Mohon tunggu...
Annisa Fauziah Rahmawati
Annisa Fauziah Rahmawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menyukai topik berita sosial dengan isu-isu terkini

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Stuiver dan Gulden Hindia: Mata Uang Pembayaran Hindia Belanda Koleksi Museum Sribaduga

11 November 2023   10:26 Diperbarui: 11 November 2023   11:49 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bandung- menyajikan keindahan alam dan kotanya merupakan hal umum yang diketahui masyarakat pengunjung. Namun selain hal tersebut, Bandung juga menyimpan akan kekayaan sejarah Indonesia. Kekayaan sejarah Indonesia ini dapat dilihat pengunjung dengan mendatangi Museum Sri Baduga.

Museum Sribaduga yang berlokasi di Jalan BKR Nomor 185, Bandung, Jawa Barat adalah museum yang dibentuk bagi penggunjung yang mencintai sejarah dan ingin menambah wawasan terkait sejarah-sejarah Indonesia dan hasil-hasil budaya.

Berbagai koleksi museum yang disajikan, salah satu nya benda koleksi Museum Sribaduga adalah mata uang pembayaran Hindia Belanda yang sangat menarik perhatian untuk dipelajari sejarahnya.

Pada tahun 1602-1799, Indonesia yang masih dijajah oleh Belanda yang dimana perekonomian Indonesia diatur oleh Vereenigde Oost-Indische Compagnie atau dikenal dengan VOC yang merupakan kongsi dagang Belanda menggantikan semua peredaran mata uang asing di Nusantara dengan alat pembayaran dengan berbagai satuan nilai seperti, dukat, duit, stuiver, gulden, dan berbagai uang belanda lainnya. Mata uang tersebut dicetak di berbagai provinsi Belanda dan Indonesia, terutama di Batavia atau yang kita kenal sekarang sebagai wilayah Jakarta.

Gulden Hindia merupakan uang logam dengan berukuran kecil dengan berbahan dasar timah hitam tipis. Penyebaran uang ini sebenarnya diperuntukkan di negara Belanda, namun juga berlaku di negara jajahan Belanda, yaitu Hindia Belanda.

Nilai peradaran uang kertas pada masa kolonial Belanda di Nusantara sebagai berikut, ƒ½, ƒ1, ƒ2½, ƒ5, ƒ10, ƒ25, ƒ50 dan ƒ100.

Namun, pada masa kemerdekaan Indonesia yang dimana mata uang pertama yang dikenal sebagai Rupiah menggantikan gulden sebagai mata uang resmi Indonesia. Kendati merasa tersingkirkan, pemerintahan Belanda pada tahun 1946 menginginkan gulden sebagai mata uang yang digunakan kembali sebagai alat pemabayaran Indonesia dengan mencetak uang kertas dengan nominal sebagai berikut, Æ’5, Æ’10, Æ’25, Æ’50, Æ’100, Æ’500 dan Æ’1000 oleh Javasche Bank dengan sebutan rupiah.

Referensi:

Bandung, H. K. (2022, Agustus 28). bandung.go.id. Retrieved from Website Resmi Kota Bandung.

Koleksi Museum. (n.d.). Retrieved from Bank Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun