Mohon tunggu...
ANNISA FITRI YANTI 121211039
ANNISA FITRI YANTI 121211039 Mohon Tunggu... Akuntan - Universitas Dian Nusantara

Mahasiswi jurusan Akuntansi Universitas Dian Nusantara, dosen pengampu Prof. Dr. Apollo, M. Si.Ak Matakuliah Akuntansi Forensik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Memory-Enhancing Techniques for Investigative Interviewing: The Cognitive Fisher, Geiselman 1992

1 Juli 2024   21:03 Diperbarui: 1 Juli 2024   21:07 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri_ Annisa Fitri Yanti1
dokpri_ Annisa Fitri Yanti1
dokpri_ Annisa Fitri Yanti2
dokpri_ Annisa Fitri Yanti2
dokpri_ Annisa Fitri Yanti3
dokpri_ Annisa Fitri Yanti3
dokpri_ Annisa Fitri Yanti4
dokpri_ Annisa Fitri Yanti4
dokpri_ Annisa Fitri Yanti5
dokpri_ Annisa Fitri Yanti5
dokpri_ Annisa Fitri Yanti6
dokpri_ Annisa Fitri Yanti6
Pendahuluan

Wawancara investigatif merupakan komponen krusial dalam penyelidikan forensik dan investigasi penipuan, di mana tujuan utamanya adalah mengumpulkan informasi akurat dan terperinci dari saksi atau tersangka. Metode ini tidak hanya bergantung pada pertanyaan langsung tetapi juga pada teknik psikologis untuk menggali ingatan yang mungkin tersembunyi atau tidak segera teringat. Fisher dan Geiselman (1992) memperkenalkan Cognitive Interview sebagai sebuah pendekatan inovatif yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan ingatan saksi dengan menggunakan berbagai strategi psikologis. Teknik ini melibatkan rekonstruksi mental dari konteks kejadian, pengajuan pertanyaan terbuka, dan meminta saksi untuk menceritakan ulang peristiwa dalam urutan yang berbeda.

Pendekatan Cognitive Interview, yang dikembangkan oleh Fisher dan Geiselman pada tahun 1992, merupakan sebuah metode yang berakar dalam psikologi kognitif untuk meningkatkan akurasi dan kelengkapan ingatan dalam wawancara investigatif. Teknik ini menjadi krusial dalam bidang forensic accounting dan investigasi kecurangan dengan fokus utama pada memperoleh informasi yang tepat dan meminimalkan risiko kontaminasi ingatan. Cognitive Interview telah terbukti menjadi alat yang efektif untuk memecahkan kasus-kasus kompleks dengan menggali detail-detail yang mungkin terlewatkan dalam wawancara konvensional. Dengan menerapkan prinsip-prinsip seperti pembangkitan memori yang lebih efisien, penciptaan lingkungan yang mendukung, dan penggunaan pertanyaan terbuka yang tepat, teknik ini tidak hanya memfasilitasi perolehan informasi yang lebih mendalam, tetapi juga mengoptimalkan proses investigatif secara keseluruhan.

What ?

Cognitive Interview merupakan sebuah pendekatan sistematis dalam wawancara investigatif yang dikembangkan untuk meningkatkan akurasi dan kelengkapan ingatan dari saksi atau korban. Metode ini dirancang untuk mengatasi beberapa tantangan utama dalam pengambilan informasi, seperti bias ingatan dan risiko kontaminasi oleh pertanyaan yang terlalu mengarah. Langkah pertama dalam Cognitive Interview adalah memberikan kesempatan kepada subjek untuk secara bebas menceritakan kronologi kejadian dan detail-detail yang diingatnya, tanpa interupsi yang berlebihan dari pihak wawancara. Selanjutnya, teknik ini melibatkan pembangunan konteks situasional yang kuat dengan meminta subjek untuk menggambarkan suasana, lingkungan fisik, dan interaksi sosial yang terjadi saat kejadian berlangsung. Hal ini membantu memfasilitasi pengambilan ingatan yang lebih akurat dari memori jangka panjang subjek. Cognitive Interview juga menggunakan teknik-teknik seperti pembangkitan memori yang sistematis, penggunaan pertanyaan terbuka yang mendalam, serta pengaturan lingkungan yang mendukung untuk meningkatkan kemungkinan mendapatkan informasi yang krusial. Dengan demikian, metode ini tidak hanya mengoptimalkan proses wawancara investigatif secara keseluruhan, tetapi juga berpotensi signifikan dalam meningkatkan keefektifan upaya penegakan hukum dan investigasi forensik dengan memastikan bahwa informasi yang diperoleh seakurat mungkin.

Who ?

Dalam penerapan Cognitive Interview, pelaku wawancara yang terlibat sangat penting untuk memastikan keberhasilan teknik ini dalam mengumpulkan informasi yang akurat dan lengkap dari saksi atau korban. Para pelaku wawancara ini umumnya adalah petugas penyelidik atau investigator yang telah dilatih khusus dalam teknik Cognitive Interview. Mereka tidak hanya memiliki pemahaman mendalam tentang psikologi kognitif yang mendasari metode ini, tetapi juga memahami pentingnya empati dan kecermatan dalam mendekati subjek wawancara. 

Dengan demikian, petugas ini dapat mengoptimalkan proses wawancara dengan mempertimbangkan karakteristik individual dari subjek, seperti tingkat stres atau kondisi emosional yang mungkin mempengaruhi kemampuan mereka untuk mengingat atau menceritakan kejadian dengan jelas. Dengan mendekati wawancara secara profesional dan sensitif, pelaku wawancara Cognitive Interview bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung, di mana saksi atau korban merasa nyaman untuk mengungkapkan detail-detail yang penting tanpa rasa takut atau tekanan. Hal ini tidak hanya membantu dalam memperoleh informasi yang lebih mendalam, tetapi juga meningkatkan kepercayaan dan kerjasama antara subjek wawancara dan petugas penyelidik, yang merupakan faktor kunci dalam keberhasilan investigasi forensik dan hukum secara keseluruhan.

When ?

Dalam implementasi Cognitive Interview, penentuan waktu yang tepat untuk melakukan wawancara sangat krusial untuk memaksimalkan efektivitas teknik ini. Metode ini paling efektif diterapkan segera setelah terjadinya kejadian yang relevan atau secepat mungkin setelah laporan dibuat. Pada saat ini, ingatan subjek masih segar dan belum terpengaruh oleh faktor-faktor eksternal atau waktu yang dapat mengaburkan memori.

Sebagai contoh, dalam kasus kriminal, detektif biasanya akan segera melakukan Cognitive Interview dengan saksi atau korban untuk mendapatkan keterangan yang paling akurat dan terperinci tentang kejadian. Penjadwalan wawancara juga harus mempertimbangkan kondisi psikologis subjek, seperti tingkat stres atau kelelahan, yang dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk mengingat atau menceritakan detail dengan jelas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun