"Kalau bedanya dari sebelum jadi desa budaya dan sesudah jadi desa budaya itu wisatawan yang datang makin ramai, karena kan pasti orang-orang penasaran kenapa bisa jadi desa budaya, ada apa aja sih disana dan akhirnya memutuskan untuk berkunjung" Jelas Ammar.
Tidak hanya itu, Dusun Cageran juga memiliki banyak sekali kegiatan budaya yang masih terus mereka jalani dan kembangkan bersama, antara lain :
- Jemparingan, olahraga panahan tradisional Jawa  gaya Mataraman yang sudah dilakukan sejak zaman kerajaan Mataram. Berbeda dari olahraga panahan biasanya yang dilakukan sambil berdiri, Jemparingan dilakukan sambil duduk bersila, dan tentu saja hal ini membuat banyak orang tertarik untuk mencobanya. Di Dusun Cageran, kalian bisa mencoba Jemparingan didampingi masyarakat setempat yang memang sudah ahlinya.
- Barongan, kesenian tradisional khas Jawa dan Bali yang dilengkapi dengan iringan instrumen gamelan. Biasanya masyarakat lebih mengenal dengan sebutan Jathilan, memang mirip dengan Jathilan, tetapi yang menjadi perbedaan adalah Barongan disini dilakukan oleh satu orang yang menggunakan topeng lebih full face seperti Reog, dan Barongan ditandai sebagai salah satu ragam variasi dari Reog.
- Nyadran, serangkaian tradisi yang dilakukan setiap tahun untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan berupa pembersihan makam leluhur, berdoa bersama, dan makan bersama. Uniknya, di Dusun Cageran masih dilaksanakan dengan cara tradisional menggunakan tumpengan.
- Tarian Modern dan Tradisional, terdapat sanggar khusus untuk tari dengan nama "Sanggar Tari Ranjana" dan tentunya terbuka untuk umum. Jadi, tidak hanya untuk mengembangkan bakat anak muda di Dusun Cageran, tetapi juga untuk siapapun yang berminat.
- Batik Tulis dan Cap, terdapat juga sanggar khusus untuk membatik dengan nama "Sanggar Batik Sekar Anggrek" yang tentu saja terbuka untuk umum juga. Wisatawan bisa mencoba membatik dengan dua jenis proses pembuatan batik yang berbeda.
Selain kaya akan budaya yang ada, Dusun Cageran juga menerapkan pemberdayaan masyarakat yang sangat berkesan. Salah satunya dengan cara membawa wisatawan berkunjung untuk makan siang di warung lotek Mbah Marini yang letaknya di tengan Dusun Cageran dan sudah berdiri sejak tahun 2000-an, dan masih terus beroperasi sampai sekarang dengan mempertahankan fasilitas tradisional seperti pawon atau dapur zaman dahulu.Â
Wah... Keren banget kan! Yakin kalian gak mau ngerasain sendiri berkunjung ke Desa Budaya? Daripada penasaran, ayo berkunjung dan tumbuhkan rasa cinta terhadap budaya negeri kita!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H