerusakan panen di beberapa wilayah.
"Saya ingin beri laporan sedikit bahwa di Tuban, Kediri dan Blitar terjadi kerusakan panen antara kurang lebih 40 persen. Tetapi di Wajo Sulawesi Selatan terjadi kerusakan kurang lebih 70 persen. Jadi karena itu, harga cabai merah besar, cabai merah keriting, cabai rawit merah terjadi kenaikan harga yang stabil tapi tinggi," ujar Lutfi dalam konferensi pers, Senin (15/3).
Dalam kondisi seperti ini, maka hukum ekonomi berlaku. Ketika permintaan banyak, namun penawaran sedikit/terbatas, menyebabkan harga akan naik. Inilah yang terjadi pada kenaikan harga cabai lantaran kerusakan panen telah menyebabkan jumlah persediaan cabai terbatas, padahal jumlah permintaan banyak.
Kenaikan harga cabai menjadi ujian lain ditengah menghadapi pandemi Covid19  yang entah  kapan ujungnya. Tugas utama saya sebagai  Ibu rumah tangga kini ditambah lagi harus pintar-pintar mengelola anggaran belanja. Â
Apalagi jika pendapatan/pemasukan rumah tangga yang tetap, sedangkan harga barang semakin tinggi, tentu saja, yang bisa, kita lakukan agar tidak melebihi anggaran belanja yang ada, adalah dengan melakukan penghematan. Mau tidak mau kita juga harus menurunkan "ego" tingkat kepedasan makanan dengan menggunakan jumlah cabai yang lebih sedikit dari biasanya.
Lalu sampai kapan harga cabai akan menjadi normal kembali?Â
Kekhawatiran emak-emak kini makin meningkat dengan kedatangan bulan Ramadhan yang sebentar lagi kita temui, bulan April mendatang. Karena pada saat bulan puasa, biasanya harga bahan makanan pokok juga mengalami kenaikan. Dan apakah hal ini juga akan dialami harga cabai yang tetap tinggi.
Diberitakan pada laman kompas.com (18/3), Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan, harga cabai rawit di tingkat konsumen akan mengalami penurunan pada masa bulan puasa dan Lebaran nanti atau sepanjang April-Mei 2021. Berdasarkan proyeksi Kementerian Pertanian (Kementan) l, harga cabai rawit akan turun secara bertahap hingga berada di kisaran Rp 60.000-70.000 per kilogram pada puasa dan Lebaran.
Semoga saja hal tersebut bisa terealisasi. Sehingga emak-emak bisa happy dan lebih khusyuk menjalankan ibadah. *)
-Annisa Hanan-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H