Pendidikan adalah hal yang dapat mengubah dan menciptakan banyak hal untuk masa depan dunia. Pendidikan juga berpengaruh terhadap sumber daya manusia (SDM) untuk meningkatkan pertumbuhan bangsa untuk lebih mengerti dan siap terhadap perubahan yang meningkatatkan pendidikan secara luas. Pendidikan berkualitas ini masuk kedalam salah satu program penting dalam jangka waktu panjang. Program kebijakan goals ke 4 yaitu Pendidikan berkualitas. Seperti yang kita tau bahkan rasakan bahwa Pendidikan di Indonesia ini masih terbilang cukup rendah. Sampai sekarang Indonesia masih mengalami hambatan-hambatan dalam meningkatkan Pendidikan berkualitas. Hal ini dapat di buktikan dengan survei yang dilakukan oleh Politic and Economic Risk Counsultant (PERC) bahwa kualitas pendidikan di Indonesia menepati urutan 12 dari 12 negara di Asia (Imam Bukhori1*, 2023). Permasalahan Pendidikan terutama Pendidikan di daerah Medan Sumatra Utara tepatnya di Jl. Bahagia Cinta Damai, Medan Helvetia, dengan melakukan penelitian wawancara yang mana masyarakat berasumsi bahwa masalah awal adalah di pembiayaan sekolah anak, atau pun adanya pembedaan kualitas terhadap sekolah negeri dan swasta.
1. Narasumber 1
Disini narasumber 1 merupakan seorang ibu yang memiliki anak di tingkat SMP dan bersekolah di swasta. Narasumber 1 mengatakan
" Menurut saya perbedaan swasta dan negeri itu di pengajarannya. Ya, karena gini dari waktu anak saya masih SD dulu, anak saya sekolah di negeri. Pelajaran di negeri dengan swasta, deluan yang swasta selesai dari pada di negeri. Makannya lebih deluan pelajaran di swasta daripada di negeri. Tapi karena waktu itu kurikulumnya belum kurikulum baru ya. Ini kan sekarang udah kurikulum Merdeka, edisi, revisi 2021 kan. Makannya tigkatan pembelajaran  sekarang sama yang sudah dia jalani, lebih melonjak yang sekarang. Terus juga kalo saya pribadi ya, masalah sekolah anak ini lebih enak kita mendukung dari rumah supaya perjuangan dia itu, semangat di aitu ada. Kita harus terus maju, kita harus terus memotivasi anak kita supaya lebih semangat lagi dalam belajar, dan jangan dengarkan kata orang lain."
Menurut  narasumber 1 secara keseluruhan, perbedaan antara swasta dan di negeri sebenarnya tidak terlalu jauh berbeda, hanya berbeda tipis yaitu pada pengajarannya. Pembelajaran di swasta lebih ketat dan lebih mengikuti kurikulum yang ada. Yang kedua karakter anak itu merupakan dukungan dari orang tua narasumber 1 mengatakan lebih mudah memotivasi dan memberikan semangat kepada anak dari rumah. Terus memotivasi anak sampai mereka berhasil dan jangan pernah mendengarkan apa yang orang lain katakan
2. Narasumber 2
Kualitas di negeri dan swasta apakah ada perbedaan? Narasumber ke dua mengatakan jelas berbeda kualitas antara swasta dan negeri dari segi lingkungan, guru dan pelajarannya. pengalaman pribadi tentang perbandingan swasta dan negeri? Kalo di swasta karna bayar jelas kualitas pembelajaran nya lebih tinggi kalo di negeri walaupun kita ngak bayar tapi banyak mengeluarkan uang jugak, bayar ini itu, jadi beda-beda jadi beda-beda tipis,
Narasumber 2 kebetulan juga berjualan di sd negeri, dia  memperhatikan sd negeri tersebut dan berpendapat Prioritasnya bukan lagi untuk belajar di negeri, terutama di sd hanya untuk sebagai sarana mengeluarkan bakat kalau bakat doang untuk apa ilmu nya ngaada, bakat memang perlu tapi ilmu/ wawasan juga perlu.
Apakah karakter anak sd di negeri dan swasta berbeda? Kalau dari segi Bahasa sudah berbeda, kalua di negeri bahasannya suka" ati kalo di swasta lebih di jaga bahasnnya, jelas berbeda, dari karakter aja sudah keliatan, dan juga tingkah lakunya berbeda. Tantangan apa yang di hadapi selama menyekolahkan anak? Ada dari biaya dan juga dari anaknya sendiri yang terkadang malas sekolah.
3. Narasumber 3
Narasumber 3 adalah seorang ibu rumah tangga yang bekerja sampingan sebagai pedagang keripik, memiliki 3 anak yang 2 diantaranya masih bersekolah
" perbedaanya  klok swasta bayar negeri nggak bayar  ya iya kan memang iya ngak bisa di elakkan itu, ya kalok apa ya negri sebetolnya si cuman semalam itu kan cemana di bilangkan kalau Negeri umurnya enggak pas  kali enggak diterima jadi dia sudah mau sekolah kali jadi Masuklah  swasta diterima karena semalam waktu pas masuk umurnya enggak cukup pun 6 tahun pun tak cukup kalau perbedaannya memang Negeri lagi mana Banyak yang keluar biaya Kalau sd sampai SMP pun belum bayar. Kalau swasta Kalau dibilang kan mungkin karena bayar tu kurasa  yakan ya bagus ya ter open bedalah Kalau sama negeri kalau negeri ni tadi kan namanya dia di inikan ya macemana namanya pun nggak pakek gaji, semua itu bagus ajanya itu dek kalau swasta negeri tergantung macam mana aja lagi nyatu, iyalah tergantung anaknya semuanya itu. Ya memang iya kalok soal perkara kayak gitu ya tantangannya biaya lah satu kalau ada anak nanti males sekolah apa enggak capek kita nyekolahkannya anaknya kayak kayak mana tingkahnya capek kali lah apa lagi ini kalok sekolah jauh capek kali lah capek kali mamaknya nganterkannya ekstra ekstra jadi grap mamaknya kan bukan dekat sekolahnya jauh, ngasi ngasi cemana ya harapan biar mau sekolah gitu yay a ngasih inilah cemana kata kata biar rajin anak sekolah atau macemana, ngak bosen bosen awak ngatain kek gitu maklum ajalah anak jaman sekarang ni sekolah kan banyak malas kalau dah main hp sekolah malas kan"
Menurut narasumber 3 perbedaan antara sekolah negeri dan swasta ada perbedaan dan kita tidak bisa banta. Kualitas pengajar juga berbeda tapi menurut narasumber itu sama saja tidak ada perbedaan yang signifikan tergantung orang yang menjalankan. Dengan itu narasumber memberi motivasi untuk tidak malas bersekolah pada anaknya, yang dimana biaya untuk sekolah lumayan berat.
Dapat disimpulkan bahwa kondisi Pendidikan di Indonesia masi memprihatinkan dan belum sepenuhnya merata diberbagai daerah. Startegi pencapaian SDGs sebagai upaya peningkatan Pendidikan berkualitas di Indonesia terdapat pada tujuan ke 4 yakni Pendidikan Berkualitas adil serta merata dan kesempatan untuk belajar sepanjang hidup bagi seluruh usia. Namun, di Indonesia startegi tersebut baru diterapkan di beberapa daerah saja yang artinya masih ada beberapa daerah lainnya yang belum menerapkan strategi SDGs sebagai suatu upaya peningkatan kualitas pendidikan tersebut di Indonesia. Penelitian ini menyoroti bahwa masyarakat di Jl.Bahagia Cinta Damai memiliki pemahaman dasar tentang Pendidikan berkualitas namun masih kurang spesifik mengenai SDGs goals ke 4. Masyarakat menunjukkan dukungan yang tinggi terhadap inisiatif Pendidikan berkualitas meskipun menghadapi kendala seperti kurangnya tenaga pengajar, dan masalah ekonomi. Untuk dapat meningkatkan pencapaian SDGs goals ke 4, diperlukan sosialisasi yang lebih terstruktur, peningkatan fasilitas Pendidikan, serta pemberian beasiswa bagi siswa yang kurang mampu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H