Siapa sih yang ga tertarik kalo bicara tentang budaya, apalagi sambil jalan-jalan menikmati suasana desa yang adem dan tentram? Mau ngerasain wisata sambil belajar budaya? Bisa dong!
Belum lama ini, saya dan beberapa teman saya melakukan observasi ke salah satu desa budaya di Yogyakarta. Tepatnya di Dusun Cageran, Desa Tamanmartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Dan saya merasa perlu untuk berbagi salah satu pengalaman berkesan ini kepada banyak orang.
Desa budaya merupakan suatu kebijakan pemerintah Yogyakarta untuk mengembangkan potensi budaya lokal. Adapun 5 aspek budaya yang harus dipenuhi suatu wilayah agar ditetapkan sebagai desa budaya ialah upacara adat, kesenian adat dan tradisi, bahasa dan sastra, situs atau bangunan cagar budaya, serta memiliki kuliner, obat tradisional, dan kerajinan.
Desa Tamanmartani diperkirakan resmi ditetapkan menjadi desa budaya pada tahun 2022, dan Dusun Cageran adalah salah satu padukuhan yang memiliki banyak sekali potensi budaya di dalamnya.
Disana kami bertemu dengan warga asli Dusun Cageran, Naufal Fadhilah Ammardiyono yang juga selaku pemandu wisata Dusun Cageran. Kami berbincang banyak hal mengenai budaya yang sebelumnya tidak kami ketahui, kami juga diajak untuk berkeliling sambil melihat bukti nyata budaya yang masyarakat setempat pertahankan sejak dulu. Terdapat beberapa rumah yang  tampilannya sangat menarik perhatian dan uniknya ternyata rumah-rumah tersebut sudah ada sejak lama dan masih berdiri kokoh sampai sekarang.
"Termasuk budaya juga kan disini banyak rumah-rumah tua dari periode 1960 kebawah, bahkan ada yang periode 1800-an, makanya saya juga sering bawa tamu-tamu bule (orang-orang dari berbagai negara) untuk mengedukasi wisatawan tentang arkeologi bangunan dan sejarah bangunan-bangunan tersebut" kata Ammar.
"Disini kita masuknya wisata desa, jadi harus bisa membedakan antara wisata desa dan desa wisata. Wisata desa itu wisata yang di desanya sudah ada sejak dulu dan tidak dibuat-buat, sedangkan desa wisata itu wisata yang dibuat dan sebelumnya tidak ada di wilayah tersebut" tambahnya.
Wisatawan memang sudah banyak berdatangan sejak lama ke Dusun Cageran, bahkan sebelum Desa Tamanmartani mendapat gelar desa budaya, karena kebetulan mereka membangun kerja sama dengan agen travel. Tidak hanya wisatawan dari dalam negeri, tetapi juga dari luar negeri seperti dari Swiss, New Zealand, Hawaii, Amerika, Brazil yang datang untuk menambah pengetahuan mereka mengenai kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia.
"Kalau bedanya dari sebelum jadi desa budaya dan sesudah jadi desa budaya itu wisatawan yang datang makin ramai, karena kan pasti orang-orang penasaran kenapa bisa jadi desa budaya, ada apa aja sih disana dan akhirnya memutuskan untuk berkunjung" Jelas Ammar.
Tidak hanya itu, Dusun Cageran juga memiliki banyak sekali kegiatan budaya yang masih terus mereka jalani dan kembangkan bersama, antara lain :
- Jemparingan, olahraga panahan tradisional Jawa  gaya Mataraman yang sudah dilakukan sejak zaman kerajaan Mataram. Berbeda dari olahraga panahan biasanya yang dilakukan sambil berdiri, Jemparingan dilakukan sambil duduk bersila, dan tentu saja hal ini membuat banyak orang tertarik untuk mencobanya. Di Dusun Cageran, kalian bisa mencoba Jemparingan didampingi masyarakat setempat yang memang sudah ahlinya.
- Barongan, kesenian tradisional khas Jawa dan Bali yang dilengkapi dengan iringan instrumen gamelan. Biasanya masyarakat lebih mengenal dengan sebutan Jathilan, memang mirip dengan Jathilan, tetapi yang menjadi perbedaan adalah Barongan disini dilakukan oleh satu orang yang menggunakan topeng lebih full face seperti Reog, dan Barongan ditandai sebagai salah satu ragam variasi dari Reog.
- Nyadran, serangkaian tradisi yang dilakukan setiap tahun untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan berupa pembersihan makam leluhur, berdoa bersama, dan makan bersama. Uniknya, di Dusun Cageran masih dilaksanakan dengan cara tradisional menggunakan tumpengan.
- Tarian Modern dan Tradisional, terdapat sanggar khusus untuk tari dengan nama "Sanggar Tari Ranjana" dan tentunya terbuka untuk umum. Jadi, tidak hanya untuk mengembangkan bakat anak muda di Dusun Cageran, tetapi juga untuk siapapun yang berminat.
- Batik Tulis dan Cap, terdapat juga sanggar khusus untuk membatik dengan nama "Sanggar Batik Sekar Anggrek" yang tentu saja terbuka untuk umum juga. Wisatawan bisa mencoba membatik dengan dua jenis proses pembuatan batik yang berbeda.
Selain kaya akan budaya yang ada, Dusun Cageran juga menerapkan pemberdayaan masyarakat yang sangat berkesan. Salah satunya dengan cara membawa wisatawan berkunjung untuk makan siang di warung lotek Mbah Marini yang letaknya di tengan Dusun Cageran dan sudah berdiri sejak tahun 2000-an, dan masih terus beroperasi sampai sekarang dengan mempertahankan fasilitas tradisional seperti pawon atau dapur zaman dahulu.Â
Wah... Keren banget kan! Yakin kalian gak mau ngerasain sendiri berkunjung ke Desa Budaya? Daripada penasaran, ayo berkunjung dan tumbuhkan rasa cinta terhadap budaya negeri kita!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H