Tribunnews melakukan liputan investigasi terhadap krim wajah yang mengandung bahan kimia. Dalam artikel Investigasi yang diutulis oleh tribunnews dengan judul "Dua dari Enam Sampel Kosmetik Pemutih Wajah Ini Beracun Kimia!" dan artikel sebelumnya yang berjudul "Produk Kosmetika "Bebas Merkuri" di Kemasannya, ternyata Beracun!".Â
Reporter tribunnews mendapatkan laporan dari salah satu masyarat yang merupakan korban dari krim wajah tersebut, korban mengalami masalah gatal-gatal, perih dan bintik-bintik akibat menggunakan kosmetik pemutih beracun (mengandung bahan kimia).Â
Dari laporan yang diberikan oleh Titik alwi (30) membuat reporter tribunnews mendapatkan banyak informasi mengenai apa saja kirim wajah yang digunakan oleh Alwi sehingga membuat kulit wajah Alwi menjadi iritasi.Â
Salah satu krim wajah yang  menarik perhatian reporter tribunnews adalah pada prodak yang berinisial 'F' karna di kotaknya kemasannya tertera tulisan besar besar berwarna merah yang berbunyi 'Tidak mengandung HYDROQUINON & MERKURI." Hal itu yang akhirnya membuat reporter tribunnews ingin mengetahui lebih dalam mengenai krim pemutih wajah tersebut. Penasaran reporter tribunnews terhadap produk kosmetik tersebut akhirnya mencoba mendelusuri untuk mengetahui produk ini di pasar bebas. Reporter tribunnews mendatangi dua pasar tradisional yaitu pasar Kebayoran Lama dan Pasar Jombang, Sudimara, Tanggerang Selatan.Â
Tim tribunnews mulai melakukan investigasi di pasar kebayoran lama, lokasinya dibelakang Stasiun Kereta Api Kebayoran Lama, Jakarta. Setelah mendatangi beberapa toko kosmetik  akhirnya reporter tribunnews ini menemukan salah satu toko yang menjual produk kosmetik yang berinisial 'F'. Menurut penjaga toko merek pemutih ini cukup diminati pembeli, harga yang ditawarkan juga bisa dibilang cukup murah untuk produk kecantikan seperti itu yaitu Rp 20 ribu per kotak kemasan. Â
Reporter pun mulai menanyakan apa saja merek krim pemutih lainnya yang paling laris di pasar ini kepada penjaga toko tersebut, penjaga toko akhirnya memberi tahu merek yang laris dipsar ini adalah merek krim pemutih yang berinisial 'W, V, S, B, O dan F". Reporter ingin mengetahui lebih dalam tentang apa kandungan dari krim pemutih wajah dari berbagai merek tersebut, maka reporter langsung membawa enam merek dari krim tersebut untuk di uji di Sucofindo Pharmaceutical Laboratories di Cibitung, Bekasi, Jawa Barat pada 25 Maret 2014. Pengujian kosmetik ini tidak bisa dilakukan dalam sehari, paling tiga tiga hari menurut pernyataan dari Drs Adisam, ZN, Msi, dari Labolatorium Sucofindo.Â
Untuk memberikan keleluasan dan kecermatan peneliti, Tribun baru mengambil data hasil pengujian enam sampel kosmetik itu pada Rabu, 2 April 2014 alias sekitar seminggu setelah sampel diserahkan.Â
Hasil yang didapatkan, dua dari enam sampel yang diuji ternyata mengandung racun kimia berbahaya dengan kandungan tinggi. Yang satu mereknya tidak terkenal tapi berani mengklaim bebas merkuri dan hidrokuinon, itu adalah merek dengan inisial 'F' yang juga digunakan oleh Alwi sehingga membuat wajahnya seperti iritasi. Pada kosmetik 'F' terbukti mengandung racun kimia merkuri sebesar 0, 11 persen dan hidrokuinon 0, 13 persen. Sementara pada produk kosmetik yang berinisial 'V' terkandung racun hidrokuinon sebesar 0, 15 persen.
Elemen-elemen berita Investigasi:
Dandhy Dwi Laksono memaparkan ada lima elemen dalam jurnalisme investigasi. Pertama, mengungkap kejahatan terhadap publik. Kedua, skala kasus luas dan sistematis. Ketiga, dapat menjawab pertanyaan-pertanyan penting dan dapat memetakan masalah. Kenmpat, mendudukan aktor-aktor yang terlibat disertai bukti-bukti. Terakhir, publik bisa memahami kompleksitas masalah dan mengambil sikap, keputusan, atau perubahan.
Dari contoh investigasi krim pemutih wajah yang dilakukan oleh tribunnews, saya menemukan ada  3 elemen jurnalisme investigasi dalam investigasi ini. Pertama adalah mengungkap krim pemutih wajah yang dijual bebas dipasaran ternyata mengandung bahan kimia berbahaya yakni, merkuri dan juga hidrokuinon dan tentu saja itu sangat tidak baik untuk kesehatan karna akan menyebabkan keracunan, yang bisa menyerang otak dan sistem saraf seseorang, jika sudah parah keracunan merkuri akan menyebabkan kelumpuhan, gangguan jiwa, hingga kematian.
Elemen jurnalistik yang kedua adalah, jika penjualan krim pemutih wajah dijual dipasaran secara bebas, tentu akan memakan banyak korban lainnya tidak hanya Alwi (30) yang sudah mengalami dampak dari krim pemutih tersebut. Karna keinginan semua perempuan ingin menggunakan krim pemutih wajah yang cepat dan juga murah tanpa berpikir panjang tentang resiko yang akan didapat karna tidak mengetahui apa isi kandungan dari krim wajah tersebut.
Elemen jurnalistik yang terakhir adalah, dari investigasi ini reporter dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan kekhawatiran Alwi (30) yang melapor karna mukanya teriritasi setelah menggunakan krim pemutih wajah. Sehingga reporter tribunnews dapat jawab dengan mudah karna ia telah melakukan uji coba terhadap enam sampel tersebut, dan ternyata dua diantaranya mengandung merkuri dan hidrokuinon. masalah yang akan ditimbulkan jika krim pemutih tersebut dilakukan berkepanjangan tentu saja akan berdampak fatal bagi kesehatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H