Dunia pekerjaan adalah dunia yang sangat beragam. Mulai dari pekerjaan kecil-kecilan yang dilakukan perseorangan seperti vlogger hingga pekerjaan besar dalam ruang lingkup resmi seperti presiden. Dan ketika hari libur panjang dari dunia perkuliahan, saya harus stay di rumah dikarenakan keluarga saya pergi. Saat itulah saya bertemu Firman.
Tidak, ini bukan kisah romantis antara saya dan dia. Namun Firman Firdaus (22) adalah seorang deliver cut chicken—dia yang mengatakan istilah itu sendiri—atau pengantar ayam potong. Yang ketika itu sebelumnya Ibu saya telah memesan ayam potong dari kandang dan ia datang untuk mengantarkannya, dan hal yang pertama saya temukan dari Firman adalah betapa kuatnya parfum yang ia gunakan. Bahkan aroma dari kantong yang berisi potongan ayam seberat 1,4 kilo itu kalah dengan bau parfum Firman.
Firman adalah lulusan SMA jurusan IPS di Kota Padang yang di mana ia tamat ketika Covid-19 melanda (Angkatan Covid-19). Firman mengatakan bahwa mendapatkan pekerjaan dengan ijazah SMA sangat sulit. Ia telah mencoba memberikan surat lamaran di berbagai tetap, sambil menunggu ia juga bekerja di beberapa tempat hasil kenalannya bersama beberapa orang. Hingga akhirnya sudah hampir setahun ini Firman bekerja sebagai pengantar ayam potong. Pekerjaan Firman khusus mengantarkan ayam yang telah dipotong tersebut. Biasanya suatu rumah makan akan memesan ayam dari kandang dan ada orang lain yang memotong ayam tersebut sesuai dengan pesanan, misal potong 4, 8 atau pun 16 potong. Lalu setelah dapat alamat-alamat yang akan dituju, Firman akan segera berangkat dengan motor yang disediakan oleh tempat kerjanya.
Ketika saya melihat Firman bekerja jika tidak melihat kantong-kantong berisi ayam itu, maka saya tidak akan sadar bahwa Firman adalah seorang pengantar ayam potong. Firman bekerja dengan memakai celana jeans biru, hoodie dan sling bag hitam, tak lupa juga rambut yang disisir rapi dengan minyak rambut dan bau parfum yang kuat (akhirnya saya ketahui bahwa ia memang suka dengan parfum dan memiliki beberapa koleksi parfum). Berdasarkan perkataan Firman, penampilan yang menarik adalah kunci mendatangkan langganan.
Saya sendiri setuju dengan Firman, daya tarik visual memang berperan penting terhadap kesan pelanggan terhadap pelayanan antar ayam potong. Dengan senyuman, sikap ramah dan penampilan yang rapi akan meninggalkan kesan yang baik bagi pelanggan. Dengan sikap ramah dan umur yang masih muda membuat Firman bisa membuat pembicaraan yang menyenangkan kepada pelanggan yang umumnya adalah ibu-ibu yang bekerja di rumah makan bagian dapur.
Firman berkata ia tak malu bekerja menjadi deliver cut chicken di mana teman-temannya banyak yang telah bekerja sesuai dengan keinginan mereka. Firman merasa pekerjaan ini sudah cukup menguntungkannya. Sebagai seorang anak sulung, Firman bahkan telah bisa memberikan jajan kepada adik-adiknya. Firman tak menyebutkan kepada saya berapa gajinya namun gaji itu cukup membuat dirinya mampu membantu perekonomian keluarga. Firman dengan gamblang mengatakan keluarganya bukan orang miskin, hanya kekurangan dana. Selain gaji utama dari mengantarkan ayam, Firman juga mendapatkan bonus berupa beberapa potong ayam khususnya hati, ceker dan ampela ayam. Yang nantinya itu bisa ia jual lagi ke beberapa tetangganya di dekat rumah.
Ketika saya tanya mengenai keinginan untuk melanjutkan studi, Firman menolak. “Den pakak, pacah palo ko nyo” (Saya tak sepintar itu, bisa-bisa kepala saya pecah) itulah yang ia katakan. Firman juga menceritakan adiknya yang paling tua sekarang sedang kuliah yang untungnya mendapatkan KIP-K, Firman tak menceritakan lebih lanjut namun terlihat ia sangat mendukung adiknya untuk kuliah.
“Sabananyo den panek pulo harus tiok ari karajo di bawah urang giko, den tu nio jadi rang bengke se, tapi adik wak ciek tu banyak kabutuhannyo, ndak nio wak inyo patah hati. Bia lah inyo kuliah, lah dapek KIP-K pulo, nangguang” (Sebenarnya saya lelah harus bekerja tiap hari sebagai karyawan, saya ingin buka bengkel awalnya, namun adik saya yang satu itu memiliki banyak kebutuhan untuk kuliahnya, saya tak ingin ia patah hati. Biar saja ia kuliah, lagi pula ia telah mendapatkan bantuan dari KIP-K) ucap Firman sambil mengeluarkan rokok—saya sempat ditawari namun saya tak merokok.
Saya tak dapat berbicara banyak dengan Firman dikarenakan waktu dan ia sendiri tak ingin terlalu banyak bercerita. Namun ia meninggalkan satu nasihat untuk saya: “Bakarajo tu ndak harus sasuai kandak wak do, apo lai bakat. Karajo dima yang ado tampek karajo. Salagi bisa dikarajoan dek badan tu halal dan dapek pitih wak, karajoan se lah” (Bekerja itu tak harus sesuai keinginan apalagi bakat yang kita miliki. Kerja saja di mana ada lapangan kerjanya. Jika kita sanggup mengerjakannya, halal dan mendapatkan uang, kerjakan saja.”
Wawancara saya tanggal 4 Desember 2023 sore hari itu membuat saya merasa sadar bahwa lapangan kerja itu luas, namun hanya saja tak banyak orang membicarakannya. Saya melihat Firman yang menaiki motor matic-nya dan menyempatkan diri untuk menyisir rambut sebelum memasang helm. Firman pun pulang dengan satu bungkus sate yang sebelumnya telah saya belikan ketika tukang sate keliling lewat saat kami sedang bicara.
Padang, 05 Desember 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H