Dengan berkembangnya zaman, berkembang juga teknologi digital yang semakin pesat dan cepat mendapatkan popularitas terutama smartphone. Mengikuti berkembangnya zaman, smartphone sudah bukan sekedar alat komunikasi sederhana tetapi lebih dari itu smartphone sudah dilengkapi dengan fitur-fitur canggih lainnya yang dapat mempermudah dan memberi kenyamanan untuk  kehidupan setiap individu di zaman sekarang. Hubungan individu dengan smartphone akan langsung memberikan dampak bagi perilaku interpersonal dan sosial (Rahayuningrum & Sary, 2019). Smartphone memberi kemudahan dan juga kenyamanan bagi penggunanya untuk melakukan kehidupan sehari-hari, tetapi jika digunakan dengan berlebihan juga akan menimbulkan masalah, salah satu masalah yang akan timbul dari penggunaan smartphone yang berlebihan adalah, Nomophobia.
Nomophobia atau No Mobile Phone Phobia adalah suatu ketidaknyamanan, kegelisahan, ketakutan atau kesedihan yang disebabkan karena tidak dapat berhubungan dengan telepon genggam atau smartphone. Nomophobia dapat menjadi kecenderungan kepanikan atau agoraphobia apabila saat berjauhan dengan smartphone. Tidak hanya sekedar cemas karena tidak membawa smartphone atau jauh dari smartphone, jauh dari itu nomophobia adalah ketakutan dan kecemasan karena berbagai kondisi seperti tidak ada jangkauan jaringan internet, kehabisan baterai, kehabisan paket data, dan lain-lain.Â
Kepanikan atau kecemasan semacam ini memengaruhi gejala gangguan kesehatan mental pada seorang diri. Nomophobia ini dapat mempengaruhi kesehatan mental yang menyebabkan kecemasan, depresi, atau bahkan gangguan jiwa. Bukan hanya kesehatan mental yang dapat dipengaruhi oleh Nomophobia ini, tetapi dapat mengganggu kehidupan sehari-hari, baik kehidupan pribadi, sosial, maupun akademik.Â
Fenomena Nomophobia ini banyak terjadi di kalangan remaja. Mengapa di kalangan remaja? Karena remaja pada zaman sekarang tidak bisa jauh dari smartphone-nya dan remaja cenderung dapat lebih cepat paham mengenai teknologi baru, hal ini lah yang mengakibatkan remaja memiliki lebih banyak kasus Nomophobia. Kecemasan berpisah dengan berpisah dengan smartphone saat ini sering terjadi pada siswa atau remaja kareena tidak ingin berpisah dengan smartphone, selalu ingin mengakses internet, terhubung dengan media sosial, berkomunikasi, mencari materi untuk belajar, main game, atau bermain sosial media, semua itu dilakukan menggunakan smartphone. Hal tersebut mengakibatkan remaja sulit untuk lepas dari smartphone-nya.
Faktot-faktor yang mempengaruhi terjadinya nomophobia pada remaja adalah salah satunya merupakan kebiasaan berulang. Penggunaan yang berlebihan dapat menyebabkan seseorang terbiasa dan menjadi ketergantungan kepada smartphone tersebut.Â
Beberapa pendapat dari ahli juga menyampaikan faktor terjadinya Nomophobia bisa juga karena toleransi yang kurang, kesulitan untuk mengontrol impuls, melarikan diri dari masalah yang dihadapi, serta konsekuensi negatif terhadap kehidupan sehari-hari. Penggunaan smartphone yang tinggi pada usia remaja akan memberikan dampak pada aktivitas dan pola perilaku keseharian remaja yang menjadi berubah, seperti akan kehilangan perhatian dengan kehidupan nyata.
Individu yang mengalami nomophobia, mempunyai sebuah karakteristik klinis, sebagai contohnya memakai smartphone secara energik dan membuang waktu untuk menggunakan smartphone, tidak pernah mematikan ponsel, individu merasakan cemas ketika smartphone sedang tidak dapat digunakan karena jaringan yang lemah, cenderung selalu membawa charger ketika pergi, tetap melihat notifikasi yang masuk pada smartphone, terobsesi untuk mengecek pesan dan panggilan tak terjawab, membawa ponsel kemana-mana, menggunakan ponsel di waktu yang tidak tepat, melewatkan interaksi secara langsung, lebih memilih untuk bersosialisasi menggunakan smartphone dibandingkan dengan secara langsung atau tatap muka, serta mengeluarkan biaya yang besar demi menggunakan smartphone.Â
Kelebihan yang ada pada smartphone menjadikan pengguna yang meningkat dan pada pernyataan di atas dapat diartikan bahwa para pengguna smartphone saat ini menderita nomophobia, karena pengguna akan merasa kehilangan benda yanag sangat penting apabila smartphone berada jauh dari jangkauannya.
Nomophobia memiliki sifat multi-dimensi mulai dari gejala sosial, fisiologis, dan fisik yang apabila dirangkum akan menjadi sangat tergantung pada smartphone. Dampak yang dirasakan dari Nomophobia ini bisa berpengaruh terhadap kesehatan fisik maupun kejiwaannya.Â
Dampak fisik seperti ketegangan otot mata, kurang tidur, insomnia, sakit kepala dan kemungkinan terburuk adalah tumor otak yang dikarenakan radiasi dari smartphone tersebut. Banyak remaja yang sudah mengeluh ini itu dikarenakan penggunaan smartphone yang berlebihan. Sakit kepala yang disebabkan radiasi dari smartphone, kurang tidur karena terlalu berlebihan dalam menggunakan smartphone hingga larut malam, radiasi dari smartphone juga dapat menyebabkan penyakit mata seperti rabun jauh yang akibatnya individu tersebut harus memakai kacamata. Hal-hal tersebut dapat sangat mengganggu kehidupan sehari-hari, mengalami kesulitan saat melihat papan tulis di kelas dikarenakan rabun jauh dan harus memakai kacamata, contoh yang lainnya sakit kepala yang akan sangat mengganggu karna hal tersebut sangat tidak nyaman jika dibiarkan atau tidak merubah kebiasaan berlebihan dalam menggunakan smartphone.Â
Dampak terhadap kejiwaannya adalah harga diri yang rendah, kecemasan atau depresi yang sudah disinggung sebelum ini, bullying, perilaku kekerasan seperti melempar smartphone karena tidak dapat di charger, atau karena game yang sedang dimainkan kalah, atau karena jaringan internet yang kurang bagus. Kondisi cemas atau takut yang disebabkan karena Nomophobia ini dapat disertai dengan gejala fisik seperti keringat dingin atau keringat berlebih, kejang, masalah pencernaan, dan serangan panik. Pada beberapa kejadian, individu merasakan efek secara fisik seperti panik, nafas yang pendek, gemetar, berkeringat, detak jantung meningkat, nyeri dibagian leher dan punggung ketika ponsel mati atau tidak dapat digunakan.
Nomophobia juga akan merugikan remaja pada masa sekolahnya seperti kurangnya fokus terhadap materi, menurunnya prestasi akademik dan cenderung membuat individu kurang aktif di kelas. Â Apabila dalam pembelajaran disekolah harus menggunakan smartphone sebagai fasilitas penunjang pembelajaran, maka guru harus mampu mengawasi dan mengontrol penggunaan smartphone dalam kegiatan belajar mengajar di kelas dan memastikan bahwa siswa menggunakan smartphone hanya untuk kepentingan pembelajaran saja. Mengontrol diri juga berperan penting dalam mengatur dan mengarahkan diri untuk dapat membatasi penggunaan smartphone sesuai dengan kebutuhan individu masing-masing.Â
Para individu perlu menumbuhkan kesadaran dari dalam dirinya untuk lebih waspada dari penggunaan media sosial yang berlebihan agar tidak menimbulkan kecemasan saat tidak dapat mengakses smartphone. Dan peran aktif orang tua sebagai monitoring serta diri pribadi sangat diperlukan dalam mencegah nomophobia tersebut. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah nomophobia terhadap para remaja yaitu dengan cara melakukan jam malam seperti membatasi penggunaan smartphone, sistem kekerabatan antar teman (ketika dalam waktu diskusi atau berkumpul dengan antar teman, membuat sistem atau aturan untuk menyimpan hp satu sama lain atau tidak menggunakan hp).
Remaja merupakan tahap perkembangan yang sangat kompleks. Kecerdasan emosional para remaja masih perlu dikontrol. Maka pengontrolan melalui solusi tersebut dapat menjadi salah satu upaya pencegahan untuk mengurangi resiko nomophobia pada remaja. Hal ini dilakukan untuk mewujudkan kesehatan mental yang baik pada remaja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H