Mohon tunggu...
Annisa Camelia Salsabila
Annisa Camelia Salsabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Assalamualaikum ! Haiii... semoga semua artikel yang aku upload bisa membantu dan tentunya bermanfaat bagi kita semua yaa !

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Distruption

8 Januari 2025   20:17 Diperbarui: 8 Januari 2025   20:17 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

          Inovasi disruptif atau disruptive innovation, merujuk pada jenis inovasi yang menciptakan produk atau layanan baru yang pada akhirnya menggantikan model bisnis atau teknologi yang telah mapan. Inovasi ini biasanya berfokus pada penyederhanaan produk atau layanan, menjadikannya lebih terjangkau dan lebih mudah diakses oleh segmen pasar tertentu, sering kali yang sebelumnya kurang terlayani oleh produk atau layanan konvensional. Sebagai karakteristik utama, inovasi disruptif sering kali dimulai dengan menawarkan solusi yang tampaknya kurang kuat atau lebih sederhana dibandingkan dengan produk yang sudah ada di pasar. Namun, seiring waktu, inovasi ini berkembang dan mampu memenuhi kebutuhan yang lebih luas, sehingga menggantikan produk atau layanan lama yang lebih mahal atau lebih rumit (Ranti, 2022).

          Selain itu, inovasi disruptif tidak hanya berhubungan dengan teknologi, tetapi juga dengan model bisnis yang lebih efisien, yang memungkinkan perusahaan untuk mencapai skala yang lebih besar dengan biaya yang lebih rendah. Dengan kata lain, inovasi disruptif dapat melibatkan perubahan fundamental dalam cara sebuah industri beroperasi, menciptakan peluang baru bagi pemain baru untuk masuk dan menantang dominasi perusahaan besar. Konsep ini sering kali terkait dengan kemunculan perusahaan-perusahaan seperti Uber atau Airbnb, yang mengubah industri transportasi dan perhotelan dengan menawarkan alternatif yang lebih fleksibel dan terjangkau bagi konsumen. Inovasi disruptif sering kali memulai perjalanan dengan menawarkan produk atau layanan yang lebih sederhana di pasar yang kurang diperhatikan (seperti pasar kelas bawah), sebelum akhirnya mengubah cara seluruh industri beroperasi.

 

DISTRUPTION SAAT INI

           Sebagai generasi Z yang tentunya sudah tidak asing dengan adanya Internet dan perubahan yang sangat signifikan akan segala sesuatu secara cepat. Sebenarnya ada keuntungan dan ancaman untuk kita sebagai Gen Z dalam menghadapi perubahan zaman yang semakin cepat dan canggih. Didorong dengan adanya teknologi digital yang lebih memudahkan kita untuk mengakses segala sesuatu, entah itu berbelanja bahkan berkomunikasi.

            Keuntungannya tentu saja sangat memudahkan kita dalam melakukan banyak hal. Namun ancamannya lebih menyeramkan, jika kita tidak dapat menggunakan dan memberdayakan teknologi secara baik, maka teknologilah yang akan menguasai kita. Kita akan kalah dengan robotik, jika kita tidak dapat mengimbangi perkembangan zaman, maka kita akan menjadi manusia yang tertinggal dan kalah oleh teknologi. Selain itu juga era disrupsi digital memiliki dampak positif dan negatif tergantung bagaimana sumber daya manusia memanfaat teknologi tersebut (Haris, 2016).

           Era disrupsi adalah suatu periode di mana terjadi perubahan mendalam dalam berbagai aspek kehidupan, yang dipicu oleh penerapan inovasi-inovasi baru yang masuk dan memengaruhi berbagai sendi kehidupan individu maupun masyarakat. Inovasi-inovasi ini memiliki dampak yang sangat besar, yang dapat merombak tatanan atau sistem yang sudah mapan sebelumnya. Salah satu indikasi yang paling jelas dari era disrupsi (Nada, 2021).

            Disrupsi yang berkaitan dengan teknologi digital berbasis online ditandai oleh perubahan yang sangat cepat, luas, dan mendalam, yang terjadi secara sistematis dan mengubah banyak aspek kehidupan secara signifikan, berbeda jauh dari kondisi yang ada sebelumnya. Teknologi ini tidak hanya membawa transformasi yang menyeluruh, tetapi juga menciptakan dinamika baru yang mengubah pola hidup, cara kerja, serta interaksi dalam masyarakat, menghasilkan realitas yang jauh berbeda dari masa lalu (Sobari, 2020).

            Disrupsi telah menjadi alat konseptual yang penting untuk memahami perubahan-perubahan yang terjadi akibat perkembangan inovasi dan kreativitas dalam masyarakat. Teori disrupsi membantu mengidentifikasi kondisi aktual dunia dan masyarakat di era teknologi infomasi yang bersifat digital (Ohiotimur, 2018). Teori ini memberikan kerangka untuk melihat bagaimana inovasi dan transformasi teknologi tidak hanya mempengaruhi sektor-sektor tertentu, tetapi juga mengubah pola pikir, perilaku, dan struktur sosial secara luas. Dengan demikian, disrupsi membantu kita untuk memahami dinamika perubahan yang sangat cepat dan mendalam dalam kehidupan sehari-hari yang semakin dipengaruhi oleh kemajuan digital.

           Kemajuan teknologi digital ini mendorong masyarakat untuk menggunakannya. Perkembangan internet pun sudah sangat meluas bahkan sampai ke pedesaan, kini sudah tidak sulit untuk mengaksesnya. Di Indonesia pada tahun 2024 diperkirakan tembus 221 juta orang telah menggunakan internet. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mengumumkan jumlah pengguna internet Indonesia tahun 2024 mencapai 221.563.479 jiwa dari total populasi 278.696.200 jiwa penduduk Indonesia tahun 2023.Dari hasil survei penetrasi internet Indonesia 2024 yang dirilis APJII, maka tingkat penetrasi internet Indonesia menyentuh angka 79,5%. Dibandingkan dengan periode sebelumnya, maka ada peningkatan 1,4% (Indonesia, 2024).

           Kelompok generasi milenial yang lahir tahun 1981-1996 menyumbang pengguna internet tertinggi sekitar 93,17% dengan kontribusi 30,62% dari total pengguna internet Indonesia. Diikuti oleh Gen Z sekitar 87,02% atau kontribusi 34,40%. Kemudian, di urutan ketiga ditempati kelompok generasi X yang lahir tahun 1965-1980 penetrasinya 83,69% dengan kontribusi 18,98%. Lalu, generasi baby boomers kelahiran 1946-1946 menyumbang penetrasi sebesar 60,52% dengan kontribusi 6,58%. Sedangkan generasi yang lebih tua yaitu pre boomer kelahiran di bawah 1945 menyumbang penetrasi 32% dengan kontribusi 0,24% dari total pengguna internet Indonesia. Ada juga, generasi yang lebih baru, yaitu post Gen Z yang lahir setelah 2023 itu penetrasi 48% dengan kontribusi 9,17% (Finaka, 2024).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun