Matematika memang kerap kali menjadi subjek yang menakutkan bagi sebagian besar siswa, mulai dari siswa yang memiliki tingkat dasar hingga ke tingkat menengah atas. Munculnya ketakutan ini diakibatkan karena materi yang dianggap kompleks sehingga siswa merasa tertekan dengan matematika, selain itu kurang kuatnya pemahaman siswa terhadap konsep-konsep matematika juga menjadi alasan mengapa banyak siswa yang takut terhadap matematika.
Ketidakpahaman siswa terhadap matematika dapat menjadi sebuah hambatan yang serius apabila tidak ditangani dengan cepat dan tepat. Siswa dapat merasa putus asa atau bahkan kehilangan motivasi yang tinggi untuk mempelajari matematika. Siswa yang kehilangan motivasi dan merasa putus asa terhadap matematika cenderung akan mengalami penurunan pada rasa percaya dirinya untuk dapat mampu memahami matematika, sehingga hal tersebut dapat memperhambat siswa tersebut untuk belajar dengan efektif.Â
Meningkatnya rasa putus asa dan hilangnya motivasi akan sangat dapat memengaruhi kinerja akademis secara keseluruhan karena siswa mungkin menjadi pribadi yang memiliki rasa motivasi untuk belajarnya kurang.
Selain itu, adanya tekanan dari lingkungan sekitar, baik dari teman sekelas maupun orang tua yang menekan para siswa untuk mendapatkan nilai yang baik di pelajaran matematika juga dapat menjadi salah satu faktor utama sehingga bertambahnya beban psikologis bagi siswa.Â
Rasa takut akan menjadi gagal atau ketidakmampuan untuk memenuhi harapan atau ekspektasi orang lain terhadap dirinya dapat menjadi hambatan bagi siswa untuk dapat melakukan pembelajaran dengan efektif. Alasan-alasan ini sangat mampu untuk menciptakan lingkungan belajar yang tidak kondusif, di mana siswa akan merasa terjebak di dalam siklus kecemasan dan ketidakpastian.
Oleh karena itu, sangat penting bagi para tenaga pendidik dan juga orang tua siswa untuk dapat memahami mengenai tantangan yang dihadapi oleh siswa ketika mencoba untuk memahami dan mempelajari materi matematika. Dukungan yang positif juga diperlukan oleh para siswa karena dapat membantu para siswa untuk dapat mengatasi hambatan-hambatan yang dialami oleh siswa.Â
Lingkungan pembelajaran yang inklusif merupakan salah satu cara untuk dapat memotivasi siswa untuk terus bertahan dan memberikan dukungan yang konsisten. Oleh karena itu tenaga pendidik dapat membuat lingkungan pembelajaran yang inklusif, salah satu caranya yaitu dapat dengan mengembangkan sikap positif terhadap matematika dan meningkatkan prestasi para siswa pada materi matematika.
Salah satu upaya lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi hambatan-hambatan yang ada yaitu dengan menggalakkan kemandirian belajar pada siswa sejak usia dini. Hal ini merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam mengatasi hambatan tersebut, hal ini dikarenakan kemandirian belajar dapat membantu siswa untuk mengembangkan sikap positif terhadap matematika, mengasah keterampilan problem-solving, serta meningkatkan kemampuan mereka dalam menguasai materi matematika dengan lebih efektif.
Strategi untuk dapat melakukan kemandirian belajar tidak hanya mencakup aspek pembelajaran di dalam kelas saja, tetapi juga melibatkan dukungan dari lingkungan di luar kelas, seperti orang tua dan keluarga. Peran orang tua dalam kemandirian belajar di luar kelas yaitu dapat dengan memberikan dukungan, bimbingan, serta dorongan yang diperlukan.
Berikut adalah beberapa aspek kemandirian belajar yang dapat secara efektif meningkatkan prestasi siswa dalam pelajaran matematika:
1. Perencanaan Belajar
Siswa perlu merencanakan waktu belajar dengan menentukan kapan serta berapa lama mereka akan belajar setiap harinya. Selain itu, siswa perlu menetapkan tujuan belajar jangka pendek dan jangka panjang, serta menyusun jadwal belajar yang teratur.
2. Mengatur Lingkungan Belajar
Siswa perlu memilih tempat belajar yang nyaman serta terbebas dari gangguan sehingga mereka dapat melakukan kegiatan belajar dengan lebih efektif.
3. Pengelolaan Waktu
Mengatur waktu secara efektif antara belajar, bermain, dan istirahat menjadi kunci keberhasilan. Siswa juga harus menggunakan teknik manajemen waktu seperti membuat to do list dan membuat prioritas tugas.
4. Strategi Belajar yang Efektif
Siswa harus menggunakan metode belajar yang sesuai dengan gaya belajar mereka, menerapkan teknik seperti pemetaan konsep, meringkas, serta self-questioning. Selain itu, siswa perlu untuk rajin mengerjakan banyak latihan soal.
5. Refleksi dan Evaluasi Diri
Siswa perlu untuk menganalisis hasil belajar serta mengevaluasi kemajuan yang sudah berhasil mereka lakukan. Siswa juga perlu untuk mendapatkan umpan balik untuk digunakan sebagai refleksi diri sehingga siswa menjadi tahu kekuatan dan kelemahan mereka ketika belajar.
6. Motivasi Diri
Memiliki motivasi belajar dan menetapkan tujuan akan merupakan salah dua aspek yang sangat penting untuk membuat siswa terus semangat untuk dapat meraih prestasi baik di dalam maupun luar lingkungan sekolah.
7. Kemandirian dalam Mengakses Sumber Belajar
Siswa perlu untuk memiliki kemandirian untuk dapat memanfaatkan teknologi dan aplikasi pembelajaran yang dapat membantu proses pembelajaran siswa.
8. Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan
Siswa perlu untuk memiliki kemampuan dalam mengidentifikasi masalah ketika belajar dan mampu untuk mencari solusi dari permasalahan tersebut. Selain itu, siswa perlu untuk mampu membuat keputusan yang tepat terkait strategi belajar.
9. Disiplin dan Konsistensi
Siswa harus menghindari sikap menunda-nunda dan perlu untuk menjaga rutinitas belajar, dan siswa juga perlu untuk terus menjaga kekonsisten mereka.
10. Pengembangan Keterampilan Metakognitif
Siswa perlu merencanakan, memantau, dan mengevaluasi proses belajar mereka sendiri. Mengembangkan kesadaran diri mengenai bagaimana cara belajar yang efektif juga akan sangat dapat membantu.
11. Keterlibatan Aktif dalam Pembelajaran
Siswa perlu untuk aktif berpartisipasi dalam kelas dan diskusi serta bertanya ketika ada hal yang tidak dipahami.
12. Kolaborasi dan Kerja Tim
Mampu bekerja sama dengan teman sekelas baik dalam kegiatan individu maupun kelompok, mengembangkan kemampuan komunikasi, serta kerja sama merupakan aspek yang sangat penting untuk mendukung prestasi belajar siswa.
Dengan menerapkan berbagai aspek kemandirian belajar ini, diharapkan siswa dapat secara signifikan meningkatkan prestasi matematika mereka. Pendekatan ini tidak hanya membantu mereka mencapai hasil akademik yang lebih baik, tetapi juga membekali mereka dengan keterampilan penting untuk menghadapi tantangan akademik dan kehidupan di masa depan. Dengan demikian, kemandirian belajar akan menjadi kunci keberhasilan siswa dalam meraih tujuan pendidikan jangka panjang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI