Mohon tunggu...
Annisa Dinar
Annisa Dinar Mohon Tunggu... lainnya -

Cewek , pemimpi , dan gemar membaca

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Saat Langit Tak Lagi Sama

13 November 2012   11:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:28 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Chapter 2

Dan Semua Buram

"Kamu masih hidup?" , tanya Kinan masih dengan tatapan tak percaya . Pras yang melhat airmata Kinan sudah mengalir turun membasah pipi bergegas menghampirinya . Lalu menarik tangan Kinan pergi dari situ . Dia butuh tempat yang tenang untuk menjawab pertanyaan wanita itu . Tetapi Belum berjalan terlalu jauh , Kinan seperti tersadar dan segera menarik tangannya dari genggaman Pras .

"Gak perlu jauh-jauh buat jelasin semuanya" , ucap Kinan cepat . Mendengar itu Pras berbalik dan menatap mata Kinan , mencoba menerka apa yang ada dalam benaknya . Kinan menekan rasa sakit didadanya . Bagaimana bisa semua ini terjadi ? Bagaimana bisa Pras masih hidup ?

"Gimana kamu bisa berdiri didepanku sekarang?Bukannya kamu seharusnya tidur didalam tanah?" , tanya Kinan telak .

"Bukannya kamu harusnya udah mati?Kamu gak mungkin kembarannya Pras kan?" .

"Atau......" , mata Kinan menerawang sesaat ,"kamu gak mungkin pura-pura mati untuk melarikan diri dariku kan?" . Pertanyaannya yang terakhir membuat rasa sakit didada Kinan terasa lebih menusuk lagi . Tetapi Kinan perlu tahu alasannya , dia harus tahu walau hatinya akan hancur untuk kedua kalinya lagi .

Pria dihadapannya itu tampak menghela nafas sesaat sebelum menjawab rentetan pertanyaan wanita dihadapannya tersebut .

"Aku masih hidup , dan aku memang Pras" , jawabnya . Pras menatap Kinan , mencoba melihat reaksinya . Tetapi Kinan tampak tak bergeming mendengar itu .

"Aku memang harus berpura-pura mati untuk menghentikan semua sandiwaraku ke kamu " , kali ini raut wajah Kinan berubah saat mendengarnya . Wanita itu tampak menahan marah mendengar pengakuannya barusan .

"Aku diminta Asti untuk mendekatimu , meraih hatimu , membutmu jatuh cinta padaku . Tetapi semakin lama , aku melihat kamu semakin serius dengan hubungan sms kita, dan cuma kematianku yang bisa bikin aku pergi darimu" , selesai mengatakan itu semua Pras tampak lega kelihatannya . Sedangkan Kinan tidak .

"Asti cuma pengen melihatmu bahagia" , lanjut Pras .

Kinan memejamkan matanya , merangkai semuanya . Mengapa selama ini Asti sulit sekali ditanyai kabar keluarga Pras . Mengapa Asti terkesan sering mengalihkan pembicaraan bila menyangkut tentang Pras . Kinan juga baru sadar , bahwa tak pernah Asti menyebut nama Pras bila dia tak menyebutnya . Semuanya jelas sekarang , hanya satu yang masih belum mendapat jawab . Mengapa Asti melakukan semua ini padanya .

Kinan menatap Pras tajam , lalu mengangkat tangannya dan meletakkannya dipipi pria itu . Pras sempat sedikit menghindar sebelum akhirnya mmilih membiarkan Kinan menyentuhnya . Wanita itu tersenyum padanya . Awalnya senyum itu tampak tulus dimata Pras , tetapi tak lama pra itu mendapati senyum itu kosong dan berubah menjadi senyum yang penuh kebencian .

"Sayang sekali......tak pernah ada yang bilang padamu ya ?" .

"Bahwa dunia begitu sempit!Terima kasih buat penjelasannya , berharaplah kamu gak akan pernah liat aku lagi" , wanita itu lalu berlalu dari hadapan Pras tanpa mnoleh kembali . Sedangkan Pras tertegun dengan semua hal yang dialaminya barusan .

***

Kinan menuju kearah pintu keluar Cito , bergegas menuju ke terminal dan pulang ke Malang . Sesampainya di kos , dia segera mengemasi semua barangnya dan keluar dari sana . Menitipkan kunci kamar kosnya pada Rani , penghuni kamar sebelah . Dia hanya mengatakan harus pindah saat itu juga dan meminta tolong Rani untuk menyampaikannya pada Ibu Kos . Tak dibiarkannya dirinya larut dalam kehancuran kali ini . Ada harga yang harus dibayar untuk semua lara hatinya selama ini , dan itu takkan mudah .

Kinan memasuki taksi yang sudah dipesannya dan menyebutkan sebuah tujuan . Lalu meraih ponselnya .

"Halo , tawaranmu masih berlaku? " , tanya Kinan langsung begitu tersambung . Kinan mendengarkan sejenak jawaban suara diseberang teleponnya .

"Baik....aku mau , tapi dengan satu syarat . Kinanti Dewi harus mati!" , ucap Kinan tegas .

**

Kinanti keluar dari pintu kedatangan domestik . Mencari seraut wajah yang sudah dikenalnya saat bulan-bulan terakhirnya d Denpasar .

"Kinan" , panggil seorang pria dan Kinanti segera menuju kearahnya . Pria itu memeluknya erat saat Kinan sampai dhadapannya . Wajah tampannya tampak bahagia .

"Jangan panggil aku dengan nama itu lagi Dru, kamu ingat syaratnya kan?" . Pria yang dipanggil Dru itu terseyum .

"Kalau gitu kamu juga jangan memanggilku Dru lagi, panggil aku Andrew dengan lengkap" , pinta pria itu balik dan Kinan mengangguk .

"Baiklah,yuk pulang kerumah,aku udah beresin kamar buat kita" , Andrew mendorong troli Kinan sambil menggandengnya .

*

Kinan menatap jauh ke depan melalui jendela besar dikamar tempatnya berada . Laut luas membentang dihadapannya . Andrew masuk kedalam dan memeluk wanita itu dengan lembut .

"Aku sudah menandatangani kontrak itu" , ucap Kinan . Andrew hanya mengangguk .

"Kamu bisa mulai memenuhi permintaanku besok , apa saja yang aku perlukan untuk membunuh Kinanti Dewi ini" .

"Baiklah.....apapun yang kamu mau , asal kamu disisiku . Lama aku sudah tidak melihatmu , sejak kamu pulang ke Malang . Aku kangen" , Andrew lalu menarik Kinan ke tempat tidur yang ada ditengah ruangan itu . Membaringkan Kinan disana , lalu berbaring disamping Kinan sambil meyalakan tv kamar . Serial Revenge sedang diputar saat itu .

"Tidurlah Kinan" , ujarnya .

"Aku..." .

"Baiklah.....kamu mau mengganti namamu dengan nama apa?" , potong Andrew sebelum Kinan mengoceh panjang lebar . Kinan tampak berpikir sesaat sambil menerawang saat matanya trtumbuk pada wanita cantik di tv itu . Dia menyukai karakter itu dari awal season , dan sepertinya sekarang dia merasa bernasib sama dengannya .

"Emi atau panggil aku Ems...." , Kinan mengucapkannya mantap .

"Emi...Ems ? Seperti Ems di serial Revenge itu? , Andrew bertanya sambil mengamati Kinan .

"Iya...Emi , tetapi panggil saja aku Ems mulai sekarang" .

Andrew menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya . Tetapi lalu tersenyum dan memeluk Kinan erat .

"Tidurlah Ems......" , ucap Andrew lembut .

-dinar-131112-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun