Mohon tunggu...
Annisa Amanda (Aan)
Annisa Amanda (Aan) Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Hei, Aan di sini. Seorang pecinta dan pemuja hal-hal indah. Pemula dalam hal menulis, namun suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Wisata di Bukan Pantai Wisata: Mamukek di Pantai Parupuk

12 Desember 2023   10:52 Diperbarui: 13 Desember 2023   03:00 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Aktivitas mamukek di Pantai Parupuk, Tabing, Koto Tangah, Kota Padang. Dipotret oleh Aan.)

"Kalau kayak ko, marugi nelayan mah" (kalau seperti ini, nelayan sedang merugi). Ucap Ayah berbisik ketika kami---saya dan ayah---mengintip hasil memukat. 

Ayah menjelaskan bahwa cuaca yang buruk seperti ini akan membuat ikan-ikan bersembunyi lebih dalam di laut, sehingga pukat tidak mampu menjerat ikan-ikan yang ada. Dan jika pukat disebarkan terlalu dalam, maka pukat dapat rusak karena terumbu karang. 

Berbeda dengan pukat harimau. Pukat harimau adalah suatu alat yang mirip dengan pukat namun berteknologi mesin yang dapat menghabisi ekosistem laut.

(Hasil memukat salah satu nelayan. Dipotret oleh Aan.)
(Hasil memukat salah satu nelayan. Dipotret oleh Aan.)

Seperti yang Ayah katakan, nelayan tidaklah mendapatkan untung besar. Tidak banyak ikan yang terjerat di pukat. Pukat hanya diberatkan oleh sampah dan bubua (ubur-ubur dalam bahasa setempat). 

Ketika saya bertanya kepada masyarakat setempat, hasil pukat biasanya mencapai 2 ember penuh. Namun ketika itu 3 pukat yang saya lihat bahkan tidak sampai memebuhi satu kantong plastik hitam berukuran kecil. Atau yang seperti pada gambar di atas, hasil ikan yang dapat dijual hanya mampu menutupi dasar ember.

Saya memperhatikan kawasan sekitar pantai penuh dengan nelayan yang berjuang untuk menarik pukat yang sebelumnya telah disebar. Melihat nelatan berkerja membuat saya sadar, memukat bukanlah pekerjaan yang mudah, ini berbeda sekali dengan menjalar ikan. 

Ayah menjelaskan bahwa biasanya nelayan akan mulai memukat setelah Shubuh (sekitar jam 5). Nelayan akan menggulung pukat yang panjangnya mencapai 250 meter. Setelah itu, pukat dibawa ke kapal bersama 4 nelayan. Dengan jarak yang telah diketahui oleh nelayan, pukat akan di sebar di tengah laut.

(Para nelayan yang bersiap untuk kembali melempar pukat ke tengah laut. Dipotret oleh Aan.)
(Para nelayan yang bersiap untuk kembali melempar pukat ke tengah laut. Dipotret oleh Aan.)

Setelah pukat disebar, nelayan akan kembali ke tepi pantai dengan membawa ujung pukat. Para nelayan akan merentangkan pukat dengan cara menarik ujung tali menjauh dari ujung lainnya hingga membentuk huruf "V" terbalik. 

Menarik pukat ini bukanlah hal yang muda. Satu sisi tali minimal ditarik oleh 4 orang. Dan bukan hanya harus menarik pukat yang berat, namun para nelayan harus melawan ombak, arus, dan kekuatan laut lainnya ketika menarik pukat tersebut. Kegiatan ini bisa berlangsung lebih dari 1 jam hingga 2 jam tanpa henti. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun