Ibu tersebut bernama Mariati biasa dipanggil kak Ati, ia mengatakan "ia pandai merajut sudah dari kecil, tetapi ia baru mulai merajut baru beberapa tahun belakangan ini dikarenakan ia sedang bosan dan lama-kelamaan sudah menjadi hobi.Â
Dan ketika hasil rajutannya sudah banyak ia memajang hasil rajutannya di ruang tamu hanya sebagai pajangan, tidak disangka setiap tamu yang datang kerumahnya tertarik melihat hasil rajutan tersebut bahkan sampai ada yang membelinya."
Mariati juga menjelaskan dalam mencari peralatan atau perlengkapan yang akan digunakan untuk merajut tergolong mudah dicari seperti jarum atau crochet. Harga jarumnya hanya sekitar Rp. 2.000, benangnya rata-rata Rp. 15.000/gulung.
Ada yang lebih murah dan ada juga yang mahal seperti benang nilon Rp. 60.000. Kalau impor, harganya bisa ratusan ribu per gulungnya itu tergantung dari kebutuhannya".
Lalu ia melanjutkan, "harga tas yang dijualnya berkisar harga dari Rp. 150.000-600.000, tergantung jenis benang dan ukuran besar/kecil yang diminta oleh konsumen tersebut, ia pun membuatnya menggunakan tangan bukan mesin, karena kualitas rajut yang dihasilkan dengan menggunakan tangan lebih rapi dan teliti.Â
Selain itu proses pembuatannya pun membutuhkan waktu yang lama, maka tidak mengherankan jika merajut dengan menggunakan tangan umumnya dijual dengan harga yang mahal".
"Berbanding terbalik dengan merajut menggunakan mesin, proses pembuatannya tidak membutuhkan waktu yang lama dan jauh lebih banyak menghasilkan dibandingkan dengan menggunakan tangan. Harga yang dihasilkan pun lebih murah daripada dengan menggunakan tangan".
Akan tetapi, sayangnya respon masyarakat terhadap produk buatan tangan (handmade) seperti barang rajutan masih belum setinggi barang-barang bermerek buatan industri besar atau luar negeri.Â
Itu sebabnya, banyak penghobi merajut yang menjadikan kegiatan tersebut hanya sebatas untuk kesenangan pribadi. Padahal, jika dilakukan secara fulltime dan serius tentu saja bisa dijadikan sebagai penopang hidup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H