Sejak didirikan menjadi sebuah Republik, para Bapak Bangsa (The Founding Fathers) bercita-cita ingin membawa Indonesia ini menjadi negara maju.
Salah satu ciri negara maju yang dibayangkan adalah Indonesia yang memiliki perindustrian secara kuat dan mandiri. Kemandirian tersebut pernah disinggung Soekarno melalui slogan Trisakti, yaitu "Berdikari" atau Berdiri di atas Kaki Kita Sendiri.
Semangat itu yang berusaha diangkat kembali oleh Presiden Joko Widodo. Sejak menjabat sebagai Walikota Solo, ia ingin membangun industri unggulan yang kuat dan mandiri.
Sejak masa itu, Presiden Jokowi ingin membangun kembali industri mobil nasional melalui proyek Esemka. Cita-cita itu kemudian sedikit demi sedikit diwujudkan saat menjadi Presiden dengan membangun industri mobil di Bogor dan Boyolali.
Namun, ternyata tak selamanya ide tersebut didukung oleh berbagai pihak. Bahkan, banyak yang menuduh itu hanya pencitraan belaka.
Tuduhan itu salah satunya disinggung oleh pengamat politik Arbi Sanit. Dia melihat bahwa proyek mobil Esemka hanya untuk meningkatkan elektabilitas Jokowi.
Meski dengan menggebu-gebu menyatakan pendapatnya tersebut, namun sayangnya argumen Arbi itu tidak didukung oleh data yang valid. Bisa jadi itu hanya pendapat subyektif yang tidak memiliki dasar yang kuat.
Padahal, faktanya produksi mobil Esemka tidak sebagaimana yang disebutkan oleh Arbi. Produksi Esemka dilandasi oleh semangat Berdikari Soekarno di atas.
Produksi mobil Esemka adalah upaya pemerintah menaikkan pembangunan di sektor ekonomi. Karena seluruh tahapan produksi mobil Esemka dimulai dari dalam negeri, baik dari mesin, rangka, interior, eksterior, juga perakitannya, tanpa keterlibatan pihak asing sama sekali.
Saat ini, Esemka sudah mulai dalam proses perakitan. Dalam beberapa tahun ke depan diprediksi akan sudah siap dipasarkan ke masyarakat.
Sehingga keberadaan mobil Esemka sendiri tak ada kaitannya dengan elektabilitas Jokowi di tahun politik. Untuk itu, kita bisa mulai berpikir kritis dengan membedakan permasalahan dan konteksnya.
Jangan sampai kita terprovokasi oleh isu yang tidak sesuai dengan faktanya. Apalagi yang berpotensi menimbulkan fitnah dan bisa digunakan oleh pihak-pihak tertentu untuk menyudutkan pemerintah dengan informasi hoax.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H