3. Keterbatasan dalam bergerak
Umumnya penderita FOP mengalami keterbatasan pergerakkan. Gerakan yang terbatas disebabkan oleh pertumbuhan tulang ke dalam sendi. Kondisi ini menyebabkan masalah keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh. Akibatmya penderita FOP akan mengalami kesulitan bicara, makan, dan minum karena terbatasnya gerakan rahang. Seiring berjalannya waktu, mereka dapat mengalami kekurangan gizi karena sulit makan.
4. Resiko infeksi pernapasan
Selain itu, penderita FOP mengalami kesulitan dalam bernapas karena jaringan tulang menumpuk di dada dan di sekitar tulang rusuk sehingga membatasi pergerakan paru-paru selama bernapas.
Penanganan FOP
Hingga saat ini belum ditemukan obat untuk penderita FOP, pilihan pengobatannya pun terbatas. Namun, ada beberapa pendekatan yang dapat membantu mengelola gejala dan meningkatkan kualitas hidup individu dengan genetik FOP sebagai berikut:
- Meresepkan obat kortikosteroid untuk mengatasi peradangan dan pembengkakan akibat flare-up serta mengurangi rasa sakit.
- Penggunaan alat bantu perangkat rawat jalan seperti tongkat, kursi roda, alat bantu dengar untuk gangguan pendengaran konduktif, alat bantu makan seperti kawat, dan sebagainya.
- Melakukan fisioterapi, terapi okupasi, dan hidroterapi air hangat untuk kesulitan bergerak
Sejalan dengan hal tersebut, terdapat beberapa keadaan yang harus dihindari oleh penderita FOP, sebagai berikut:
a. Hindari prosedur yang dapat menyebabkan cedera jaringan lunak, termasuk suntikan intramuskular seperti vaksinasi, tusukan arteri, prosedur gigi, prosedur yang berkaitan dengan anestesi, biopsi, pengangkatan tulang heterotopik, dan semua prosedur pembedahan yang tidak darurat.
b. Hindari olahraga kontak, peregangan jaringan lunak yang berlebihan, kelelahan otot, dan gerakan pasif.
c. Hindari jatuh. Pada individu dengan sindrom insufisiensi toraks, hindari pemberian oksigen tambahan, yang dapat menekan dorongan pernapasan.
FOP adalah penyakit yang tergolong sangat langka dan sulit untuk disembuhkan. Penanganan yang dilakukan digunakan untuk mengurangi gejala yang dirasakan penderita FOP. Oleh karena itu, berbagai penelitian masih terus dilakukan untuk mengetahui apa penyebab penyakit ini, tindakan apa yang dilakukan untuk mencegahnya, dan bagaimana cara mengobatinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H