Mohon tunggu...
Annisa Fitri
Annisa Fitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

nyanyi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pola Komunikasi Keluarga dan Perkembangan Emosi Anak

30 Mei 2023   13:12 Diperbarui: 30 Mei 2023   13:19 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam bukunya Membesarkan Anak yang Bertanggung Jawab, Elizabeth Ellis (Shapiro, 1997) menyatakan bahwa peneliti yang mempelajari reaksi orang tua terhadap anaknya menemukan bahwa ada tiga gaya atau cara orang tua menjalankan perannya, yaitu gaya otoriter, permisif, dan otoritatif menyuarakan pendapatnya. 

Pola ini dijalankan berdasarkan pada struktur dan tradisi yang penuh keteraturan dan kontrol. Di sisi lain, orang tua permisif berusaha menerima dan mendidik sebaik mungkin cenderung sangat pasif dalam hal menetapkan batasan atau menanggapi ketidakpatuhan.Mereka tidak terlalu menuntut, juga tidak menetapkan tujuan yang jelas untuk anak-anak mereka, karena mereka percaya bahwa anakanak harus berkembang sesuai dengan kecenderungan alamiahnya.

      Memberikan masukan atau pendapat. Mereka menghargai kemandirian anak, tetapi anak juga dituntut demikian memenuhi standar tanggung jawab yang tinggi terhadap keluarga, teman, dan publik. Sepanjang hidup manusia, masa balita adalah masa pembentukan pola dasar kepribadian karena pada masa itu terjadi perkembangan yang pesat potensi yang dimiliki anak, terutama potensi emosionalnya. Pada saat ini juga, a mencari cara untuk berperilaku untuk mendapatkan pengakuan, untuk merasakan Dia penting dan merasa terlibat dalam keluarga. 

Pencarian makna dan ruang dalam keluarga sangat mendasar bagi setiap anak, terutama pada usia tersebut empat sampai enam tahun (Balson, 1999). Kepribadian dan sifat anak terungkap dalam mekanisme kehidupan keluarga. Karena keluarga adalah faktor penentu, maka komunikasi keluarga yang efektif tidak hanya tentang berapa kali komunikasi dilakukan, melainkan bagaimana komunikasi itu dilakukan (Jalaluddin Rakhmad, 2002). Dalam hal ini keterbukaan, empati, saling percaya, jujur, dan sikap mendukung.

Albin, Rochelle Semmel. 1986. Emotions, How to Recognize, Accept, and Direct It.Translation Dr. M. Brigid, OSF. Yogyakarta: Kanisius Publisher.Balson, Maurice, 1999. Menjadi Orang Tua yang Sukses. Jakarta: Gramedia WidiasaranaIndonesia.

Basrowi dan Sukidin. 2002. Metode Penelitian Kualitatif Perspektif Mikro. Surabaya:Insan Cendekia.

Geertz, Hildred. 1983. Keluarga Jawa. Terjemahan Hersri, Jakarta : Grafiti Pers. Geertz,Clifford. 1992. Tafsir Kebudayaan. Terjemahan Francisco Budi Hardiman. Yogyakarta:Penerbit Kanisius.

Goleman, Daniel. 1999. Kecerdasan Emosional, Mengapa EI Lebih Penting daripada IQ.Terjemahan T. Hermaya. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.Gottman, John dan Joan de Claire. 1998. Kiat-kiat Membesarkan Anak yang Memiliki

kecerdasan Emosional. Tokoh. Hermaya : penerjemah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun