Mohon tunggu...
ayub ibrahim annisa anggia dkk
ayub ibrahim annisa anggia dkk Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu Keperawatan 2023

Selanjutnya

Tutup

Nature

Proses Terjadinya Hujan Es

30 Agustus 2020   11:39 Diperbarui: 30 Agustus 2020   11:39 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hujan es dalam ilmu meteorologi disebut juga hail. Hail atau hujan es adlah presipitasi yang terdiri atas bola - bola es. Salah satu pembentukan bola - bola es ini adalah melalui kondensasi uap air melalui proses pendinginan di atmosfer pada sebuah lapisan yang terdapat di atas level beku. 

Biasanya pada proses ini hanya menghasilkan es yang berukuran besar. Karena ukurannya yang besar, tidak semua es bisa mencair, meskipun es sudah turun ke suhu yang lebih hangat dan daerah lebih hangat.  Hujan es ini tidak hanya terjadi di daerah subtropik, tetapi bisa terjadi juga di daerah ekuator. Hujan es ini disertai dengan hujan air dan hanya terjadi selama beberapa menit saja, setelah itu akan kembali ke hujan air seperti biasa.

Dua pertiga dari bagian bumi adlah perairan. Air - air tersebut tersimpan di tempat seperti samudera, laut, sungai, dan lain sebagainya. Kemudian dengan bantuan sinar matahari, air tersebut akan mengalami penguapan yang dinamakan evaporasi. Termasuk juga dengan air yang di dedaunan tumbuhan maupun di tanah. 

Proses penguapan air dari tumbuhan tersebut dinamakn transpirasi. Lalu uap hasil dari penguapan tersebut akan mengalami pemadatan atau kondensasi yang kemudian membentuk awan. Kemudian dengan bantuan angin, awan - awan tersebut bergerak ke tempat yang berbeda - beda, baik itu angin yang berhembus secara vertikal maupun horizontal.

Awan yang mengandung uap air tersebut tertiup dan sampailah di tempat yang suhunya lebih dingin dan mencapai dew point atau titik embun, lalu awan tersebut mengembun dann karena beratnya embun, maka turunlah menjadi titik - titik hujan. Ketika telah mengembun dan menjadi air, air tersebut tertiup oleh angin thermis yang naik ke ketinggian yang memiliki temperatur di bawah titik beku. 

Embun tersebut akan berubah menjadi es yang akan jatuh ke bumi. Ikatan antar molekul es ini lebih kuat dari pada antar molekul air. Karena es merupakan benda padat. Hal itu menyebabkan es tersebut jatuh ke bawah dengan bentuk yang tidak beraturan. 

Hujan es ini dapat terjadi di Indonesia katena adanya faktor - faktor pendukung. Hujan es ini jika ukurannya tidak terlalu besar, sebenarnya tidak membahayakan. Namun jika hujan yang turun mempunyai ukuran sebesar bongkahan es, baru akan membahayakan. Hal ini karena ukuran yang begitu besarnya dan jatuh dimana - mana maka akan menjadi berbahaya dan dapat bersifat merusak. Seperti halnya fenomena yang terjadi di Sumatera Barat bulan Mei 2014 lalu, hujan es yang turun menyebabkan puluhan rumah rusak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun