Mohon tunggu...
ayub ibrahim annisa anggia dkk
ayub ibrahim annisa anggia dkk Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu Keperawatan 2023

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pencegahan Difteri

7 Desember 2023   09:05 Diperbarui: 7 Desember 2023   09:12 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengertian

Difteri merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Corynebacteria diphtheriae. Gejala  penyakit ini terutama disebabkan oleh racun yang dihasilkan oleh bakteri ini. Racun difteri  yang menyebabkan pembekuan darah antara lain fibrin, leukosit, dan sel epitel saluran pernapasan yang mati. Koagulan membentuk membran semu berwarna putih abu-abu yang menyumbat saluran udara sehingga  menyebabkan pasien kesulitan bernapas. Ini adalah penyebab utama kematian penderita difteri. Selain itu, racun yang menyebar secara sistemik juga dapat menyebabkan  kerusakan organ dalam dan menimbulkan komplikasi seperti miokarditis, ginjal, dan penyakit saraf (Mustafa, dkk, 2016).

Penyebab 

Difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae. Bakteri ini mudah menular, terutama pada orang yang belum mendapat vaksin difteri. Ada banyak jalur infeksi yang harus diwaspadai, antara lain: 

  1. Menghirup tetesan air liur pasien di udara saat pasien bersin atau batuk. Ini merupakan jalur penularan difteri yang paling umum.

  2. Barang-barang yang  terkontaminasi  bakteri, seperti mainan dan handuk. 

  3. Kontak langsung dengan bisul pada kulit pasien akibat difteri.

Infeksi ini umumnya terjadi pada orang yang terkena dampak yang tinggal di daerah padat penduduk yang kebersihannya tidak diperhatikan. Bakteri difteri  menghasilkan racun yang merusak sel-sel sehat di tenggorokan, yang akhirnya mengakibatkan sel-sel mati. Sel-sel  mati ini membentuk selaput abu-abu (lapisan tipis) di tenggorokan. 

Selain itu, racun yang dihasilkan dapat menyebar ke aliran darah sehingga berisiko merusak jantung, ginjal, dan sistem saraf. Difteri mungkin tidak menimbulkan gejala, sehingga orang mungkin tidak menyadari bahwa dirinya tertular. Tanpa pengobatan yang tepat, Anda berisiko menularkan penyakit  kepada orang-orang di sekitar Anda, terutama  yang belum mendapatkan vaksinasi. 

Pengobatan

Pengobatan yang dianjurkan untuk untuk menjalani perawatan difteri ada 2, yaitu : 

  1. Antibiotik

Antibiotik akan diberikan untuk membunuh bakteri dan menyembuhkan infeksi. Dosis penggunaan antibiotik tergantung pada tingkat keparahan gejala dan lama pasien menderita difteri. Sebagian besar penderita dapat keluar dari ruang isolasi setelah mengonsumsi antibiotik selama 2 hari. Tetapi sangat penting bagi mereka untuk tetap menyelesaikan konsumsi antibiotik sesuai anjuran dokter, yaitu selama 2 minggu. Penderita kemudian akan menjalani pemeriksaan laboratorium untuk melihat ada tidaknya bakteri difteri dalam aliran darah. Jika bakteri difteri masih ditemukan dalam tubuh pasien, dokter akan melanjutkan penggunaan antibiotik selama 10 hari.

  1. Antitoksin

Pemberian antitoksin berfungsi untuk menetralisasi toksin atau racun difteri yang menyebar dalam tubuh. Sebelum memberikan antitoksin, dokter akan mengecek apakah pasien memiliki alergi terhadap obat tersebut atau tidak. Apabila terjadi reaksi alergi, dokter akan memberikan antitoksin dengan dosis rendah dan perlahan-lahan meningkatkannya sambil melihat perkembangan kondisi pasien.

Bagi penderita yang mengalami kesulitan bernapas karena hambatan membran abu-abu dalam tenggorokan, dokter akan menganjurkan proses pengangkatan membran. Sedangkan penderita difteri dengan gejala ulkus pada kulit dianjurkan untuk membersihkan bisul dengan sabun dan air secara seksama. Selain penderita, orang-orang yang berada di dekatnya juga disarankan untuk memeriksakan diri ke dokter karena penyakit ini sangat mudah menular. Misalnya, keluarga yang tinggal serumah atau petugas medis yang menangani pasien difteri.

Dokter akan menyarankan mereka untuk menjalani tes dan memberikan antibiotik. Terkadang vaksin difteri juga kembali diberikan jika dibutuhkan. Hal ini dilakukan guna meningkatkan proteksi terhadap penyakit ini.

Pencegahan

Selain itu, dilakukan sosialisasi mengenai vaksin Difteri sebagai salah satu bentuk pencegahan ataupun pengobatan dari penyakit Difteri. Maka dari itu dengan adanya sosialisasi ini sangat diharapkan akan menghadirkan dampak yang baik, yaitu masyarakat akan tau cara pencegahan penyakit ini sehingga tidak terjangkit. Pencegahan melalui vaksin itu sendiri juga dapat dilakukan ke semua orang dari bayi hingga dewasa. Vaksinasi difteri untuk bayi dilakukan sebanyak tiga kali yang kemudian dilanjutkan dengan vaksinasi booster .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun