Mohon tunggu...
Annisa Anggraini
Annisa Anggraini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

public health student

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kerokan sebagai Pengobatan Tradisional Turun Temurun

1 November 2021   19:25 Diperbarui: 1 November 2021   19:57 533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Pinterest

Kerokan tidak hanya dilakukan kepada orang dewasa saja. Namun, kerokan juga dapat dilakukan kepada anak-anak. Manfaat kerokan pada anak yang diyakini masyarakat tak jauh berbeda dengan yang dilakukan pada orang dewasa, yakni untuk mengobat perut kembung, mual, masuk angin, hingga demam. Tradisi ini terus dilakukan dari generasi ke generasi sehingga sangat identik dengan budaya masyarakat Jawa. Oleh karenanya, mereka yang berasal dari etnis Jawa  dipastikan mengenal dan akan melakukan kerokan dengan cara ini.

Berbeda dengan orang dewasa yang melakukan kerokan dengan koin atau benda tumpul lainnya. Pada anak-anak kerokan dilakukan dengan menggosokkan bawang merah yang seukuran ibu jari. Untuk melakukan kerokan, bahan dan alat yang harus dipersiapkan terbilang sederhana yakni bawang merah 2 sampai 4 siung dipotong menjadi dua, minyak kelapa 1-2 sendok makan, lepek atau tempat yang bersih, dan tisu/handuk kecil. Setelah semua siap, maka gosokan bawang mulai dari dada, leher, hingga punggung searah dengan ruas tulang iga, dan lengan.

Menurut sebagian orang kerokan yang dilakukan  ibu kepada anak tak hanya sebuah praktik belaka, melainkan kegiatan tersebut akan menambah ikatan kasih sayang antara keduanya. Kebersamaan yang dirasakan dari kerokan tak tergantikan oleh metode pengobatan lainnya. Sehingga minum obat adalah pilihan terakhir yang dilakukan masyarakat, jika kerokan tidak berhasil menyembuhkan masuk angin. Ini dikomunikasikan sebagai ajaran "sakit ringan jangan meminum obat”.

Kerokan tak hanya menjadi budaya di Indonesia, tetapi juga dapat dijelaskan secara fisika, biologi, maupun kimia. Sains memberikan penjelasan ilmiah yang logis dan teoritis mengenai konsep kerokan serta reaksi tubuh yang ditimbulkan. Mekanisme kerokan dapat dikatakan sebagai bentuk aplikasi dari berbagai teori ilmiah. Misalnya seperti teori Einstein mengenai timbulnya energi panas yang disebabkan oleh gesekan dua benda. 

Hal ini dapat dilihat pada aktivitas kerokan yang memanfaatkan tekanan benda seperti logam pada kulit yang kemudian menimbulkan inflamasi lokal. Selain itu, secara kimia kenaikan suhu saat berlangsungnya proses kerokan diyakini dapat mempercepat laju aliran darah. Hal ini sesuai dengan konsep kecepatan reaksi kimia yaitu adanya pergerakan molekul-molekul yang saling bertabrakan yang mengakibatkan kecepatan reaksi kardiovaskuler.

Dalam ilmu medis, kerokan dapat menimbulkan efek positif seperti meningkatkan endorfin pada tubuh sehingga rasa nyeri yang dirasakan perlahan hilang yang akan menimbulkan perasaan nyaman, lebih berenergi dan lebih segar. Selain itu, kerokan juga terbukti dapat memperlancar pembuluh darah perifer karena adanya pelebaran pembuluh darah yang disertai dengan meningkatnya volume aliran darah.

Penggunaan bawang merah pada sebagian kegiatan kerokan juga terbukti mencegah infeksi karena bawang merah memiliki minyak atsiri yang dapat mengurangi bakteri dari tubuh sehingga dapat mencegah infeksi. Sedangkan panas yang muncul akibat aktivitas kerokan akan meningkatkan suhu jaringan dan melebarkan kapiler. Hal ini tentu saja berdampak positif karena dapat meningkatkan sirkulasi darah lokal, serta meningkatkan suplai darah dan oksigen yang dapat memperkuat metabolisme jaringan lokal. Selanjutnya, ruam merah yang muncul akibat kerokan merupakan reaksi tubuh berupa inflamasi namun tidak berbahaya karena tidak menyebabkan kerusakan kulit.

Sehingga dapat dikatakan bahwa kerokan aman untuk dilakukan karena tidak menimbulkan efek samping negatif bagi tubuh dan manfaat dari aktivitas kerokan juga dapat dirasakan baik secara fisik maupun psikis. Kerokan juga dapat menjadi sarana bagi generasi muda untuk melestarikan budaya yang sudah diwariskan nenek moyang kepada kita. Pelestarian kearifan lokal ini dapat dilakukan melalui transfer pengetahuan sehingga pengetahuan yang sudah ada di masyarakat dapat terus menjadi unsur penting dalam suatu budaya dan tidak punah.

Dengan menanamkan kesadaran dan kecintaan akan budaya adalah cara yang bisa dilakukan agar generasi berikutnya dapat merasakan kehangatan dari tradisi kerokan yang dikenal sebagai sarana pengobatan tradisional yang mudah dan hemat biaya.

Referensi:

1.Musta’in, dkk. Pengalaman kerokan dengan bahan tambahan bawang merah dan minyak kelapa pada anak-anak. Jurnal Keperawatan 2020; 12(2): 253-260. 2.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun