Mohon tunggu...
Annisa Dewi Suryani
Annisa Dewi Suryani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Aribisnis UIN Jakarta

Tidak semua yang kita lakukan harus disukai orang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Menambah Aktivitas Baru di Masa Pandemi dengan Bercocok Tanam

25 Juni 2021   17:20 Diperbarui: 25 Juni 2021   18:06 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sehingga tak jarang apabila bercocok tanam dijadikan sebagai aktivitas pilihan dalam pemulihan diri. Adapun eksperimen pada tahun 2012 di Michigan menemukan bahwa seseorang lebih mampu melakukan tes memori kerja (yang mengukur kemampuan seseorang untuk dapat fokus atau berkonsentrasi) setelah berjalan melalui arboretum hijau, dibandingkan dengan mereka yang berjalan di jalan perkotaan yang padat lalu lintas (Berman et al. 2012).

Peran Orang Tua dalam Bercocok Tanam

Untuk mengurangi kecanduan bermain gadget pada anak, para orang tua berinisiatif mengajak anaknya untuk ikut mengambil peran dalam bercocok tanam, sehingga anak dapat memahami akan pentingnya tanaman untuk lingkungan dan juga kesehatan. Seorang anak cenderung memiliki kemampuan berpikir dan daya ingat yang sangat tinggi sehingga pengenalan berbagai jenis tanaman terhadap anak sangat diperlukan. Menurut (Djamarah, 2003) “Kegiatan belajar tidak terlepas dari proses daya ingat, terutama bagi anak-anak, karena pada masa ini terjadi perkembangan memori yang sangat pesat, begitu pula dengan kemampuan daya ingatnya. Untuk menyimpan hasil belajar atau informasi yang diperoleh agar dapat digunakan kembali suatu saat, informasi ini harus disimpan dalam memori”. 

Orang tua dapat membantu sang anak untuk mengenal berbagai macam tekstur yang terdapat pada tanaman, dengan begitu sang anak untuk mengenal berbagai macam tekstur yang terdapat pada tanaman, dengan begitu sang anak dapat menstimulasi gerakan motorik dan juga sensorik “Gerakan motorik halus pada tangan dikoordinasikan dengan informasi perseptual yang diberikan melalui gerakan mata” (Mc Carty and others 2001). 

Tak hanya itu dengan bercocok tanam dapat mengajarkan anak untuk mencoba hal baru dan tidak takut terhadap kotor, dalam buku Dirt is Good karya Jack Gilbert, Ph.D. mengatakan bahwa “Organisme kecil di dalam tubuh dan lingkungan sekitar memiliki dampak besar pada kesehatan dan kesejahteraan”. Sedangkan menurut Dr. Deborah Ziotnik, seorang psikolog “Berkebun memiliki dampak positif pada psikologis anak-anak di era digital seperti saat ini”. Sementara itu dikutip dalam Journal An-Nafs menjelaskan bahwa “Anak kecil lebih optimis dengan kemampuannya mengingat dibandingkan dengan usia di atanya”.

Kesimpulan

Dampak dari pandemi Covid-19 membuat masyarakat mencari aktivitas baru untuk menghilangkan rasa jenuh dan stress yang seiring meningkat selama pandemi. Bagi para pekerja kantoran, berocok tanam merupakan aktivitas yang dilakukan untuk menenangkan diri. Wanita dewasa relatif menunjukkan tingkat stress lebih tinggi saat jatuh dari alam dibandingkan dengan laki-laki dewasa. Sehingga tak jarang apabila bercocok tanam dijadikan sebagai aktivitas pilihan dalam pemulihan diri. Dengan bercocok tanam masyarakat menjadi terbiasa untuk dapat menerapkan rasa peduli dan lebih memperhatikan lingkungan yang ada di sekitar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun