"Ini apa apa ayah?" Tanya putrinya penasaran.
"Enak kok." Sang ayah terus mendekatkan gelas di tangannya pada sang putri.
Ia yang tidak ingin menjadi anak durhaka mengambil gelas ditangan ayahnya. Indra penciumannya mengendus cairan merah pekat itu. Bau karat dari besi membuat ia mengurungkan niatnya untuk meminum cairan itu. Namun ketika cairan itu ia jauhkan, sang ayah dengan cepat mengarahkan kembali gelas itu pada mulutnya hingga seluruh isinya tumpah dalam pencernaannya.
  "Anak pintar." Timpal sang ibu merasa bangga.
"Selamat Sayang, kamu sudah menjadi bagian dari kami. Jangan pernah takut pada apapun, karena mereka ada untuk menolong kita." Â Sang ayah berucap seraya tangan yang menunjuk udara, seolah memberitahu gadis itu bahwa selain mereka, ada banyak sosok yang tak bisa ia lihat.
Mereka mengajarkan keberanian pada gadis itu, hingga mereka tak sadar keberanian itulah yang akan membawa sang gadis pada ketakutannya sendiri.
13 Juni 2022
   Nakaito
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H