Mohon tunggu...
Annisa Citra Sumantri
Annisa Citra Sumantri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Pendidikan Indonesia

Hai, saya Annisa Citra Sumantri seorang mahasiswa yang mengampu pendidikan di Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Sumedang dengan program studi Industri Pariwisata. Menulis adalah salah satu softskill yang ingin saya kuasai.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Kecanduan Gadget terhadap Mental Anak Usia Dini

8 Februari 2023   19:59 Diperbarui: 8 Februari 2023   20:01 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gadget adalah sebutan untuk sebuah perangkat teknologi yang lumrah digunakan zaman sekarang. Seluruh pergerakan di dunia ini dibekali oleh teknologi yang memadai demi kelancaran seluruh sistem yang bergerak secara beriringan dalam hidup kita. Tiap tahunnya, teknologi dan perangkat-perangkatnya diperbarui untuk bekerja dengan stabil dan mendukung inovasi-inovasi yang dilahirkan oleh para pengembang. Dunia dan teknologi bergerak sangat cepat, maka diperlukan edukasi untuk memanfaatkan teknologi sebaik mungkin.

Ketika teknologi sudah menjadi bagian dari hidup, keluarga adalah penanggap pertama untuk mengajarkan teknologi kepada anak-anaknya. Salah satu bentuk teknologi yang selalu ada di sekitar kita adalah gadget dalam wujud yang tidak asing yaitu handphone atau sudah disebut dengan smartphone mengingat fiturnya kini semakin canggih. Umumnya, smartphone digunakan oleh masyarakat kalangan remaja hingga dewasa. Dilansir dari Stock Apps, pengguna smartphone kini sudah mencapai 92% populasi di dunia.

Namun, diketahui bahwa penggunaan gadget kini tidak hanya untuk membantu kegiatan sehari-hari dan pekerjaan para remaja ataupun orang dewasa. Beberapa sekolah anak-anak dengan teknologi yang mendukung sudah mulai memanfaatkan gadget sebagai salah satu media belajarnya. Para guru atau pebimbing dituntut untuk sangat berhati-hati dalam penggunaan gadget sebagai media belajar untuk anak dibawah umur.

Menyadari bahwa anak-anak sangat rentan dengan ketertarikan yang tidak terkontrol akan sesuatu yang mereka sukai, diharuskan untuk mereka mendapatkan pengawasan yang tepat. Anak-anak menyukai sesuatu yang mereka lihat, dan kemampuan teknologi untuk menyarankan sesuatu yang mirip akan membuat anak-anak penasaran akan hal tersebut. Seiring berjalannya waktu, mungkin akan terkendali apabila mendapat pengawasan yang tepat. Tetapi, apabila tidak?


Penggunaan gadget pada anak sudah mulai dalam status 'bahaya'. Sudah mulai banyak ditemui kasus dimana banyak sekali anak usia dini sudah menggunakan gadget pribadi dan mulai kecanduan dalam penggunaannya. Rata-rata dari beragam sumber menyatakan alasannya adalah kurangnya pengawasan dari orang tua, atau sekedar pengalihan aktivitas setelah sekolah di pagi hari. 

Ditemukan perkembangan jumlah pengguna gadget pada anak usia dini di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Dikutip dari Retizen, di Indonesia penggunaan media gadget pada anak berusia 5 tahun yaitu 38% pada tahun 2011, dan meningkat menjadi 72% pada tahun 2013, pada tahun 2015 ada peningkatan yaitu 80%.  Kemungkinan besar terus meningkat ketika masa pandemi Covid-19 dimulai. 

Pemanfaatan teknologi pada usia dini memang diperlukan untuk melatih kemampuan menyelaraskan diri dengan berkembangnya teknologi. Beberapa dampak positifnya akan terasa saat sudah beranjak dewasa, seperti melatih fungsi otak dan belajar tanggap teknologi. Dan lagi, perlu pengawasan yang memadai agar tidak menjadi sebuah adiksi yang berujung membahayakan fungsi otak pada anak. 

P2TKP Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta dalam artikelnya menuliskan beberapa dampak negatif dari kecanduan penggunaan gadget pada anak usia dini. Seperti terpaparnya radiasi elektronik yang berlebihan, anatomi tulang berubah yang menyebabkan nyeri punggung dan leher, serta menyebabkan gangguan penglihatan.  Lalu, dapat mengganggu konsentrasi anak sehingga prestasi akademik menurun drastis. 

Dalam kasus yang terjadi pada tahun 2021 di daerah Jawa Barat, tepatnya seorang siswa dari Subang yang mengalami kecanduan game sehingga dinyatakan meninggal dunia. Diungkapkan bahwa akibat kecanduan tersebut menyebabkan radiasi dari smartphone hingga menyebabkan gangguan syaraf. Namun, pernyataan tersebut dibantah oleh ketua Ikatan Dokter Indonesia,  dr. Susilo Atmojo yang mengatakan bahwa gangguan syaraf tidak berpengaruh pada radiasi smartphone. Hal tersebut hanya menyebabkan perubahan sikap anak. 

Selain itu, kecanduan gadget juga menyebabkan gangguan pada perkembangan emosi. Dari Kominfo.co.id, Kepala Departemen Medik Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (FKUI-RSCM) Kristiana Siste Kurnia Santi mengatakan, dari sisi usia, anak yang rentan mengalami kecanduan gawai berada di rentang usia 13-18 tahun. Pada usia anak, bagian otak, yaitu dorsolateral prefivntal cortex yang berfungsi untuk mencegah seseorang bersikap impulsif sehingga seseorang bisa merencanakan dan mengontrol perilaku dengan baik, belum matang. 

Dampak ini menyebabkan kondisi anak tantrum karena emosinya meluap saat penggunaan gadget dibatasi. Perilaku agresif saat smartphonenya diambil membuktikan bahwa kecanduan gadget berpengaruh dengan emosi anak. Mereka akan berteriak hingga menangis keras, hingga meluapkan emosi dengan melakukan hal lain yang menurut mereka dapat mengembalikan gadget mereka.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun