Mohon tunggu...
Annisa AmannyNasyiah
Annisa AmannyNasyiah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Lampung

Saya adalah seorang mahasiswa S1 program studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung. Hobi saya berenang dan mendengarkan musik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Transformasi Kepemimpinan: Analisis Gaya Kepemimpinan Presiden Jokowi

20 April 2024   14:48 Diperbarui: 20 April 2024   14:51 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Jokowi dikenal karena kemampuannya berkomunikasi secara aktif dengan berbagai pihak, termasuk masyarakat umum, pedagang kaki lima, dan pemerintah daerah. Dia sering terlibat langsung dalam dialog dan diskusi untuk memahami masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Jokowi menunjukkan keterbukaan dan transparansi dalam berkomunikasi dengan publik. Dia sering memberikan informasi yang jelas dan terbuka mengenai kebijakan dan langkah-langkah yang diambil oleh pemerintahannya.

Jokowi juga mampu mengartikulasikan visi dan gagasannya dengan cara yang mudah dipahami oleh masyarakat. Dia dapat mengubah ide-ide besar menjadi langkah-langkah konkret yang dapat dijalankan oleh bawahan dan masyarakat.

Dalam melakukan komunikasi kepada kepada publik Jokowi menggunakan pendekatan humanistik. Dia sering bertemu langsung dengan warga dari berbagai lapisan masyarakat untuk mendengarkan aspirasi dan kebutuhan mereka. Melalui komunikasinya, Jokowi mampu memotivasi bawahan dan masyarakat untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama. Dia memberikan inspirasi dan semangat kepada orang-orang di sekitarnya.

Dengan gaya komunikasi yang aktif, transparan, mudah dipahami, humanistik, dan mampu memotivasi, Jokowi berhasil membangun hubungan yang baik dengan masyarakat dan memperkuat kepemimpinannya dalam menghadapi berbagai tantangan.

Meskipun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa setiap teori dan gaya kepemimpinan memiliki kekuatan dan kelemahan masing-masing. Teori Contingency, misalnya, memiliki beberapa keunggulan yang menjadikannya menarik dan dianggap efisien ketika diterapkan oleh para pemimpin negara. Pertama, teori ini didukung oleh banyak penelitian empiris, sehingga keberhasilan dan efektivitasnya telah terbukti melalui prosentase yang teruji. Pendapat ini konsisten dengan pandangan Lina Anatan (2011), yang menyatakan bahwa teori contingency masih relevan untuk diterapkan oleh pemimpin saat ini. Selain itu, aplikasi teori ini dianggap mampu memperhitungkan dampak situasi terhadap kepemimpinan.

Meski begitu, teori contingency juga memiliki kelemahan. Aplikasi dan penerapan teori ini dalam konteks dunia nyata sering kali sulit karena membutuhkan penilaian yang kompleks terhadap gaya kepemimpinan, termasuk dinamika hubungan antara pimpinan dan bawahan, struktur kerja organisasi, serta berbagai kekuatan posisi yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun teori tersebut memiliki keunggulan, namun juga perlu diperhatikan bahwa tidak selalu mudah untuk mengaplikasikannya secara langsung dalam situasi praktis yang beragam.

Gaya kepemimpinan transformasional memiliki sejumlah kekuatan yang patut diperhatikan. Salah satunya adalah kemampuannya dalam menghadapi perubahan. Perubahan merupakan bagian tak terelakkan dari dinamika suatu negara. Ketika ada inisiatif yang memaksa perubahan, pemimpin bisa menjadikan momen tersebut sebagai peluang untuk menggerakkan pengikutnya menuju perubahan yang diinginkan. Jika implementasi dilakukan dengan tepat, maka pemimpin dan pengikutnya mampu mencapai potensi besar yang mereka miliki. Meski demikian, gaya kepemimpinan ini juga memiliki kelemahan. Sebagaimana yang disoroti oleh Muhammad Shaleh (2019), gaya kepemimpinan transformasional menuntut perhatian yang intens dalam penerapannya. Ini berarti pemimpin harus secara konsisten dan terus-menerus terlibat dalam memimpin, membimbing, dan menginspirasi para pengikutnya. Keberhasilan implementasi gaya ini seringkali bergantung pada konsistensi dan kesungguhan pemimpin dalam memberikan arahan dan motivasi kepada timnya.

Dari uraian sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa teori contingency serta gaya kepemimpinan transformasional adalah dua pendekatan kepemimpinan yang diterapkan oleh Presiden Joko Widodo dalam menjalankan tugasnya, dan keduanya dianggap sebagai gaya kepemimpinan yang efektif karena telah menghasilkan banyak kemajuan. Melalui penerapan teori contingency, Presiden Jokowi mampu menyesuaikan strategi kepemimpinannya dengan kondisi dan situasi yang dihadapinya, memungkinkan pengambilan keputusan yang tepat dan responsif terhadap berbagai tantangan yang muncul. Di sisi lain, dengan menerapkan gaya kepemimpinan transformasional, Jokowi mampu menginspirasi dan memotivasi masyarakat serta timnya untuk berperan aktif dalam proses transformasi dan pembangunan, menciptakan suasana yang mendukung inovasi, pertumbuhan, dan perubahan positif. Kombinasi kedua pendekatan ini telah membantu Jokowi mencapai kemajuan yang signifikan dalam kepemimpinannya, terbukti dengan berbagai pencapaian positif yang telah dicapai dalam pembangunan dan transformasi negara.

Disusun oleh,

Annisa Amanny Nasyiah dan Dhea Liana Putri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun