Mohon tunggu...
Aan Maghfira
Aan Maghfira Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu rumah tangga

Sejarah kota dan kehidupan sehari-hari. Work in Progress: Terjemahan Indonesia "Locale Belangen" tahun 1913

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Arsitektur Indis: Multikulturalisme Negara Kolonial dalam berbagai Bangunan Se-jaman

31 Mei 2022   22:23 Diperbarui: 31 Mei 2022   22:30 1508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sifat negara kolonial yang pada umumnya multikultural ada di Hinda Belanda memunculkan suatu kebudayaan baru yang disebut dengan budaya Indis. Secara garis besar, budaya ini merupakan campuran unsur budaya Belanda dan unsur budaya Pribumi.

Untuk mendalami budaya Indis ini, Anda dapat membuka buku yang berjudul "Kebudayaan Indis: Dari Zaman Kompeni sampai Revolusi" yang disusun oleh Djoko Soekiman. Dalam artikel kali ini, saya akan menjelaskan bagaimana pengaruh budaya tersebut dalam arsitektur Hindia Belanda.

Para ahli menyebut pengaruh budaya Indis dalam arsitektur dengan berbagai istilah. H.P. Berlage menyebutnya sebagai "Indo-Europeesche Bouwkunst" atau Arsitektur Indo-Eropa. Sementara Van de Wall menyebutnya dengan istialah "Indische Huizen" atau Perumahan Indis.

Terakhir, Parmona Atmadi menyebutnya dengan sederhana dan jelas: Arsitektur Indis. Konsep ini pada dasarnya menggabungkan kenyamanan yang ada dalam arsitektur lokal dalam menghadapi iklim tropis dengan gaya arsitektur yang familiar di mata orang-orang Belanda.

Pada awalnya konsep arsitektur ini masih merupakan suatu 'pencarian' dan tidak mempunyai satu gaya yang jelas. Departemen Pekerjaan Umum (Burgerlijke Openbare Werken, BOW) yang dibentuk oleh pemerintah Hindia Belanda pada 1855 telah melatih arsitek-arsitek sipil, yang kebanyakan lulusdan Delft, tapi kebanyakan juga bukan lulusan arsitektur. Mereka adalah kalangan insinyur militer yang dikaryakan sebagai arsitek. Ini disebabkan oleh karakter pemerintahan yang sampai akhir abad ke-19 didominasi oleh kalangan pejabat serta tentara. Arsitek ini mengembangkan apa yang sekarang disebut sebagai arsitektur Indische Empire-Stijl dalam khasanah periodesasi sejarah arsitektur Indis.

(Anda dapat mendalami mengenai wewenang BOW dalam artikel berjudul "Arsitektur Bangunan dalam Khasanah Dinas Pekerjaan Umum/Departement van Burgerlijke Openbare Werken (BOW) Afdeeling A (Bangunan)" oleh sesama penulis kompasiana, Dharwis Yacob)

Arsitektur Indis mengalami perubahan besar pada awal abad ke-20. Pada 1907, arsitek dan ahli tata kota P.A.J. Moojen memberikan gagasannya untuk pendirian sebuah seksi khusus arsitektur dalam BOW. Gagasan ini terlaksana pada 1912, arsitektur resmi mempunyai departemen tersendiri, yaitu Afdeeling Gebouwen. Ditambah lagi, kedatangan arsitek-arsitek terdidik dari Eropa juga membawa gaya baru dalam arsitektur Indis.

Sejak tahun 1910-an, gaya art deco yang populer di negara Barat menjadi sumber inspirasi bagi arsitektur Indis modern. Gaya ini ditandai dengan kesederhanaan, yang terlihat dari dikuranginya penggunaan ornamen, dengan bentuk geometris yang tegas, dan yang paling utama adalah penekanan terhadap efisiensi penggunaan bangunan. 

Beberapa arsitek, seperti Thomas Karsten dan Maclaine Pont, memasukkan unsur budaya Pribumi ke dalam arsitektur art deco ini. Inilah yang membedakan arsitektur Indis dengan arsitektur art deco di negeri induk Belanda.

Jika Anda tertarik untuk menulis mengenai Arsitektur Indis, silahkan baca sumber-sumber yang saya lampirkan di bawah ini. Selamat membaca.

Sumber:

Djoko Soekiman, Kebudayaan Indis: Dari Zaman Kompeni sampai Revolusi (2014), Depok: Komunitas Bambu

P. Nas, Masa Llau dalam Masa Kini: Arsitektur Indonesia (2009), Jakarta: Gramedia

E. Leushuis, Panduan Jelajah Kota-kota Pusaka di Indonesia (2014), Yogyakarta: Penerbit Ombak

Indische Empire-stijl - Indies Empire style - abcdef.wiki

New Indian Style - New Indies Style - abcdef.wiki  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun