Mas Kelik membaca kesungkanan saya.Â
"Nggak apa-apa, Bu. Mungkin dia tahu kalau saya suka anak-anak," katanya ramah.Â
Sesi foto selesai dengan beberapa kali shoot. Arsya tak mau lepas dari gendongannya. Akhirnya Mas Kelik mengajak kami ke kamarnya, bertemu istrinya. Arsya dibawanya masuk ke kamar, menemui Mama Kenes. Sementara saya sungkan sungkan berdiri menunggu di ruang tamunya. Kamarnya semacam kamar suite. Di lantai paling atas, satu lantai dengan restoran mini. Banyak barang, kostum panggung.Â
Arsya tetap tak mau lepas. Ya ampun. Mas Kelik hanya tertawa dan tersenyum saja sejak tadi. Sementara yang digendong masih dengan posisi wenak. Akhirnya kami diantar ke kamar, bersama Kenes. Di situlah Arsya dengan rela hati kembali keharibaan sang bunda. Entah karena terkesan atau bagaimana, sebelum kembali ke kamarnya, dia memberikan saja nomor kontaknya.Â
"Hubungi saja saya kalau perlu info-info kuliner atau apapun di Jogja," katanya. Yang saya kira cuma basa-basi. Tapi ternyata dia tampak senang sekali saat saya mengirimkan foto-fotonya bersama Arsya ini. Dia pun membalas dengan foto-foto bersama istrinya saat mengisi acara di malam sebelumnya. Terakhir, dia memberikan nomor kontak istrinya, Mbak Endah Saraswaty.Â
"Kalau ada acara di Medan kabari saja, Bu." Yang saya sambut dengan "In syaa Allah, Mas. Tinggal nyiapin honornya. Gede pasti." emoticon nyengir. Lalu disambut dengan Ha-ha-ha dan potongan honor sana sini karena langsung berhubungan dengan dirinya, bukan manajer.Â
Yang jelas, berkenalan dan mengobrol langsung dengan orang-orang baru itu menyenangkan. Terlepas dari dia terkenal atau tidak, pasti ada hikmah atau inspirasi -meski secuil- yang bisa disematkan di hati. Sesuai nama panggungnya, Mas Kelik yang hangat dan ramah ini tampaknya memang benar-benar Pelipur Lara.
***
Semua foto adalah dokumentasi pribadi (AFR).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H