Dari kemacetan ini timbul berbagai permasalahan lainnya, salah satunya adalah permasalahan polusi. Kota Jakarta disebut sebagai kota ketiga yang berpolusi dari total 89 kota besar yang ada di dunia. Bahkan parameter US Air Quality Kota Jakarta mencapai 130, yang termasuk dalam kategori tidak sehat bagi masyarakat. Sedangkan untuk indikator AirVisual, kualitas udara Kota Jakarta mencapai PM 2.5 dengan konsentrasi 47,5 ug/m3. Bahkan rata kualitas harian udara di Kota Jakarta mencapai 4,5 kali lebih buruk dari batas aman yang telah ditentukan oleh WHO.
Polusi tersebut tidak hanya berasal dari asap hasil pembakaran dari kendaraan bermotor, namun juga berasal dari asap industri. Polusi tersebut juga berasal dari adanya pembangkit listrik tenaga uap batu bara yang terletak di dekat Kota Jakarta, sehingga semakin memperburuk keadaan. Polusi atau pencemaran yang terjadi di Kota Jakarta tidak hanya polusi atau pencemaran udara, namun juga pencemran air. Bahkan tingkat pencemaran air di Kota Jakarta semakin meningkat tiap tahunnya. Bahkan pada tahun 2017 hingga tahun 2018, tingkat pencemaran air di Kota Jakarta mencapai 60 hingga 70 persen, yang berarti tingkat pencemarannya sudah termasuk tinggi. Ada banyak faktor yang menyebabkan pencemaran air di Kota Jakarta. Penyebabnya adalah karena limbah yang tidak diolah terlebih dahulu sebelum di buang ke sungai. Limbah ini dapat berupa grey water atau air mandi dan cuci, black water atau tinja, dan limbah industri.
Selain itu, pencemaran air di Kota Jakarta juga disebabkan oleh sampah yang di buang ke sungai. Pembuangan sampah ke sungai tersebut tidak hanya dapat mengakibatkan pencemaran air, namun juga dapat mengakibatkan banjir karena tersumbatnya aliran sungai. Selain dari pencemaran air yang berada di sungai, kondisi air tanah Kota Jakarta saat ini juga semkin menurun. Penurunan kualitas air tanah Kota Jakarta disebabkan oleh semakin gencarnya pembangunan yang sedang berjalan di Kota Jakarta. Pembangunan-pembangunan tersebut secara tidak langsung dapat menurunkan kualitas air tanah Kota Jakarta. Selain itu, tingkat air tanah Kota Jakarta juga semakin menurun, hal ini disebabkan karena banyaknya warga Kota Jakarta yang menyedot air tanah dikarenakan tidak memiliki akses ke pipa air bersih. Sehingga dengan adanya pencemaran air itu pula mengakibatkan Kota Jakarta krisis akan air bersih.
Tidak hanya dikarenakan kemacetan dan polusi, alasan lainnya adalah agar pembangunan di Indonesia semakin merata. Saat ini, lebih dari setengah penduduk Indonesia bertempat tinggal di Pulau Jawa. Sehingga, dengan kepadatan penduduk tersebut dibutuhkan pembangunan yang besar untuk kebutuhan penduduk di Pulau Jawa, dikatakan bahwa hal ini merupakan Jawa Sentris. Selain itu, beberapa alasan lainnya adalah dikarenakan terlalu banyaknya konversi lahan yang terjdi di Pulau Jawa dan juga dikarenakan Pulau Jawa rawan akan bencana alam seperti Gempa Bumi dan Tsunami. Sehingga dengan dipindahkannya ibu kota, diharapkan pembangunan tersebut dapat merata dan menjadi Indonesia Sentris. Selain itu, dengan pemindahan ibu kota diharapkan ibu kota yang baru tersebut dapat direncanakan dan dibangun mulai dari awal. Sehingga, ibu kota yang akan datang dapat menerapkan konsep "Smart, Green and Beautiful City".
Lalu mengapa harus dipindahkan ke Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara yang berada di Pulau Kalimantan dan bukannya ke tempat lain? Menurut Presiden Jokowi, Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara sudah dikaji selama tiga tahun sebagai tujuan Ibu Kota Negara Indonesia yang baru, dan terdapat berbagai macam alasan mengapa di pilih daerah tersebut. Yang pertama adalah agar pembangunan di Indonesia dapat semakin merata dan tidak hanya terpusat di Pulau Jawa.
Kemudian di karenakan Pulau Kalimantan terletak di pusat Indonesia. Selain itu, dikarenakan aktivitas Gempa Bumi di Pulau Kalimantan sangat rendah jika dibandingkan di Pulau Jawa. Pulau Kalimantan memiliki struktur sesar aktif yang jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan pulau lain yang ada di Indonesia. Selain itu, Pulau Kalimantan juga jauh dari Megathrust. Tidak hanya Gempa Bumi, resiko bencana lain seperti Banjir, Tsunami, Kabakaran Hutan dan Letusan Gunung Berapi juga kecil. Berbeda dengan Pulau Jawa yang berada tepat pada lingkaran Cincin Api Pasifik, tidak demikian dengan Pulau Kalimantan.
Pulau Kalimantan tidak memiliki Gunung Berapi sebanyak Pulau Jawa, sehingga kemungkinan kecil dampak yang terjadi dari akibat Letusan Gunung Berapi. Alasan selanjutnya adalah dikarenakan lokasi Ibu Kota Negara Indonesia yang baru terletak berdekatan dengan wilayah perkotaan yang sudah berkembang. Wilayah perkotaan yang sudah berkembang tersebut adalah Kota Balikpapan dan Kota Samarinda. Selain itu, Kota Balikpapan dan Kota Samarinda sudah memiliki infrastruktur yang lumayan lengkap. Dan yang terakhir adalah karena pada daerah ibu kota baru, terdapat lahan seluas 180.000 ha yang sudah dikuasai oleh pemerintah sendiri. Dari alasan-alasan tersbutlah mengapa Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara terpilih sebagai Ibu Kota Negara Indonesia yang baru, dan juga mengapa harus di Pulau Kalimantan.
Lalu bagaimana dengan Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara? Dan daerah seperti apakah kedua kabupaten tersebut? Kabupaten Penajam Paser Utara merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Kalimantan Timur dengan luas daerah sebesar 3.333,06 km2. Kabupaten ini berbatasan dengan Selat Makassar di sebelah timur, berbatasan dengan Kabupaten Paser di sebelah selatan, Kabupaten Kutai Barat di sebelah Barat, dan di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Kutai Kartanegara, yang juga merupakan tujuan ibu kota baru.
Kabupaten Penajam Paser Utara merupakan kabupaten hasil dari pemekaran Kabupten Paser pada tahun 2002. Berdasarkan data pada tahun 2018, kabupaten ini dihuni oleh 159.386 jiwa dengan pertumbuhan penduduk yang relatif kecil, yaitu 2,79 % per tahunnya. Kabupaten ini juga memiliki Sumber Daya Alam yang melimpah dan beragam, yang dapat berupa dari hasil hutan, perkebunan, pertanian, perikanan serta pertambangan. Tidak hanya itu, potensi pariwisata di Kabupaten Penajam Paser Utara bisa dikatakan cukup besar. Hal ini dikarenakan Kabupaten Penajam Paser Utara berada pada posisi yang strategis yaitu sebgaia pintu gerbang trans Pulau Kalimantan. Selain itu, Kabupaten Penajam Paser Utara juga dilewati oleh lalu lintas perdagangan antar provinsi. Wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara didominasi oleh perbukitan dan dan dataran. Sedangkan rata-rata curah hujan di Kabupaten Penajam Paser Utara adalah 10 hari dalam sebulannya dengan curah besar 230 mm/bulan.
Sama halnya dengan Kabupaten Penajam Paser Utara, Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Kalimantan Timur. Kabupaten ini memiliki luas wilayah sebesar 27.263,10 km2 dengan luas wilayah perairan sebesar 4.097 km2. Jumlah pendudukan yang menempati Kabupaten Kutai Kartanegara mencapai 626.286 jiwa. Kabupaten ini berbatasan dengn Kabupaten Malinau di sebelah utara, berbatasan dengan Kutai Timur, Kota Bonang dan Selat Makassar di sebelah timur, berbatasan dengan Kabupaten Kutai Barat dan Kabupaten Mahakam Ulu di sebelah barat, serta berbatasan dengan Kabupaten Penajam Pase Utara di sebelah selatan.
Sama halnya dengan Kabupaten Penajam Paser Utara, Kabupaten Kutai Kartanegara juga merupakan daerah yang kaya akan sumber daya alam. Sumber daya alam yang utama di kabupaten ini adalah minyak bumi, gas alam serta batubara. Dikarenakan hal itu pula, perekonomian pada kabupaten ini di dominasi oleh pertambangan dan penggalian. Sektor pertambangan dan penggalian tersebut menyumbang sebesar 77% pada perekonomian Kabupaten Kutai Kartanegara, sedangkan dari sektor pertanian dan kehutana menyumbangkan 11%. Sisanya, yaitu 3% berasal dari perdagangan, industri, dan hotel serta dari sektor lainnya.