Mohon tunggu...
Annisa Damarsya
Annisa Damarsya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Magister Kesehatan Masyarakat, Peminatan Kesehatan Lingkungan

Dunia ruang kelasku.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mencegah Sampah Makanan, Tiga Hal, Empat Inspirasi Gerakan

24 September 2024   09:17 Diperbarui: 24 September 2024   09:29 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://www.eufic.org/

PBB mencatat pada tahun 2022 lebih dari 1,05 miliar ton makanan terbuang di seluruh dunia. Ironisnya, di saat yang sama ada 700-an juta orang terdampak kelaparan dan sepertiga populasi manusia menghadapi kerentanan pangan. Sampah makanan ini berasal dari jasa layanan makanan, rumah tangga, dan pedagang. Rumah tangga menjadi sumber utama sampah makanan dengan proporsi lebih dari setengahnya. Jika dirata-rata, setiap orang di dunia menghasilkan sampah makanan sebanyak 79 kg per tahun. Lebih berat daripada rata-rata berat badan manusia dewasa!

Untuk membayangkan satu ton makanan saja sulit dilakukan sebagian besar orang. Bagaimana dengan lebih dari satu miliar ton sampah makanan? Dapatkan Anda membayangkan dampak yang ditimbulkan? Sampah makanan menghasilkan 8-10% emisi global gas rumah kaca. Jumlah ini lima kali lebih banyak dari emisi yang dihasilkan oleh industri penerbangan. Tak ayal, sampah makanan yang tidak terolah menjadi salah satu pemicu perubahan iklim.

Mencegah dengan berbagi

Saya mendengar istilah bank makanan (food bank) untuk pertama kali ketika menemani suami melaksanakan tugas belajar di luar negeri. Saya beberapa kali mendapatkan pengumuman adanya bank makanan di dekat tempat tinggal kami. Di salah satu titik bank makanan tersebut selain disediakan makanan yang tahan lama, terdapat juga sebuah kulkas dengan pintu bening berisikan bahan makanan segar dan makanan siap santap. Siapapun yang membutuhkan dapat mengambil seperlunya. Sebaliknya, mereka yang memiliki kelebihan bahan pangan dengan kategori layak konsumsi dapat berbagi dengan menyimpan di kulkas tersebut. Wah, menarik!

Kulkas komunitas di Suffolk, Inggris. Sumber gambar: https://www.foodsavvy.org.uk/
Kulkas komunitas di Suffolk, Inggris. Sumber gambar: https://www.foodsavvy.org.uk/

Atas rekomendasi teman, di rantauan saya juga mulai mengenal berbagai aplikasi berbagi makanan seperti Olio dan Too Good To Go. Dari aplikasi tersebut, saya bisa mendapatkan bahan makanan murah atau bahkan gratis. Tentu saja sangat membantu keluarga kecil kami berhemat.

Ternyata, Indonesia pun tak kalah tertinggal. Saat ini terdapat berbagai perusahaan rintisan dan gerakan sosial yang fokus pada pencegahan sampah makanan. Program yang dimiliki antara lain memberikan potongan harga pada makanan yang harus habis dalam waktu dekat dan menyalurkan makanan berlebih dari donatur kepada yang membutuhkan.

Berikut ini beberapa startup dan komunitas sosial yang mungkin dapat membantu dan menginspirasi Anda dalam mengurangi sampah makanan:

Sebuah aplikasi bisnis berbasis manajemen sampah dan ekonomi sirkular. Bekerja sama dengan penjual makanan dan minuman, fokus Surplus adalah menyalurkan produk berlebih yang tidak habis terjual dengan harga diskon. Aplikasi ini bertujuan mengurangi sampah makanan dari toko atau restauran sebelum jam operasional toko berakhir. Sayangnya, aplikasi ini lebih aktif di kota besar seperti Jakarta

Berbasis di Surabaya, gerakan ini mengumpulkan makanan berlebih dari industri hospitality, berbagai acara seperti pernikahan, dan donasi individu untuk disalurkan kepada masyarakat pra-sejahtera. Selain itu, mereka juga membantu petani mengurangi sampah makanan (food loss) dengan melakukan berbagai kegiatan. Di antaranya, gleaning atau memanen sisa panenan yang dianggap tidak "cantik"dan melarisi saat panen raya yang menyebabkan harga anjlok. Individu yang ingin berkontribusi dapat "berbelanja" melalui laman web Garda Pangan untuk "dibelikan" hasil panen petani. Nantinya, hasil panen tersebut akan disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan secara cuma-cuma.

Gifood adalah platform hasil inovasi beberapa mahasiswa Universitas Gadjah Mada. Bergerak aktif di Yogyakarta, Gifood menghubungkan pihak yang memiliki makanan berlebih dengan masyarakat yang membutuhkannya. Untuk menggunakan Gifood, donatur dapat mengakses aplikasi versi Beta lewat laman web mereka. Pengguna dapat langsung mengunggah info makanan yang akan dibagikan jika jumlahnya tidak banyak. Sedangkan untuk kelebihan makanan yang cukup banyak dari acara maupun industri, pengguna dapat meminta bantuan sukarelawan Gifood untuk membantu menyalurkannya.

Olio dapat digunakan untuk berbagi dengan cara memberi-mendapatkan, pinjam-meminjam barang rumah tangga maupun makanan secara gratis. Ketika mencari barang, pengguna dapat memilih sesuai jangkauan lokasi yang diinginkan. Tidak hanya individu, perusahaan, toko, bahkan restoran juga bisa menjadi penggunanya. Aplikasi ini bermula dari sebuah grup WhatsApp sederhana yang dibuat pendirinya di Inggris. Antusias penggunanya yang besar membuatnya berkembang hingga ke sekitar 50 negara. Di Indonesia, Olio juga bisa digunakan. Namun, kurangnya sosialisasi tampaknya membuat Olio kurang dikenal dan digunakan di sini.

Selain itu, Anda dapat juga mencari dengan kata kunci “bank makanan” atau “food bank”di peramban web Anda.

Mencegah dimulai dari diri sendiri

Tidak menemukan bank makanan atau program serupa yang dekat dengan domisili Anda? Pepatah mengatakan, "If you can’t find one, be one."  

Sekembalinya saya dan keluarga ke Yogyakarta, kami sering melihat praktik serupa bank makanan dengan konteks yang sedikit berbeda di masjid-masjid. Ada kulkas berisi tumpukan gelas air mineral, terkadang susu, tetapi masih jarang berupa makanan. Mungkin, Anda dan saya dapat memulai menyisipkan makanan di dalamnya, tentu dengan seizin pengelola. Tidak terbatas pada tempat ibadah, praktik ini dapat juga dimulai di area publik lainnya seperti balai warga.

Selain itu, di antara upaya paling sederhana yang dapat dilakukan setiap individu adalah bijak dalam konsumsi. Serta, berkesadaran ketika belanja dan makan. Jika kontrol diri terlalu sulit sehingga terlanjur berbelanja atau masak berlebihan, Anda bisa mulai berbagi. Sesederhana membagi stok bumbu dapur dan buah yang berlebih kepada tetangga atau teman. Jika Anda seorang pendatang, cobalah untuk bersosialisasi.

Sumber gambar: https://www.eufic.org/
Sumber gambar: https://www.eufic.org/

Mencegah dengan membenahi sistem

Tidak dapat dipungkiri, pencegahan dan pengelolaan sampah akan lebih efektif jika dibarengi dengan pembenahan sistem. Dalam hal ini, campur tangan pemerintah untuk membuat kebijakan sangat diperlukan. Kita dapat belajar dari Jepang yang berhasil menurunkan produksi sampah makanannya hingga 31% (2008-2019). Langkah Jepang diawali dengan pengumpulan data sampah makanan secara umum sejak 2008 dan sampah dari bagian makanan yang layak makan (edible parts) sejak 2012. Wawasan dari data yang terkumpul mendorong pemerintah melakukan amandemen Undang-Undang Daur Ulang Makanan pada tahun 2015 yang menyasar industri makanan. Pada tahun 2019, Jepang juga mengeluarkan Undang-Undang Promosi Pengurangan Sampah Makanan (Act on Promotion of Food Loss and Waste Reduction) yang mendorong pemerintah pusat untuk melakukan upaya-upaya komprehensif dalam mengurangi sampah makanan.

Kampanye No Food Loss dari Consumer Affairs Agency dengan menghadirkan resep di platform Cookpad. Sumber gambar: https://cookpad.com/40094209
Kampanye No Food Loss dari Consumer Affairs Agency dengan menghadirkan resep di platform Cookpad. Sumber gambar: https://cookpad.com/40094209

Referensi:

United Nations Environment Programme, Food Waste Index Report 2024. Think Eat Save: Tracking Progress to Halve Global Food Waste. [online]. Available: https://wedocs.unep.org/20.500.11822/45230

Joshi, Prabhat, and Chettiyappan Visvanathan. “Sustainable Management Practices of Food Waste in Asia: Technological and Policy Drivers.” Journal of Environmental Management, vol. 247, no. 1, Oct. 2019, pp. 538–550, https://doi.org/10.1016/j.jenvman.2019.06.079.

‌Zamri, Gesyeana Bazlyn, et al. “Delivery, Impact and Approach of Household Food Waste Reduction Campaigns.” Journal of Cleaner Production, vol. 246, Feb. 2020, p. 118969, https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2019.118969.

Siaran pers Kementerian Lingkungan Hidup Jepang, https://www.env.go.jp/en/press/press_02937.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun